Aku berjalan dengan muka garang, tidak, lebih-lebih dari garang. Aku tidak memperdulikan tatapan ngeri orang-orang di sekitarku.
'Masa cewe kelakuannya kaya gitu?'
'Liat, itu cewe yang tadi. Gamalu apa ya dia?'
'Kasar banget dia ya?'
'Cewe apa cowo sih? Gada sopan santunnya'
Huft, aku menghela nafas yang sangaaaaaaat panjang. Biarlah apa kata mereka, aku tak perduli.
Sebenarnya komentar mereka yang pedas-pedas itu mengacu pada kejadian tadi pagi.......
[Flashback ON]
#PLAAAAK
Bunyi tamparan terdengar nyaring di lorong itu. Seketika semua hening.
"Apa-apaan?" Ucap seorang gadis yang tak terima kekasihnya itu ditampar olehku.
"Udah, kamu diem dulu" kata si cowo memberi pengertian pada cewenya yang akan memberontak karena kelakuanku.
"Hmm, bagus ya? Jadi gini kelakuan kamu? Ngelaba sana-sini? Eh sadar dong cuy kamu ga ganteng-ganteng amat lagian, udah syukur aku mau jalan sama kamu juga! Cih"
Aku tidak memperdulikan tatapan terperangah orang-orang sekitar, pasalnya omonganku memang terlalu kasar.
"Ini, ini yang ngebuat aku menjauh dari kamu, karena omongan kamu selalu ngebuat aku sakit hati! Pernahkah sedikit aja kamu menghargai aku?" Lelaki itu tampak tersakiti dengan ucapanku tadi. Ia pergi dengan wajah penuh amarah.
Aku terdiam menatap kepergiannya, kenapa tidak ada seorang pun yang mengerti aku? Tidak seorangpun mengerti maksudku?
Aku seperti ini karena tidak mau kelihatan lemah dimata orang lain, lebih tepatnya gengsi.
Aku menatap nanar lelaki yang semakin menjauh itu, aku begini karena aku menutupi rasa sakitku. Rasa sakit hatiku......
[Flashback OFF]
^°^
"Dengan ini bapak ucapkan selamat kalian telah lulus dari sekolah ini, kejarlah terus cita-cita kalian, Selamat meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi"
Tepuk tangan menggema di seluruh aula. Yap, hari ini upacara kelulusanku. Namun, aku tidak bisa tersenyum walau hari ini hari bahagiaku.
Kejadian tadi masih saja teringat olehku, lelaki yang kutampar tadi, Reno.....
Ia mendekatiku 2 bulan yang lalu, segala upaya dia lakukan untuk merebut hatiku. Namun hatiku tetap tak gentar, aku selalu jutek padanya.
Lama kelamaan, aku mulai luluh oleh Reno, aku berpikir untuk mencoba menerimanya.
Lalu, kudengar dia menyerah mengejarku, kini ia tengah dekat dengan adik kelasku yang centilnya minta ampun, Sasya.
Aku menghela napas, puas akan kejadian tadi pagi. Akhirnya bisa meluapkan emosiku tadi pagi. Setidaknya aku tidak seperti cewek lemah kan?
Upacara kelulusan berjalan dengan lancar, diakhiri dengan acara peluk-pelukan sesama siswa. Aku memilih kabur, karena jujur saja aku tidak punya teman dekat.
Satu-satunya temanku yaitu, Kiara. Kini Kiara tengah dikerubuni kawan-kawannya karena sifa Kiara yang lemah lembut dan baik hati itu.
Jujur saja, jika aku laki-laki, pasti aku naksir Kiara deh.
Aku bersembunyi di lapangan sekolah, namun ternyata lapangannya tidak sepi. Aku melihat segerombolan adik kelas tengah mengerubuni seorang lelaki.
'Kak ini coklat buat kaka'
'Kak minta nomor ponselnya dong'
'Kak foto yuk, buat kenang-kenangan'
Aku tak memperdulikan mereka, aku berjalan dengan santai hingga sebuah tangan melingkari pundakku.
"Hai sayang, kemana aja? Aku nungguin daritadi loh"
Aku menatap ngeri pada lelaki ini. Semua tatapan mata melihat padaku, perhatian para adik kelas ganjen itu kini terarah padaku."Apa-apaan nmm...." belum selesai aku melanjutkan kalimatku lelaki ini menutup mulutku lalu membawaku pergi.
"Sudah ya adek-adek dadah, kaka punya kencan istimewa hari ini."
katanya sambil mengedipkan mata dengan genit.Setelah agak menjauh dari gerombolan cewek ganjen yang kini menatap kami dengan raut wajah kecewa, aku melepaskan rangkulan cowo satu ini. Kami saat ini berada di koridor sekolah yang sepi.
"Lepas! Apa-apaan sih? Kencan? Sejak kapan aku kencan sama kamu?" Kataku kesal.
"Kamu Senaya kan?" Ia mengatakannya girang.
"HEI! Kok mengalihkan pembicaraan sih?" Kataku jengkel
"Kamu Senaya kan? Naya kan?"
"Apaan sih kamu...."
"Aku suka kamu"
What!! Dia gila apa?
"Otak kamu masih normal kan? Apa perlu aku anter ke dokter?!!" Ujarku kesal
"Engga Nay, aku serius. Aku suka kamu. Kamu Naya kelas 9-1 kan?"
Aku melihat nametagnya.
Samudera Fachri Zulfikar"Kamu? Kamu Samudera?"
"Ahh senangnya kamu ingat namaku" aku bergidik ngeri.
"Eh sorry ya, aku liat nametag kamutuh"
Dia terlihat kecewa namun tak lama ia tersenyum manis padaku.
"Tak apa, yang penting sekarang kau mengenalku. Tadi kamu nampar orang kan? Keren Nay"
Keren katanya? Ish.
"Minggir sana aku mau lewat" namun ia tak kunjung memberi jalan padaku
"Kamu lagi patah hati ya?"
Nah loh?
"Sok tau kamu!!!" Aku memelototinya.
"Abis kamu marah-marah terus" ujarnya dengan tampang heran.
"Aku lagi enggak patah hati!"
"Terus kenapa kamu nampar cowo tadi?" Dia mendekatkan wajahnya padaku, sontak aku memerah, namun aku pandai menyembunyikkan perasaanku.
"Jangan pingin tau urusan orang lain deh! Mendingan kamu pergi sana yang jauh, aku gasuka cowo!"
"Oh jadi kamu sukanya sama perempuan?" Katanya polos
Mataku membulat tak percaya, "Kamu masih waras kan?"
"Kan kamu sendiri tadi yang bilang, kamu gasuka laki-laki. Terus kalau kamu gasuka laki-laki, ya berarti kamu sukanya sama perempuan dong?"
"Bukan gitu! Maksud aku, aku gamau membuka hati untuk siapapun!"
"Kalau buat aku mah mau ya?" Dia nyengir
"Pede gila!" Aku memutar mataku
Dia terkekeh geli, "kamu mau lanjutin ke sma mana?"
"SMA Harapan Bangsa, kenapa tanya-tanya?!" Ucapku galak.
"Wah kita samaan!"
Aku bergidik ngeri "kayanya itu hal buruk buat aku."
Dia terkekeh lagi, "Kamu ada acara liburan nanti? Mudik gitu?"
"Gaada" kataku acuh
"Liburan kita jalan yu?"
Eh? Apa katanya? Ni anak stress. Baru kenal udah ngajak main. Eh tapi dia bukan orang asing sih.
"Gimana Nay mau ga?" Katanya penuh harap, matanya berbinar.
Kalau dipikir-pikir, lumayan juga ya ada temen main? Biar ga terlalu bosen. Apalagi liburan kali ini 1 bulan full! Daripadi aku mati kebosenan dirumah, ya mendingan main sama si ini nih.
"Baiklah"

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Most
RomanceMeskipun aku terlahir kembali di masa depan, takkan kutemui lagi orang seperti dirimu. Kau bagai penerang dan penghangat hidupku. Aku sangat berterima kasih atas cintamu. Karenamu juga aku merasakan hati ini berdebar. Dengan cintamu, tak perduli seb...