𝒻𝓁𝑜𝓌𝒾𝓃𝑔 𝓌𝒾𝓃𝒹

146 8 5
                                    



𝒻𝓁𝑜𝓌𝒾𝓃𝑔 𝓌𝒾𝓃𝒹

.
.
.

Thana Pov.

𝒹𝒾𝓈𝒸𝓁𝒶𝓂𝑒𝓇= 𝒷𝒶𝓃𝓎𝒶𝓀

.

.

Untuk Thana melihat matahari terbenam hari ini terasa lebih berat dari  biasanya. Hembusan napasnya terdengar jelas disekelilingnya karna hanya ada dia di sana. Semburat jingga menerpa indah wajahnya, cantik. Tapi jika dilihat lebih dekat didalam indahnya semburat jingga matahari terbenam hari ini wajah cantik itu dihiasi oleh air mata.

.

.

"belakangan ini tidak susah untuk mencarimu na"sarkas Lee

Thana mengangkat kepalanya mendengar suara salah satu sahabatnya. Thana hanya tersenyum mengdengar ucapan Lee.

"belakangan ini tempat ini menjadi tempat paling nyaman unutkku" jawab Thana lirih

"mau sampai kapan begini, na?"Tanya Lee

Thana mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban pertanyaan Lee untuknya. Semakin di bahas semakin terasa berat dipikiran Thana.

"dia pasanganmu Thana!" ucapan Lee sedikit terdengar keras

"ya dia pasanganku, tapi perlu diingatkan juga Lee dia menjadi pasanganku karna terpaksa, bukan diriku yang harusnya jadi pasangannya tapi seseorang yang saat ini diantarnya pulang" jawaban Thana terdengar semakin bergetar dan lirih disetiap kata

"tapi orang  itu juga tahu kalau dia sudah jadi pasanganmu saat orang itu memilih meninggalkan dia  2 tahun lalu. Dan dirimulah yang ada untuk dia disaat-saat terberat dan hancurnya dia  bukan orang itu. Dan dengan seenaknya kembali seperti tidak terjadi apapun" emosi Lee

"itu juga benar Lee. Tapi lihat kenyataannya  dia  tidak pernah menatapku seperti  dia  menatap orang  itu. Sifat baiknya hanya karna rasa harus dan tanggungjawab bukan karna dia  mencintaiku Lee" tangis Thana pecah saat harus menjelaskan hal yang sama kepada teman yang sudah seperti saudaranya ini.

"makanya dibicarakan, na. Bukan kamu berdiam disini saat mereka berkeliaran diluar sana!"

"inginku begitu Lee, tapi kau tahu setiap aku ingin membahas hal itu dia  selalu berusaha menghindar hingga diriku sendiri lelah" lirih Thana

Lee menhela napas untuk menurunkan emosinya, bukannya saatnya unutk marah-marah dengan temannya ini.

"oke, sekarang apa rencanamu?" Tanya Lee dengan lebih halus sekarang

Thana menghapus sisa air mata, menghembuskan napas panjang berharap beban dihatinya juga akan ikut keluar bersama helaan napas yang dihembuskan.

"untuk sekarang mungkin aku akan memilih pulang kecondominiumku sendiri dulu Lee, rumah itu terasa seperti neraka sekarang"ucap Thana

" okai, kita pulang sekarang" ajak Lee sembari berdiri menggandeng Thana menuju parkiran

.

.

.

Terduduk diam disebelah Lee sekarang sebenarnya bukan dari rencanaku. Tapi temannya ini akan selalu tahu apa dan dimana diriku. Menghindar akan buang-buang waktu, notifikasi hpku menjadi lagu sepanjang Lee mengantarku kembali kecondominium lamaku.

Ya, condo lamaku, rasa sudah  lama diriku merasa harus kembali kesana karna setalah bersamanya kupikir akan indah tapi inilah kenyataan berbeda jauh dengan harapanku. Setelah tadi mampir dirumah yang sudah kuhuni selama hamper 4 tahun ini, hari ini mungkin menjadi hari terakhirku melihatnya. Disaat harus merapikan barang-barang yang akan kubawa sesak didalam dadaku terasa semakin berat. Air mata yang kutah sejak 2 minggu lalu sudah tidak bias lagi kutahan.

Berkali-kali diriku jatuh bangun membereskan barang-barangku untuk kubawa kembali ketampat asalnya. Ya, tempat asalnya. Mungkin selama hamper 4 tahun ini hanya diriku yang memaksakan semua yang ada dalam hubungan ini. Mencoba terlihat tidak terjadi apa-apa selama ini dan ternyata hari ini diriku lelah juga. Menutup koper teakhir dari semua barangku kulangkah kan kaki dengan berat menuju pintu depan dimana Lee menunggu.

Terimakasih untuk 4 tahun ini, terimakasih sudah memberi semua rasa yang bisa kurasakan selama berada disini. Terkahir, terimakasih sudah pernah memilihku untuk bisa menemani hari-harimu selama 4 tahun ini.

.

.

.

.

Kututup pintu depan rumah dengan berat hati keperhatikan kembali untuk terakhir kalinya.

"sudah semua, na?"Tanya Lee padaku

Kuanggukan kepalaku sebagai jawaban. Terasa kelu bibir ini untuk berucap, nyata terlalu takut disaat mulut ini berucap bukan kata yang keluar melainkan isak tangisku.

Setelah semua barangku masuk kedalam mobil, kupandangi lagi rumah dibelakangku untuk terakhir kalinya dan ini benar-benar unutk terakhir kalinya. Dalan hatiku mengucapakan selamat tinggal untuk rumah ini serta  pemiliknya.

Terimaksih Phi Sai, dirimu akan selalu seperti angin yang mengalir untukku, selamanya akan seperti itu.

Bersama dengan ucapan perpisahan itu, mobil Lee melaju keluar rumah yang penuh kenangan mungkin hanya untukku, meninggalkan semua dibelakang untuk kembali kemana diriku harus berada.

.

.

.

🇹​​🇭​​🇦​​🇳​​🇦​.​🇵​​🇴​​🇻​.​🇸​​🇪​​🇱​​🇪​​🇸​​🇦​​🇮



To be contiue to Phi Sai Pov.

Hai, ga banyak kata, comeback with another story !

#𝓋𝑒𝓇𝓎 𝑔𝑜𝑜𝒹 𝓉𝑜 𝓇𝑒𝒶𝒹 𝓌𝒽𝒾𝓁𝑒 𝓁𝒾𝓈𝓉𝑒𝓃𝒾𝓃𝑔

𝓓𝓪𝔂6- 𝓵𝓲𝓴𝓮 𝓪 𝓯𝓵𝓸𝔀𝓲𝓷𝓰 𝔀𝓲𝓷𝓭#

Terimakasih, selamat membaca.

sou : SailubponTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang