"Mau aku bantu aja ga?", kata Tasya menawarkan pertolongan pada Dimas yang kelihatannya cukup kewalahan dengan barang bawaannya.
"Gapapa, aku bisa sendiri kok. Lagian kamu juga udah baik banget jemput aku tepat waktu."
"Dih, dasar gengsi, yaudah kalo gitu. aku duluan ke mobil ya, aku tunggu disana, masih inget kan yang mana?"
"Inget kok aman aja."
Selepas itu, keduanya bertolak dari bandara menuju kota. Mobil Tasya menjadi saksi obrolan secara langsung mereka.
"Kenapa Dim?"
"Anu, boleh puter lagu-lagu taylor aja ga? lagu di radio yang lagi kamu pasang nih bosenin banget."
"Dih, dasar swifties. yaudah, sambungin sendiri aja bluetoothnya."
"Ye, kan aku suka lagu taylor juga karena kamu yang ngenalin kan."
"Anyway, gimana flightnya? Bosen ga?"
"Untungnya ga sih, selama 7 jam itu aku habisin waktu nonton film sama tidur bentar, jadinya ga kerasa deh."
"Kuat juga kamu ya, aku aja belum pernah terbang selama itu."
"Ya kan ini pertama kali juga, kalo bukan karena kamu juga mana mau aku jauh jauh kesini kan."
"Iya juga sih." kata Tasya pelan.
Secara kebetulan, obrolan mereka agak terganggu akibat dari perhatian Dimas yang teralihkan oleh sesuatu.
"Ohh, itu patung yang kamu bilang ya, gede juga ternyata kalo diliat langsung."
"Kamu sih, ga pernah percaya sama aku. Orang aku bilang gede malah dibilang kecil. Sotoy, dasar."
"Hahahah, iya deh iya, gede kok."
"Kamu mau turun buat foto itu ga? buat feed ig kamu bagus loh itu"
"Ga, gausa Sya, bukannya aku udah kasih tau ya? kalo aku udah ga pernah upload semenjak keluar dari klub fotografi. Lagian aku juga ga bawa kamera sih."
"Ya siapa tau kan kamu tetep foto, cuman ga diupload aja."
"Hahahah ga kok, eh, tapi Sya, ini aku kamu mau bawa kemana? Langsung diantar ke hotel kan?"
"Ya ga lah, masa wisatawan gini baru sampe langsung diantar ke hotel. Makan dulu lah kita." Kata Tasya sambil sedikit tersenyum.
"Ohh, makan apa tapi? Kalo yang pedes pedes ga ikut makan ya aku."
"Ih gaasik banget, padahal aku mau ajak kamu ke tempat sambal favorit aku."
"Ya gimana, nanti asam lambung aku kambuh jadi ga guna aku datang kesini, masa di hotel doang karena sakit? kan ga lucu"
"Yaudah, kalo gitu kamu pengen makan apa?"
"Hmm apa yaa," Dimas berpikir sejenak, lalu dia melanjutkan.
"Ahaa, gimana kalo durian aja?"
"Hah? kok tiba-tiba durian???"
"Ya kan kamu suka durian, jadi ke tempat yang biasanya kamu beli durian. Yang kata kamu enak itu loh. Kita juga kan pertama kali telfonan kamu lagi makan durian."
"Iya aku emang suka makan durian, tapi masa kamu jauh jauh kesini cuman buat cobain durian?"
"Ya gapapa, anggap aja itu makanan pembuka aku disini. Makanan asli sini yang lain kan bisa aku cobain nanti. Lagian aku kan disini 4 hari. Harusnya cukup lah."
"Yaudah yaudah, bawell. jadinya makan durian aja ya?"
"Gasss!"
Sebenarnya tidak memakan waktu lama untuk sampai di tempat durian kesukaan Tasya, hanya saja....
"Dim. Dim. Dim. Bangun Dim. Udah sampe nih."
"Hah? ohh udah sampe" Balas Dimas dengan gaya bicara setengah sadar.
"Yee, katanya udah tidur di pesawat."
Keduanya lalu turun dari mobil. Tasya langsung duduk sementara Dimas menyempatkan diri untuk cuci muka dahulu.
"Gimana enak kan duriannya?"
"Mmm, enak, enak, betul ya kata kamu kalo durian ini enak banget." ucap Dimas sambil melahap si raja buah.
"Ya iyalah, selera aku gapernah salah kan."
"Iya sih, ga heran kamu sampe bisa makan ini banyakan gitu. Eh, tapi ngomong-ngomong soal selera kamu ya, ada satu yang aku ga setuju."
"Hmm, apa tuh?"
"Ituloh, film Siksa Kubur yang kata kamu jelek itu. Jelek dari mana, orang aku suka banget sama filmnya. Bagus banget tau film itu, kamu aja yang bosenan makanya bilang filmnya jelek kan."
"Huu, kamu mah film seaneh apapun kamu bilang bagus. Itu apa film awal tahun yang endingnya dia joget gajelas sambil telanjang?"
"Apa? Ohh, Saltburn."
"Nah iya itu, film seabsurd itu aja kamu bilang bagus lah, masterpiece lah, apaan dah."
"Ya emang masterpiece, kamu aja yang ga ngerti."
"Iya deh si paling ngerti film."
"Hahaha. Btw, udah lama ya kita ga debat kayak gini, kalo dulu hal kecil aja bisa kita debatin, dan emang seseru itu kan."
Ada yang salah dengan kalimat Dimas itu sehingga membuat Tasya langsung mengalihkan obrolan dengan beralasan pergi ke kasir untuk membayar durian mereka. Ekspresinya pun langsung berubah drastis dari yang tadinya ceria.
"Bentar ya, aku bayar duriannya dulu."
"Ohh, udah mau bayar? bentar aku ambil duit dulu."
"Udah gausah, aku yang bayar aja. Tamu kan wajib dijamu dengan baik."
"Alah bisa aja kamu, yaudah deh, iya kalo gitu."
Singkat cerita, setelah membayar durian, mereka melanjutkan perjalanan. Kali ini Tasya sudah akan mengantar Dimas ke hotelnya.
"Kamu tuh di hotel payne kan ya?"
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Loss Of My Life
Short StoryDimas bertemu Tasya, wanita yang sudah lama dikenalnya untuk pertama kali secara langsung. Mereka pun terlibat perbincangan antara masa lalu, masa sekarang dan masa lalu.