Situasi di dalam paviliun milik keluarga Beno sangat kacau. Terdapat darah menggenang dan beberapa orang tergeletak 'tak bernyawa. Salah seorang bahkan mendapatkan luka tusuk yang terbuka menganga dan darah mengucur deras dari lubangnya.
Dia adalah Rippa, seorang psikopat gila yang suka membunuh manusia hanya untuk mengambil organ dalamnya dan menjualnya di pasar gelap dengan harga mahal. Setelah kalah taktik dalam pertarungan melawan Zulheif, dia yang seharusnya sudah dinyatakan tewas, bangkit kembali dari kematiannya.
Bau anyir yang menusuk hidungnya membuat kesadarannya kembali. Matanya lamat-lamat memandang plafon sambil mengingat kejadian yang terjadi padanya. Trauma pada lukanya tampaknya memaksa pikirannya untuk mengingat pertarungannya dengan Zulheif.
Umpatan demi umpatan keluar dari mulutnya yang kelu. Dengan luka tusuk yang menganga di bagian leher dan punggung, manusia biasa pasti akan tewas di tempat. Jika bukan karena ada organ dalam yang rusak, setidaknya dia akan kehabisan darah. Akan tetapi, Rippa masih bisa bangun dengan luka yang masih terbuka lebar.
Dia paksakan tubuhnya untuk bangun dengan kepala terasa berat. Penglihatannya juga berkunang-kunang. Dengan sisa tekad yang dimilikinya, dia pergi dari rumah itu.
Sungguh ajaib melihat Rippa masih bisa menghirup napas setelah satu bulan berlalu.
Setelah keluar dari Desa Antera, Rippa berhasil mendapatkan pertolongan medis dari pensiunan dokter yang tinggal di pinggiran kota. Lelaki berusia tiga per empat abad itu bahkan mempersilakan Rippa tinggal di rumahnya sampai lelaki itu sembuh. Biaya pengobatannya juga digratiskan.
Di dalam rumah itu, Rippa banyak merenung.
Ketika Zulheif menghabisinya, dia telah pasrah jika memang hidupnya akan berakhir. Namun, Malaikat Maut ternyata enggan menjemput ajalnya dan membiarkannya hidup lebih lama di dunia. Ketika pak tua mantan dokter itu memeriksa tubuh Rippa, dia menyatakan jika setiap luka tusuk tidak mengenai organ vital. Itulah alasan Rippa masih bisa hidup sampai sekarang.
Rippa yang memang seorang psikopat sejati, memaknai hidup keduanya sebagai kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya yang lalu. Dia bertekad untuk lebih hati-hati saat memilih korban dan tidak lagi bermain-main dengan korbannya.
Suatu hari, keluarga orang tua itu datang berkunjung. Pada awalnya, Rippa berniat bersembunyi dan tidak ingin berkenalan dengan satu pun dari mereka. Namun, ketika dia sedang mengambil air minum, dia secara tidak sengaja bertemu dengan seorang wanita. Usianya sekitar 25 tahun dan memiliki paras yang cantik.
Wanita itu tersenyum ramah saat melihat Rippa. Tanpa sadar, Rippa pun membalas senyumannya walaupun lebih mirip seringai. Hal itu tidak berlangsung lama, wanita itu kembali ke depan untuk berkumpul bersama keluarganya.
Pertemuannya dengan wanita itu memberinya beban pikiran lain. Pikirannya tidak lagi diisi oleh aksi-aksi psikopat yang sedang dia rencanakan, melainkan senyuman wanita itu.
Mungkinkah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Tapi, memangnya aku bisa merasakannya? Bukankah cinta itu cuma nafsu yang tidak ada bedanya dengan cintaku pada organ dalam dan uang?
Rippa gundah. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Rippa bingung untuk bertindak. Segala sesuatu yang dia lakukan terasa salah, bahkan bernapas pun terkadang dia lupa.
Dokter pensiunan itu ternyata memperhatikan gerak-gerik Rippa. Akhir-akhir ini dia jadi banyak melamun. Ketika diperiksa pun, dia jarang menyahut; tidak antusias seperti pada saat awal-awal. Selesai memeriksa, pak tua itu bertele-tele pada Rippa.
"Akhir-akhir ini kamu banyak melamun. Apakah kamu sedang memikirkan masa depanmu setelah keluar dari sini?"
"Sayangnya bukan itu, Pak Tua!"
Begitulah Rippa memanggil pensiunan dokter itu. Padahal sudah berulang kali diberi tahu nama asli, tetaapi Rippa terus-terusan memanggilnya dengan Pak Tua. Pak Tua itu pun hanya bisa pasrah.
Rippa yang sempat merenung, kembali berucap. "Begini, Pak Tua, kayaknya aku sedang jatuh cinta kepada anak bungsumu!"
"Benarkah?"
"Tentu saja. Aku ingin berhenti menjadi psikopat dan hidup bersamanya saja."
Rippa dengan seenak hati mengumbar sifat bengisnya.
Tidak ada keterkejutan di wajah Pak Tua saat mendengar kata psikopat. Dia hanya mengangguk.
"Seberapa besar cintamu padanya?"
"Aku rela memberikan segala yang kupunya hanya untuknya."
"Ah, kalau begitu, bagaimana kalau begini ...."
Pak Tua itu memberi tahu Rippa rahasia agar bisa mendekati putri bungsunya. Rippa pun terilhami dan berniat mengusahakan sesuatu untuk menggaet hati pujaannya.
Dari Pak Tua itu, Rippa mengetahui bahwa putrinya itu suka sesuatu yang unik dan berbeda. Dia juga suka menonton drama dan hal-hal romantis lainnya. Yang paling dia sukai adalah kejutan 'tak terduga.
Tujuh hari tujuh malam Rippa berpikir. Dia mencoba menggabungkan semua itu untuk mencari sesuatu yang cocok digunakan sebagai hadiah kejutan.
Berbagai film romantis dia tonton. Tempat-tempat romantis dia datangi. Bahkan dia juga berselancar di dunia maya untuk mencari hal-hal yang disenangi para wanita.
Ketika sedang jalan-jalan di kota, dia tidak sengaja melihat sebuah boneka Teddy Bear sebesar manusia. Yang dia tahu, kebanyakan manusia menyukai boneka yang imut dan lucu. Melihat boneka itu, dia pun tahu hadiah macam apa yang akan diberikan pada wanita idamannya.
Beberapa hari kemudian, Rippa meminta tolong kepada Pak Tua untuk mempertemukannya dengan wanita pujaannya. Pak Tua itu menyanggupi. Setelah bertelepon ria, akhirnya hari pertemuan ditentukan.
Tepat di hari H, dua insan itu bertemu. Senyuman wanita itu tidak luntur, malah terlihat semakin menawan.
Kepada wanita itu, Rippa mampu menyebut namanya dengan benar. Dia bahkan tidak basa-basi saat menyatakan perasaanya.
Wanita yang sudah berada di usia matang untuk menikah, jelas akan klepek-klepek saat ada lelaki yang berniat meminangnya. Tidak terkecuali dengan wanita yang kerap disapa Ocha itu.
"Apakah Abang sungguh-sungguh ingin menikahiku?" ucap Ocha semanja mungkin.
"Ya, tentu saja. Aku sudah menyiapkan hadiah yang sangat spesial untukmu."
"Wah, benarkah?"
Ocha terlihat senang dan tidak mampu menyembunyikan rasa gembiranya ketika sebuah kotak besar diberikan kepadanya.
"Boleh kubuka?"
"Tentu! Silakan, Sayang!"
Saat itu juga Ocha membuka bungkusan itu. Setelah mengetahui isi hadiah itu, Ocha semakin jatuh hati kepadanya.
"Bagaimana ...?! Ini benar-benar kesukaan Ocha. Bagaimana Abang tahu apa yang Ocha sukai?"
"Mungkin karena kita berjodoh, makanya abang bisa menebak apa yang Ocha sukai."
Ocha menerjang Rippa dan memeluknya erat. Dua sejoli itu pun resmi berniat melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat.
Pak Tua yang mengintip dari jendela pun ikut senang saat melihat situasi itu. Terlebih, ketika ada lelaki yang berani meminang putrinya . Dia tahu benar jika Ocha memiliki perbedaan yang sangat menonjol jika dibandingkan dengan wanita pada umumnya.
Ocha sangat menyukai organ dalam. Ada banyak koleksi organ dalam di tempat tinggalnya. Karena hobi anehnya itu, sangat sedikit lelaki yang mau serius kepadanya.
Rippa yang menghadiahi banyak jantung manusia, sangat cocok dengan Ocha yang suka mengoleksi organ dalam manusia.
Sungguh suatu takdir yang lucu telah mempertemukan mereka.
END
SAYOUNARA