15| Ru, you're really a pro player huh

807 106 32
                                    

Canny membelokkan mobilnya ke suatu pelatarana berisi ruko-ruko tiga lantai dengan Ruka yang sudah duduk di samping kemudi, setelah perjuangannya mengitari dua kota demi menemukan seekor kukang yang ternyata bersembunyi di sudut kota bermain tenis meja.

Mobilnya diparkirkan di depan suatu bar dengan tulisan Dandelyan Bar di kaca jendelanya.

Mereka turun dari mobil. Kemudian masuk dan mendengar musik menghentak dari dalam bar bergaya grunge. Interiornya didominasi warna gelap dengan hiasan-hiasan lampu neon berbentuk kalimat-kalimat quote-able.

Dentam-dentum suara musik dari DJ dan berbagai manusia yang bergoyang di lantai dansa diiringi lampu redup pun Ruka dan Canny lewati.

Banyak sekali wanita berpakaian minim di bar tersebut. Pantas saja Rami ke sini, pikir Ruka.

Namun, Ruka tahu ada yang salah. Dia tidak suka suara berisik ini. Juga, dia salah dengan membiarkan Canny masuk mengikutinya. Seketika Ruka merutuki diri sendiri yang membiarkan anak dibawah umur memasuki bar yang tak ramah sama sekali.

“Canny, kamu tunggu di luar aja ya.” Ucap Ruka keras mencegat Canny yang hendak melangkah lebih dalam. “Biar aku yang cari Ritha.”

Canny tentu menggeleng. Dia sudah mendapat titah dari sang Raja Manoban untuk mengajak sang kakak pulang. Jadi dia merasa punya tanggungjawab sendiri. “Nggak, Kak. Gue ikut ke dalem.”

Ruka berdeham, mencoba mencari kata yang ampuh untuk diikuti oleh anak kecil itu. “Aku tahu kamu khawatir sama kakakmu. Tapi percaya, aku bakal bawa keluar Ritha dengan aman.” Ruka pun menunjuk ke arah kerumunan wanita di salah satu sudut. “Itu, tante-tante itu dari tadi natap lapar ke arah kamu terus, Can. Aku nggak mau tambah repot kalau kamu nanti diculik sama tante-tante girang itu.”

Anjir! Kocak amat ancamannya!

Tetapi Canny tidak bisa tertawa. Meski Ruka mengatakan sesuatu yang sungguh jenaka, raut wajahnya berkata lain. Canny bisa mendengar suara yang mengandung kekhawatiran yang tak terbantahkan. Tatapan mata sipitnya pun sedari tadi berubah menjadi ketakutan dan kemarahan yang kalut menjadi satu. Akhirnya, Canny mendengarkan perkataan orang tua itu.

Dan mendadak, Ruka merasa mual. Dia juga ingin menyusul Canny yang berjalan menuju pintu keluar. Rasa-rasanya, mualnya akan makin menjadi jika dia di sini lebih lama. Namun, Ruka tetap gentar melangkah masuk, dia harus menemukan calon tunangannya dan membawanya pulang apapun yang terjadi.

Ruka pun mencari-cari sosok calon tunangannya ke segala penjuru ruangan. Dia bahkan rela bolak-balik dari lantai satu ke lantai dua, begitupun sebaliknya.

Hingga entah sudah putaran kesekian kalinya, di sayap kiri bar, ada kericuhan yang terjadi. Dari kejauhan dia bisa melihat sesosok gadis yang sangat familiar bagi matanya, menendang area bawah pria yang hendak menyentuh belahan dadanya dan berlari kabur.

Fuck!

Menyimpan ponselnya ke dalam saku, Ruka bergegas berlari ke sisi berlawanan untuk menyusul sang gadis, yang tak lain tak bukan adalah Ritha.

Sementara Ritha berlari sekuat tenaga mengikuti arah kakinya yang entah membawanya kemana, yang jelas dia berusaha menghindari gerombolan pria-pria yang juga sedang berusaha mengejarnya.

Sial! Gadis itu sampai di ujung ruangan. Tidak ada lagi jalan yang bisa dilaluinya, padahal gerombolan pria-pria itu hampir mencapai ruang persembunyiannya.

Gawat! Apa nasibnya akan berakhir begitu saja di sini?

Di tengah kepanikannya, sebuah tangan menarik pergelangan tangan Ritha. Membawa Ritha berlari melewati lorong kecil di sisi kanan ruangan yang tak disadari Ritha tadi.

ToGetHer | RuPha [ABANDONED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang