1. Tiba-Tiba Akrab

17 7 0
                                    

"Kalo bukan siapa-siapa, kenapa ga rela dia pergi?"
- Varez Al-Chesar Ganendra

"Baik boleh, tapi jangan sampai mau dimanfaatkan,"
- Zevairra Rayanza Reyfandz

🎀🍼🎀

"Alika?! Lo marah? Maafin gw, habisnya gw gatau mau nolaknya gimana. Dia bilang gw mirip orang yang dia sayang tapi udah meninggal, kalo udah kayak gitu mau gimana lagi?" Kini seorang gadis berpita putih dengan jaket putih yang selalu ia pakai ketika disekolah sedang membujuk temannya yang sedang marah karena dirinya telah berpacaran dengan orang yang temannya sukai.

Alika Casia Marcella, gadis yang menyukai seorang kakak kelas yang kini malah berpacaran dengan temannya. Ia tidak habis pikir dengan temannya itu, entah dia yang memang tidak peka atau bagaimana. Tapi, dia tidak bisa marah juga padanya.

"Itu namanya lo cuman dijadiin pelampiasan doang gobl*k, lo tuh jangan baik-baik banget ke orang," ucapnya menatap malas gadis disebelahnya itu, Zevairra Rayanza Reyfandz.

"Iya deh, gw ngaku salah. Gw janji lusa gw putusin," ucap Zeva dengan wajah melasnya.

"Jangan, gw denger-denger dia itu cowo famous yang suka pacarin sembarang orang dan kalo putus selalu bilang cewenya yang bosen padahal dia yang bosen," ucap Alika yang hanya diangguki oleh Zeva.

"Ih tapi gw kemarin udah dilabrak sama fans-fansnya," ucap Zeva memasang wajah tidak suka.

"Kita kumpulin bukti dulu, terus ancem dia. Lo jangan minta putus sebelum dia yang minta duluan," ucap Alika yang langsung diangguki oleh Zeva. Saat sedang asik berbicara tiba-tiba seseorang memanggil Zeva.

"Zeva," panggil orang itu.

"Ikut gw ke ruang BK," ucap orang itu yang tentu saja membuat Zeva maupun Alika terbelalak.

"Ngapain? Gw kan ga ngelakuin apa-apa," ucap Zeva sedikit panik dan bingung.

"Gatau," jawabnya yang ternyata juga tidak tahu.

"Siapa yang nyuruh, Rez?" Tanya Alika yang ikut penasaran.

"Bu Qiana," Varez Al-Chesar Ganendra, dia lah yang mengajak Zeva ke ruang BK karena diperintahkan oleh wali kelasnya Bu Qiana.

"Ya udah, dadah Alik, Zeva pergi dulu jangan kangen yahh," ucap Zeva yang segera bangkit dari duduknya. Ia berjalan pergi sembari melambaikan tangannya.

"Lo dipanggil ke ruang BK, Zev. Bisa-bisanya lo masih cengengesan," ucap Alika menggelengkan kepalanya.

Varez mengikuti Zeva dibelakangnya, ia merasa canggung karena tidak biasa berjalan dengan seorang gadis. Zeva merasa jalannya terlalu cepat ia melambatkan jalannya agar Varez bisa berjalan disampingnya. Bukan modus, Zeva berpikir jika Varez dibelakangnya dan tidak mengajaknya mengobrol itu tidak sopan.

"Nama lo Varez, kan?" Tanya Zeva yang memang belum mengetahui namanya.

"Ini udah masuk semester dua, lo belum hapal anak kelas? Padahal lo wakil ketua kelas," ucap Varez benar apa adanya.

Zeva menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia memang tidak bisa mengingat nama dan wajah seseorang kalau belum berinteraksi. Varez menggelengkan kepalanya melihat tingkah lucu Zeva. Varez sempat berpikir apa yang dikatakan Alika itu benar apa adanya. Bukannya panik karena dipanggil ke ruang BK, dia malah bersikap biasa saja dan masih memasang wajah cerianya.

"Oh iya? Lo tau diangkatan kita ada cewe cantik banget, tapi katanya dia sombong dan cantik karena makeup. Emang bener?" Tanya Zeva pada Varez tanpa berpikir apakah Varez akan mengetahui hal itu atau tidak.

ZEVAREZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang