Mettasha sudah berada di dalam pesawat yang akan mengantarnya kembali ke Indonesia. Walau sebenarnya ada rasa berat untuk meninggalkan kota Jenewa yang selama delapan tahun terakhir telah menjadi tempat tinggalnya.
Dulu ketika memutuskan untuk pergi meninggalkan Indonesia sebenarnya Jenewa merupakan kota ketiga dalam daftar pilihan negaranya setelah Jepang dan Toronto. Namun, setelah berbagai pertimbangan akhirnya Mettasha memilih untuk menetap di Jenewa, kota dengan puluhan tempat indah yang menyenangkan seperti danau, air mancur Jet D'eau, jejeran Capel dengan arsitektur Eropa yang memanjakan mata. Tentu saja, yang tidak terlupakan adalah The Flower Clock, taman bunga yang menenangkan.
Di Jenewa, Mettasha memiliki pekerjaan tetap di sebuah perusahaan keuangan dunia. Selain itu, ia juga suka menulis di blog travelling, juga banyak hal lain yang sering dilakukannya, tetapi satu hal yang tidak pernah berubah adalah jiwa introvernya. Ia tetap lebih menyukai kesendiriannya.
Mettasha menarik napas sejenak seakan ingin menangkap semua oksigen di sekelilingnya dan berharap semoga keputusannya pulang kali ini benar. Bukan hanya untuk Melati, sang Ibu, tetapi juga untuk dirinya.
Mettasha memejamkan mata mencoba menikmati perjalanannya selama sembilan belas jam ke depan untuk tiba di negara tercintanya, tempat hadirnya berjuta kenangan dan harapan. Ditatapnya suasana kota di bawah yang terlihat dari jendela sisi kanannya. Namun, seketika lamunan masa lalu kembali menariknya hingga jauh.
Setelah kepindahan Mettasha ke rumah sang ayah, seperti yang dikatakan oleh Melati, keesokan harinya ia sudah bisa menggunakan seragam seperti yang diinginkannya. Hari itu, ia akan memulai hari pertama sekolahnya.
Mettasha bersiap dengan seragam baru yang disiapkan Bibi Yati. Setelah puas mematut diri di hadapan cermin, ia turun ke ruang makan untuk sarapan pagi bersama Adrian dan Yuniar, tetapi ada sebuah hal baru yang mengagetkan Mettasha. Di ruang makan itu telah duduk dua anak lelaki yang kelihatan dari seragamnya, mereka lebih tua beberapa tahun dari dirinya.
Mettasha berusaha tersenyum melihat mereka.
"Anak haram ngapain gabung sama kita? Gak ada pantas-pantasnya!" cetus salah seorang anak lelaki.
"Iya! Yang ada kita ketularan susah nanti! Bang, lihat deh! Tampangnya burik banget! Pasti gak terawat! Ya, gak heran, sih! Namanya juga haram. Pasti tak diinginkan," sahut anak lelaki yang satu lagi. Seketika tawa kedua anak itu menggelegar seisi ruangan.
Mendengar itu, Mettasha diam dan terpaku di tempatnya berdiri walaupun tidak paham dengan apa yang diucapkan mereka, tetapi ia merasa jika keduanya tidak menyukainya. Bersamaan dengan itu, Adrian dan Yuniar datang mendekati mereka di ruang makan.
"Mettasha, kenalkan, mereka ini dua kakakmu, Maxim dan Milian. Ayo, beri salam pada mereka," ucap Adrian memperkenalkan kedua anak lelaki di hadapannya itu.
"Halo Kak Maxim dan Kak Milian. Aku Mettasha," ucap Mettasha memperkenalkan diri pada kedua kakaknya. Di satu sisi, ia bingung dengan sikap mereka yang terkesan tidak menyukainya, tetapi di sisi lain, ia bersyukur karena memiliki dua kakak sekaligus.
"Ayo, duduk, Mettasha. Kita sarapan bersama. Nanti kamu berangkat ke sekolah dianter sama Pak Among, ya. Bareng juga sama Maxim dan Milian," jelas Adrian dengan senyum kecil pada putrinya itu.
Mettasha pun mengangguk, sementara Maxim dan Milian tampak memutar bola matanya tak suka.
Mereka semua duduk dan menikmati sarapan bersama. Suasana hening. Tak ada yang berniat memulai percakapan, hanya Adrian yang sesekali menatap Mettasha dalam diam.
"Hari ini Daddy akan berangkat keluar kota untuk perjalanan bisnis. Maxim, Milian, kalian jangan nakal, ya!" ucap Adrian dengan menatap dua anak lelakinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/373056341-288-k530901.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VIEIL AMOUR | HOSEOK [TERBIT]
FanfictionMettasha terlahir sebagai putri konglomerat ternama yang memiliki banyak hal yang diimpikan semua gadis seusianya. Namun, ia memiliki masa lalu kelam sehingga membuatnya harus menutup rapat dirinya dengan sifat keras dan introver. Sampai suatu har...