Prolog

4 1 0
                                    

Hana POV_

Hidup itu berat, yah...lebih berat lagi rasanya untukku. Aku ingin marah, aku ingin meraung, karena semua yang aku inginkan dan rencanakan tak berjalan sesuai dengan keinginanku, terlebih lagi ketika aku belum memiliki pegangan yang cukup kuat untuk menghadapinya.


Hana melangkah dengan gontai, usai perdebatan tadi dengan rekan kerjanya, ia merasa lemas, seluruh semangat hidupnya seolah tersedot hingga habis. Tenaganya tak ada, semangatnya hilang. Dia yang biasanya di kenal sebagai sosok yang ceria dan selalu tersenyum, hari ini tak bisa berkutik ketika seseorang yang sudah di anggapnya sebagai seorang teman ternyata mampu berbuat kejam padanya. Mirisnya, yang terjadi padanya, itu bukan hanya di lakukan oleh satu orang saja, tapi 2 orang, dan bahkan apa yang dikatakan oleh temannya yang lain pun kini tak dapat lagi Hana percayai sepenuhnya.  Semuanya telah hilang, bahagianya hilang, pikiran positifnya hilang, hari-hari bahagia yang di penuhi dengan canda tawa itu kini sirna seketika, semacam ada kabut yang tersingkap, yang tadinya menutupi tawa itu, Hana tak pernah tahu jika ternyata selama ini ada orang-orang yang iri akan tawa yang keluar dari bibirnya, kewaspadaannya seolah hilang oleh tawa yang selama ini ia pikir kan abadi, ternyata menusuk diam-diam dan nyaris membunuhnya seperti ini. Hana rasanya ingin menghilang saja. Ia memandang langit seraya berjalan di atas trotoar, mungkin benar, seharusnya kita tidak meletakkan kepercayaan kita kepada manusia, karena tidak ada satu pun manusia yang bisa di percaya.


Yugi POV_

Ini sudah biasa terjadi. Seharusnya ia tidak akan panik. Semuanya akan berlalu seperti biasanya. Dia tidak perlu terlalu peduli, karena akan selalu ada orang-orang yang berada di pihaknya, seperti sebelum-sebelumnya, semuanya akan berlalu. 

Nasib baik dan buruk manusia memang tak pernah ada yang tahu. Berada di puncak karir dan masa keemasan dalam hidupnya sekali pun tak membuat Yugi lolos dari cercaan media, haters bahkan sebagian fans yang seolah menutup mata. Meskipun dia telah meminta maaf, tetapi seolah Yugi tak pernah di maafkan, bahkan apa yang dia lakukan seolah adalah kesalahan besar. Media dan orang-orang yang sedari awal memang membencinya mungkin sedang berpesta pora, menikmati setiap ujaran-ujaran kebencian orang-orang yang di lontarkan padanya, tapi tidak apa-apa, toh Yugi kuat. Tidak, mau tidak mau dia harus kuat, dia bisa kuat, dan dia tidak punya pilihan lain selain menjadi kuat. Dia harus melewati segalanya, berjalan tanpa menunuk dan tidak menunjukkan rasa takut seperti biasa.


Yugi dan Hana, dua manusia dengan dunia yang berbeda, tetapi seolah berbagi nasib yang sama. Sama-sama jatuh, tersakiti dan mencoba kuat. Mereka menyadari bahwa sekali pun ada banyak manusia di bumi ini, pada akhirnya hanya akan ada diri mereka sendiri untuk menghadapi kemalangan yang ada. Tidak akan ada yang benar-benar peduli, tidak akan ada yang benar-benar bersimpati, karena sifat manusia pada dasarnya sama, semuanya egois dan hanya mementingkan diri sendiri. 

The ProducerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang