Bab. 1 Caca Isabella

0 0 0
                                    

Caca Isabella adalah gadis berusia 20 tahun yang baru saja beranjak dewasa. Dia memiliki niatan untuk melamar pekerjaan pertamanya di sebuah kafe yang direkomendasikan oleh temannya. Sangat antusias, Caca diantar oleh tantenya menuju tempat kerja.

"Ayo kita berangkat!" ajak tantenya.

Caca mengangguk dan bergegas naik ke boncengan motor. Selama perjalanan, dia merasa gugup dan berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup kencang.

"Rileks saja," ucap tantenya.

"Baik, Tante. Aku akan mencoba rileks," kata Caca sambil tersenyum.

Sesampainya di tempat tujuan, Caca turun dari motor dan mulai berjalan masuk ke kafe yang dituju.

"Selamat pagi, Pak!" sapa Caca kepada pria di kafe tersebut.

"Selamat pagi. Kamu Caca, ya?" tanya pria tersebut.

"Benar," jawab Caca sopan.

"Silakan duduk," ucap pria tersebut sambil menunjuk ke salah satu kursi.

Caca duduk dan mendengarkan pria tersebut memperkenalkan dirinya. "Nama saya Javas," kata pria tersebut. "Caca, kamu diterima kerja dan bisa mulai bekerja saat ini juga."

"Baiklah. Mari saya ajarkan dasar-dasar yang perlu diketahui dan dipelajari," ucap Pak Javas.

Caca mengangguk dan mulai mengikuti langkah kaki Pak Javas yang memberikan pengarahan mengenai detail kafe, tempat cuci gelas dan piring, serta lainnya. Caca mengamati setiap detail dengan seksama dan mengingat setiap hal yang dibicarakan oleh Pak Javas.

"Nah sekarang, kita mulai masuk ke tahap membuat sajian menu yang ada," ucap Pak Javas.

Pak Javas memperlihatkan beberapa menu dan mulai mempraktikkan setiap detailnya. Caca dengan fokus menyimak penjelasan dari Pak Javas. Setelah penjelasan berakhir, Pak Javas membuka sesi tanya-jawab.

"Apakah ada pertanyaan, Mbak?" tanya Pak Javas.

"Ada, Pak. Berapa takaran gula untuk kopi sachet kalau ada yang minta tambahan gula?" tanya Caca.

"Oh, kalau itu kamu tanya langsung saja ke orang yang pesan, biar jelas apakah mereka suka manis biasa, sedang, atau sangat manis," jelas Pak Javas.

"Baik, saya mengerti. Lalu di daftar menu ada minuman milkshake. Bahan yang dipakai dan takarannya apa saja?" tanya Caca.

"Milkshake bahannya tersedia di kulkas. Cara membuatnya, satu sendok makan susu bubuk. Kalau yang rasa coklat dan matcha, takaran gulanya 4 sendok teh. Kalau yang strawberry dan vanilla, cukup 3 sendok teh saja, karena coklat dan matcha terkadang pahit," jawab Pak Javas panjang lebar.

"Baik. Soal harga, apakah ada daftar harga yang sudah ditulis atau saya harus menghafalnya sendiri?" tanya Caca.

"Pertanyaan bagus! Untuk saat ini manual dulu, ya. Pakai daya ingat dulu, belum dibuatkan daftar tertulis," jawab Pak Javas sambil terkekeh.

"Baik, kalau begitu, saya akan menghafalnya terlebih dulu. Tolong beri saya waktu 5 menit," pinta Caca.

"Wow! Kamu cuma butuh 5 menit?" tanya Pak Javas terkejut.

"Hehe, benar, Pak! Saya punya daya ingat yang cukup kuat," jawab Caca.

Pak Javas mengangguk takjub kepada Caca. Caca mulai mengingat setiap harga dan menghafalnya dengan perlahan. Pak Javas merasa kagum melihat keseriusan Caca.

"Sudah, Pak!" ucap Caca.

"Belum ada 5 menit, loh!" kata Pak Javas sambil melihat jam tangannya.

"Hehe, boleh tolong dikoreksi hafalan saya, Pak?" tanya Caca.

"Tentu!" jawab Pak Javas.

Caca mulai menyebutkan semua harga yang sudah dia hafal barusan, dan Pak Javas takjub mendengar Caca menyebutkan semua harga dengan tepat.

"Wah! Baru kali ini saya punya karyawan seperti kamu," ucap Pak Javas memuji.

Caca menundukkan kepala tanda merendah dan berterima kasih atas pujian dari Pak Javas.

WatchingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang