Satu

0 0 0
                                    

Sheila Anantara, mahasiswi baru dari sebuah universitas ternama di Jogja. Parasnya manis alami, anak yang baik dan tegas; dia pintar dan sangat aktif berorganisasi. Banyak mahasiswa yang menyukainya, bukan soal percintaan melainkan suka berada didekatnya. Sheila ini tipe anak yang mudah berteman dengan siapapun.

Kento Yamada, mahasiswa tingkat kedua di universitas yang sama dengan Sheila. Dia keturunan Jepang asli yang tinggal di Indonesia sejak usianya 5 tahun. Keluarganya sangat kaya dan dia sangat tampan, namun sayang kepribadiannya yang tertutup membuat orang-orang segan mendekat padanya.

•••

"(Mengehela nafas) Apa hari ini bakal diikutin lagi? Tapi dia ga keliatan dari pagi sih." Sheila terlihat gusar.

Saat ini gadis itu sedang membicarakan tentang Kento, laki-laki yang akhir akhir ini menghantui dirinya. Sheila ini tipikal anak yang baik ke senua orang, dan kebaikannya ini kadang bisa disalah artikan menjadi suka. Ga heran banyak mahasiswa yang baper dan jadi suka, salah satunya adalah Kento Yamada yang terkenal misterius seperti tembok tinggi.

"Sheila!"

Panggilan itu sontak membuat Sheila menghela nafas lebih berat, ia jeas tahu siapa pemilik suara tersebut. Tidak ingin menoleh, Sheila mencoba berjalan saja menuju gerbang kampus.

"Sheila!"

Suara itu semakin mendekat sebeluk akhirnya langkah Sheila berhenti karena tangannya ditarik ke arah berlawanan.

"Sheila! Kamu sengaja pura-pura ga denger ya?!" Protes Kento dengan nada mengintimidasinya.

"Hm?" Dengan santainya Sheila berdeham sambil mencopot earphone yang sengaja ia pasang sebagai gimmick.

"Mulai sekarang kamu ga boleh lagi pake earphone pas lagi jalan." Perintah Kento padanya.

Sheila tersenyum tipis mendengarnya, tanda tidak ingin membalas. "Ada apa cari gw?" Tanya Sheila walau sebenarnya tidak penasaran.

"Pulang bareng." Jawab Kento sambil menarik lengan Sheila.

"Naik mobil lu? Hmm, gw jalan kaki aja deket kok." Tolak Sheila dengan halusnya.

"Ga. Kamu harus bareng aku." Kento semakin menarik lengan Sheila.

"Oke oke, tapi jalan kaki ya." Akhirnya Sheila mengiyakan, walau sedikit berat.

"Ya udah." Kento lalu mengantarnya pulang sambil jalan kaki bersama.

Selama perjalanan Sheila hanya diam, sedangkan Kento sibuk memperihatikan gadis itu. Dengan berani dan tanpa permisi Kento menggandeng tangan Sheila, alhasil Sheila mencoba melepas gandengan tersebut dan hasilnya nihil. Ia kembali menghela nafas.

"Apa perlu pegangan tangan? Tangan gw basah." Masih dengan sikap santainya, Sheila mencoba memberhentikan Kento dalam memegang tangannya.

Kento tidak mempedulikan perkataan Sheila dan tetap menggenggam tangan nya sambil sedikit mengayun-ayunkan tangan mereka. Senyumnya terukir sangat bahagia, bisa berpegangan tangan seperti ini sangatlah menyenangkan dan membuat jantung Kento berdebar-debar. Walau caranya lumayan pemaksaan.

Sesampainya di depan rumah Sheila,
"Besok aku jemput ya, awas kalau pergi duluan." Setelah mendengar hal itu Sheila langsung bergegas masuk ke dalam rumah.

•••

Tidak seperti yang diharapkan, Sheila sudah lebih dulu pergi ke kampus.

Kento Yamada | 59 missed call

Saat melihat handphone yang baru dibukanya setelah di charge itu Sheila langsung tahu apa yang akan terjadi setelahnya, ia perlahan menelfon orang kurang kerjaan yang menelfonnya 59x itu.

"Halo?" Sheila menyapa dengan suara bingungnya.

"Kamu udah ke kampus duluan kan?! Udah aku bilang ke kampus nya bareng aku! Sekarang juga balik ke rumah. Aku bakal tunggu kamu terus disini sampe kamu nyampe rumah! Kita harus berangkat bareng." Bentak Kento sambil meluapkan amarahnya.

Lantas Sheila yang mendengar itu langsung menjawabnya dengan santai "Oh, ya udah. Hati-hati ya anjing tetangga agak galak."

Panggilan diputus sepihak oleh Sheila, tidak ambil pusing ia hanya melanjutkan kelas perkuliahannya. Saat sudah malam hari Sheila tiba di rumahnya, disitu ia mendapati Kento yang sedang jongkok di depan pagar rumahnya.

Sheila berdiri tepat di depan Kento sebelum akhirnya ikut berjongkok didepannya.
"Dasar jahat." Sheila dapat melihat mata Kento yang sudah berlinang air mata.

Sheila mengulur tangannya untuk mengelus kepala pemuda yang ada didepannya ini.
"Anjingnya segalak itu?"

"Bisa-bisanya bercanda disituasi kayak gini. Jahat!" Kento mulai menitihkan air matanya.

"Loh, beneran ada. Itu dirumah sana anjingnya beneran galak. Dulu gw pernah ham-p" belum sempat Sheila menjelaskan dengan benar.

"Peluk aku." Pinta Kento di tengah tangisannya.

Sheila hanya terdiam melihatnya.

"Peluk aku Sheila." Pinta Kento sekali lagi.

"Ga mau." Sheila lalu berdiri dan diikuti Kento berdiri.

"Sheilaaa." Dengan manjanya Kento memintanya.

"Ga." Jawaban dari Sheila sudah bulat.

"Kenapa sih cuman peluk aja." Kento lalu segera memeluk Sheila dengan paksa. Sheila dengan sigap mendorongnya.

"Kenal batasan ya Kento, kita bukan pacar." Tegas Sheila.

"Ya kalau gitu kita pacaran." Tegas Kento.

"Ga." Tolak Sheila lalu segera bergegas masuk ke dalam pekarangab rumahnya.

"Sheila!" Panggil Kento lalu menyusul Sheila ke dalam pekarangan rumahnya.

"Kento, pulang ya. Besok ada kelas, nanti ga bisa bangun pagi." Kata Sheila dengan senyum hangatnya.

"Kasih aku kesempatan please?" Pinta Kento padanya.

"Oke gini aja, aku kasih kamu kesempatan untuk pdkt tapi dalam pendekatan ini ga boleh ada pemaksaan. Gimana? Take it or leave it." Jelas Sheila sambil tersenyum.

"Berarti boleh pegang tangan?"
"Boleh"

"Boleh peluk?"
"Ga boleh"

"Cium?"
"Jelas ga boleh"

"Cium pipi?"
"Ga."

"Terus bolehnya apa?
"Harus banget physical touch?" Tanya Sheila
"Iya!" Tegas Kento

"Hmmm (berpikir keras) selain peluk dan cium beserta kawan-kawannya yang tidak senonoh itu." Jelas Sheila.

"Ihh, peluk gini doang ga boleh? Janji cuman peluk daerah pinggang." Kento sambil mempraktikan yang dia maksud, yaitu memeluk Sheila dari belakang dan melingkari tangannya pada pinggang Sheila.

"Ya udah. Dah kan. Sana pulang, udah malem." Sheila mengusit Kento dengan halus.

Kento menangguk, "Ketemu besok ya"

Salmon SushiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang