BAB 2

4 2 0
                                    

   Saat semua sudah berada dikamar masing masing, tiba' Rio merasa haus, lalu Rio meminta izin kepada Alan. "Alan, gue haus nih, gue ke dapur dulu. Lo mau gue ambil in gak??". "Iya, gak usah gue ntar ambil sendiri aja Ri" jawab Alan. Rio pun pergi ke dapur untuk mengambil minum, saat dia membuka kulkas ia melihat air minum itu berwarna merah dan bau nya busuk sekali, karena Rio takut ia reflek teriak "aaaaaa, Alannnnn Dewaaaaa". Alan, Dewa dan anak perempuan yang mendengar suara itu pun langsung segera menghampiri, saat mereka berada di dapur mereka tidak melihat Rio.  "woi, Rio kemana??  tadi dia teriak trus kok gak ada" tanya Dewa. Alan pun menjawab "tadi katanya dia haus, jadi dia ke dapur buat ambil minum".  "lah, tapi Rio gak ada di dapur trus gimana dong, kalau mau nyari juga ini udah malem" (Naura).

        Rio itu diseret oleh arwah gadis cantik Laranka ke kamar yang terkunci dan menggantungkan Rio didinding. Keadaan Rio sudah meninggal dunia.

       Alan pun memutuskan untuk mencari Rio di pagi hari. "yaudah, karena ini dah malem mending kita tidur aja dulu nah nanti besok kita cari Rio".   "oke, gue setuju lagi pula ini dah malem. Gais mending sekarang kita balik ke kamer aja trus tidur baru besok pagi Kita cari Rio"  ujar Naura. Mereka pun pergi ke kamar masing masing. Jam 12 malam, hantu Laranka pun masuk ke kamar perempuan. Hantu Laranka itu membawa arwah Qia.

     pagi. Naura dan Kerin sudah siap. Naura pun membangunkan Qia "Qia, Qia Qiaaa!!!". "Nau, kok Qia gak bangun bangun yah??, coba gue periksa" tanya Kerin. saat Kerin memegang tangan Qia, Kerin pun terkejut karena tangan Qia sangat dingin dan Kerin pun memeriksa nafas nya. kerin terkejut dan teriak sembari memanggil Alan dan Dewa "Nauuu, Qia, Qia gak bernafas!!. Alan!! Dewa!! cepetan kesini".  Alan dan Dewa pun langsung pergi ke kamar perempuan. "woi, ada apa?? bisa gak sih rin lu tuh gak usah teriak teriak?!!" (Dewa), "Dewa, adik loh. Adik lo gak bernafas!!" ucap kerin. dewa pun terkejut "hah, gak mungkin. Qia, Qia ini abang Qiaaaaa!!. Qia bangun, jangan pergi Qiaaaa!!" seru Dewa sambil menangis. Alan ngerasa kematian Qia dan hilang nya Rio itu gak wajar dan aneh. "gais, kalian ngerasa gak kalo kematian Qia dan hilang nya Rio itu gak wajar" ucap Alan. "dah lah mending kita urus pemakaman Qia dulu, baru setelah itu kita pikirin tentang kematian Qia dan hilang nya Rio" ujar Dewa yang sedang sedih.

        Mereka semua pun keluar rumah. Kerin dan Naura sedang memandikan dan memakaikan kain kepada Qia, sedangkan Alan dan Dewa sedang menggali tanah. Setelah Qia di makamkan dan di doakan mereka semua kembali kedalam rumah itu. 

     Sekarang Dewa sangat sedih dan sangat kecewa pada diri nya sendiri karena ia merasa gagal menjadi seorang kakak. "Qia, kamu kenapa tinggalin abang??. abang adalah abang nya Qia yang terburuk, seharusnya abang jagain Qia, maafin abang ya Qia" ujar Dewa sembari menangis sedih. Alan mencoba menghibur Dewa "Dah deh, lu tu ya gak usah nyalain diri lo terus, lo tu gak salah. okey, jadi sekarang kita fokus cari tau tentang rumah ini aja dulu!" Alan.

       mereka pun mencari tahu tentang rumah tersebut. Tiba-tiba saja Kerin menemukan kunci. "gais liat nih, gua nemu kunci dari kotak itu, kira-kira kunci itu kunci apa yah?" ucap Kerin. mereka pun penasaran dengan kunci itu, jadi mereka mencoba mencari tahu kunci apa itu. Alan mencoba membuka satu persatu kamar yang terkunci menggunakan kunci yang di temukan Kerin, saat Alan mencoba membuka salah satu kamar yang terkunci itu, tiba-tiba pintu itu terbuka. Alan mendorong pintu itu semakin lebar, mereka pun masuk kedalam kamar itu, sehingga saja mereka semua terkejut saat melihat dalam kamar itu berisi 9 mayat dan Rio yang sedang tergantung di dinding.

        Alan yang melihat Rio yang sedang tergantung di dinding pun segera melepaskan ikatan tali nya dan meletakkannya di lantai. mereka mencoba membangun kan Rio, namu sayang sekali nyawa Rio sudah tidak ada. "Rio, Rio bangun, bangun!! Rioooo" ucap Alan sembari menggoyangkan badan Rio. "gais, bener dugaan gue. Rumah ini aneh, kita harus segera keluar dari rumah ini sekarang juga" ujar Kerin sembari ketakutan. "aaaaa, mending kita balik aja yuk. gue takut banget, nanti kalo kita kaya mereka semua gimana, iihh aku gak mau ya!!" ujar Naura sembari memegang tangan Kerin.

   Dewa pun memutuskan untuk pulang. "yaudah, kita siap siap trus kita langsung balik". "oke, ayo kita harus cepet" (Naura). mereka pun pergi ke kamar masing masing dan bersiap siap, saat Naura dan Kerin sedang siap-siap, tiba tiba saja ada yang menyeret kaki Naura hingga masuk ke dalam kamar itu lalu pintu kamar itu terkunci nya. "aaaa, Kerin tolong!!!" seru Naura. "Nauraaaa!! Nau. Dewaaaa Alannn" teriak Kerin. Dewa dan Alan pun panik dan langsung menghampiri Kerin. "ada apa rin??" Tanya Alan. Kerin pun menjawab dan menjelaskan. "tadi gue sama Naura lagi siap siap, trus tiba tiba aja Naura terseret sampe masuk ke kamar itu, tadi gue dah coba bantu coman itu berat banget". Alan, Dewa dan Kerin pun segera menghampiri kamer itu.

      setibanya di kamar tersebut, Alan mencoba membuka pintu itu dam ternyata terkunci. "woi, pintu nya ke kunci. Rin kuncinya mana??".  "aduh, kuncinya kan ada di dalam kamer itu. gimana dong ??" jawab Kerin sembari ketakutan.  "ya elah rin rin, trus gimana dong inih. Nau, Naura!! lu ada di dalem kan??" (Dewa). "iya, gue di dalem sini!! mending kalian selamet in diri kalian sendiri. cepet pergi!!, aku gak papa" jawab Naura dengan suara yang serak. Kerin pun mengajak mereka untuk keluar dari rumah ini dan pulang. "gais, mending kita dengerin omongan  Naura. Kita sekarang keluar dari rumah ini ayok!!".  "yaudah ayok" jawab Alan.







       Mau lanjut? Jangan lupa follow, vote and komen biar gak ketinggalan cerita nya....

     Tungguin lanjutan nya ya....

HOUSE OF DEATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang