Prolog

8 0 0
                                    

   "Papa, apakah dokter itu masih lama? Aku tak suka menunggu"
  
   Laki-laki yang dipanggil 'papa' itu tersenyum. Matanya yang teduh menatap sayang pada mata datar nan tegas anaknya. Perbedaan mata ini, apakah salah satu clue tentang 'status' anaknya?

   "Tidak, tunggu sebentar lagi. Oke?"

   Anak itu hanya mengangguk, helaan nafasnya menandakan dia jengah. Sesaat netranya yang datar itu menjadi tenang kala seorang lelaki ber-jas putih berjalan mendekati mereka.

   Yang paling tua menyerngit, dokter itu berjalan terburu-buru dengan tersenyum. Seperti orang menang lotre. Beruntung dokter itu masih ingat untuk membungkuk sopan.

   "Katakan, apa hasilnya?"

   Dokter itu menghela nafas kasar, "Suga, bukankah anakmu baru berumur 3 tahun?" Tanya dokter itu. Suga mengangguk.

   "Wow, sepertinya data itu benar. Aku tidak menyangka, diusia sekecil ini dia sudah bisa mengintimidasi orang lewat ucapannya"

   Tangan halus Takano menepuk pelan pundak Suga. "Ku katakan selamat padamu Suga"

   "Untuk apa?"

   "Selamat karena anak uncitmu ini istimewa"

   "Maksudmu?"

   Dokter itu menatap dalam anak yang tengah menguping pembicaraan orang dewasa dengan raut wajah datarnya.

   "Dia enigma"

~•••~

A.KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang