"Hacih!" Bersamaan suara bersin cairan kental bening ikut keluar,menyembur.
"Udah tau hujan, bukannya langsung pulang malah ujan-ujanan" Angga menyerahkan tisu kepada Deva,guna mengusap ingusnya itu.
Saat ini Deva berada di kamarnya,terbaring lemah karena flu. Ditemani oleh Angga,Indah tadi menyuruhnya untuk menjaga Deva sebentar.
Saat mereka tadi sampai,ternyata di sini tidak hujan sama sekali,cerah sepanjang hari. Emang sih tempatnya cukup jauh dari mereka berada tadi. Entah memang sial atau sudah dari sananya. Pokoknya yang salah Deva,siapa suruh hujan-hujanan!
Ceklek
Indah masuk membawa nampan berisi teh hangat.
"Minum dulu teh angetnya" Indah memberikan teh jahe yang asapnya masih tampak mengepul.
Deva meniupnya sebentar,lalu meminumnya pelan-pelan. Tenggorokannya kini terasa lebih baik. Namun tidak dengan tubuhnya yang masih terasa sedingin sikap dia,eh maksudnya sedingin kutub es.
"Mah,dingin" Deva menggigil, mengeluh kedinginan. Namun, saat Indah menyentuh dahi dan lehernya, terasa sangat panas seperti terbakar.
"Ngga,ambilin selimut tebel yang di dalem lemari bagian bawah" Ucap Indah meminta tolong.
Angga segera mengambilnya dan menyelimuti tubuh Deva. Punggung tangannya ia tempelkan ke dahi Deva, memeriksa.
Panas banget!
Ringg,
Hp Angga berdering. Ia segera mengangkatnya, lalu dengan cepat mengakhiri panggilan.
"Bu bos,saya mau pamit pulang duluan ya. Udah ditungguin" Pamit Angga, menyalami Indah.
"Lo istirahat aja, jangan lupa minum obat. Gue pulang dulu" pesannya.
"Siap bang,makasih" Ujar Deva, diselingi suara sisian ingusnya.
Beberapa jam lalu, tepatnya 3 jam yang lalu, pukul 16.00 sore mereka tiba. Walaupun kena hujan kondisi mereka kering,kecuali rambut yang setengah basah. Tidak terlihat seperti orang yang habis kehujanan.
Mereka mengenakan pakaian yang dibeli tadi. Dari luar memang kelihatan dalam kondisi kering,tapi kondisi didalam tidak baik-baik saja. Tau sendirilah. Kasian mereka, kedinginan selama perjalanan di sana.
Daniel kemudian mengantarkan satu persatu temannya itu pulang. Tidak lama,Deva memberi kabar bahwa ia sakit. Mungkin imunnya saat ini lemah, biasanya ia jarang sakit jika kehujanan.
Keesokan harinya teman-temannya datang kerumah Deva,menjenguk. Sekalian merencanakan liburan mereka kembali. Kali ini dengan penuh persiapan.
Mengecek ramalan cuaca dulu, mengganti lokasi tempat yang lebih pasti, Jaga-jaga bawa kotak P3K, selimut,dan galon air pun mereka bawa.
3 hari kemudian kondisi Deva sudah baikan,namun ternyata gantian Reno yang sakit. Mungkin tertular Deva. Rencana mereka tertunda dulu,menunggu Reno kembali sehat. Hari-hari berlalu,gantian Daniel yang sakit,lalu Tegar.
Selama 2 minggu mereka sakit secara bergantian, akibat tertular satu sama lain. Yang sakit dijenguk,yang ngejenguk terus sakit,gitu aja terus. Mumet.
Rencana mereka berakhir wacana,yah mau bagaimana lagi, penting mereka masih hidup. Terakhir kemarin, hampir aja mokad. Liburan semester telah berakhir dan kehidupan sekolah akan segera dimulai kembali.
Deva dengan seragam abu-abu putihnya sudah siap berangkat sekolah. Setelah sarapan ia balik ke kamarnya dulu mengambil tasnya. Tas merahnya ia gendong kepundak,lalu berpamitan kedapa Ardi dan Indah. Tidak lupa juga dengan teman kerjanya yang tampak siap-siap membuka kafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Noah Deva
Teen FictionDeva. Remaja 17 tahun,kelas 11 SMA. Laki-laki berkepribadian ceria dan murah senyum,di kelilingi teman dan keluarga yang menyayanginya menjadikan kehidupannya bahagia dan penuh warna. Optimis serta penuh mimpi, ia bercita-cita membahagiakan orang t...