Chapter 02

150 22 1
                                    

Atmosfer malam ini terasa lebih dingin daripada malam-malam sebelumnya. Suara langkah seseorang terdengar di lorong mansion memecah keheningan malam hari.

Derap langkah nya terhenti di depan rumah kaca. Dan, dengan perlahan ia membuka pintunya. Gelap dan keheningan ia rasakan, tapi entah kenapa itu tidak membuat nya takut sama sekali.

Satu-satunya cahaya yang berasal dari lentera yang ia bawa menjadi sumber penglihatan miliknya. Ia mendekati sebuah air mancur dan terduduk meringkuk di dekat nya.

"Karina Aurelius." ucapnya, "Mengapa nama itu terlalu berat untuk ku bawa."

Angin berhembus seketika seperti menjawab perkataan dari Karina. Setetes air mata lolos membasahi pipinya yang seputih salju itu. Suara isakan pun terdengar tapi tidak ada seorang pun yang berani mendekati nya dan menanyakan mengapa.

Pelayan dan kstaria yang lewat akan berpura-pura tidak mendengar dan melihat apapun. Lebih baik mereka seperti itu daripada mereka ikut campur dan berakhir mereka dipecat dari pekerjaan mereka.

Karina merasa kecewa pada kedua orangtuanya karena tanpa sepengetahuan dan persetujuan nya ia tiba-tiba diberitahu akan bertunangan dengan Putra Mahkota. Mungkin orang lain akan mengatakan ia bodoh karena menolak bertunangan dengan Putra Mahkota. Tapi bagi Karina itu sangat lah berat karena di masa depan nanti akan banyak tanggung jawab yang akan ia pikul.

Ia mencoba menolak pada awalnya dan berakhir ia dibentak oleh Ayah nya. Karina tidak percaya melihat Ayah nya yang selalu lemah lembut padanya selama ini tiba-tiba meninggikan suaranya kepada Karina. Ia yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres tapi apa daya Karina tidak bisa berbuat banyak pada akhirnya dan hanya bisa mematuhi apapun keputusan yang telah dibuat untuknya.

Matanya menjadi bengkak dan berat karena terlalu banyak menangis. Karina berbaring di samping air mancur, ia tidak peduli apa yang akan terjadi keesokan hari ketika pelayan menemukan nya tertidur di rumah kaca. Ia hanya ingin membuat sebuah keputusan walaupun itu hanya sebatas seperti ini.

-----

Winter kini sedang berlatih bersama para ksatria Helion. Seperti yang ia duga dari awal bakat alami dari seorang Winter Helion tidak menghilang dan ia bersyukur akan hal itu. Jadi, Winter tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana caranya nanti ia akan melindungi dirinya sendiri jika terjadi sesuatu.

Pranggg...

Sudah tiga kali Winter mengalahkan para ksatria dalam latihan berduel. Pedang nya mengacung pada ksatria yang sedang tergeletak kelelahan di atas tanah.

"Ternyata kau tidak sehebat apa yang dikatakan pelatih huh?" ucap Winter dengan nada mencemooh. Pemuda yang menjadi lawan Winter meludahkan darah ke tanah lalu beranjak berdiri.

"Itu belum seberapa. Aku hanya mengalah saja pada mu, Lady."

"Benarkah? Kalau begitu, mau melakukan duel lagi dengan ku, Jake?"

Pemuda bernama Jake itu berdecih dan pergi tanpa menjawab perkataan Winter. Perbuatan nya itu tidak sopan sekali karena mengabaikan ucapan dari seorang bangsawan tapi Winter tidak mengindahkan soal itu jika sedang ada di tempat latihan. Ia menganggap semua orang yang ada di tempat ini memiliki status yang sama.

"Kurasa latihan mu sudah selesai, Winter."

Winter menolehkan kepalanya dan melihat Abel, Ayah nya sedang berjalan menghampiri nya ke tengah lapangan.

Winter memberi salam hormat kepada Abel, "Apa yang membawa mu kemari, Ayah?"

Abel menunjukkan sebuah surat dengan cap lambang keluarga kekaisaran. "Ini adalah undangan pesta pendirian kekaisaran. Aku sebagai Duke dari wilayah Selatan tentu saja harus datang kesana, tapi aku tidak ingin datang seorang diri."

I Replaced the Male Lead Role [WinRina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang