Happy Reading, Love.
...
Yogyakarta, 07 September 2024
Malam itu, di bawah langit yang berbintang dan diiringi oleh hembusan angin sepoi-sepoi, Dai duduk di balkon kamarnya. Suasana malam yang tenang terasa begitu menenangkan, seolah-olah dunia sedang memberi Dai kesempatan untuk merenung dan beristirahat dari hiruk-pikuk kehidupan. Di tangannya, secangkir kopi hangat menguarkan aroma yang mengundang, memberikan rasa nyaman yang menyebar dari lidah hingga ke seluruh tubuh. Dai menyeruput kopi itu perlahan, membiarkan kehangatannya mengalir dalam dirinya.
Dengan mata terpejam, Dai merasakan angin lembut yang menyapu wajahnya, membuat rambutnya yang sedikit acak-acakan ikut bergoyang. Senyum tipis menghiasi bibirnya saat kenangan dari dua bulan yang lalu kembali membayang di benaknya. Sebuah momen awal yang tampaknya biasa, namun ternyata menjadi fondasi dari hubungan yang kini ia jalin dengan Shun, teman sekamarnya yang penuh misteri.
Kala itu, saat Dai masih berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan kebiasaan hidup bersama orang lain. Kamar yang ia tempati terasa asing, begitu juga dengan pemuda yang tidur di ranjang sebelahnya. Shun, sosok yang awalnya hanya dikenal sebagai teman sekamar, terlihat begitu tertutup dan menjaga jarak. Namun, malam pertama mereka berbagi kamar memberikan Dai sekilas pandang ke dalam kehidupan Shun yang sebenarnya, kehidupan yang dibayangi oleh luka dan kesepian.
Malam itu, Dai tidak bisa tidur dengan nyenyak. Suasana baru asrama membuatnya gelisah, dan pikirannya terus berputar, mencoba menerima semua perubahan yang terjadi. Dalam kegelapan, matanya terbuka dan terpaku pada siluet Shun di ranjang sebelah. Shun tampak gelisah dalam tidurnya, tubuhnya bergerak resah seolah-olah tengah berjuang melawan sesuatu yang tak terlihat. Rasa ingin tahu menguasai Dai, membuatnya bangkit dari tempat tidur dan mendekati Shun dengan hati-hati.
Semakin dekat, Dai bisa melihat air mata yang mengalir di pipi Shun. Hati Dai mencelos, merasakan simpati yang mendalam untuk pemuda yang tampaknya begitu rapuh dalam tidurnya. Bibir Shun bergerak-gerak, mengucapkan kata-kata yang tidak jelas terdengar.
Dai mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat, berharap bisa menangkap apa yang sedang Shun katakan. Saat itulah ia mendengar nama yang diucapkan Shun berkali-kali, "Leo." Nama itu diucapkan dengan nada yang penuh rasa sakit dan kepahitan, disertai dengan kata-kata makian dan penyesalan.
Dai tersentak mendengarnya, menyadari bahwa apa pun yang sedang dialami Shun dalam mimpinya, itu adalah sesuatu yang meninggalkan luka mendalam. Dai mundur perlahan, kembali ke tempat tidurnya dengan perasaan yang campur aduk. Ia tidak bisa menghilangkan bayangan Shun yang terluka, bahkan dalam tidurnya, dan itu membuat Dai merasa perlu melakukan sesuatu. Namun, saat itu ia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan selain berusaha untuk lebih memahami Shun.
Hari-hari berlalu, dan hubungan mereka perlahan mulai mencair. Shun yang awalnya begitu tertutup, mulai menunjukkan sedikit demi sedikit sisi lain dari dirinya. Mereka mulai saling menyapa, berbicara tentang hal-hal ringan, dan secara bertahap. Meski begitu, Dai masih bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang Shun sembunyikan, sesuatu yang membuatnya terus waspada dan menjaga jarak.
Hingga suatu malam, ketika hubungan mereka sudah cukup dekat, Shun kembali terganggu dalam tidurnya, namun kali ini ia meraih tangan Dai yang kebetulan berada di dekatnya. Dalam tidur yang gelisah, Shun menggenggam tangan Dai erat-erat, seolah-olah mencari pegangan di tengah lautan kegelapan yang menenggelamkannya.
Dengan suara yang hampir tak terdengar, Shun memohon agar Dai tidak meninggalkannya, mengungkapkan ketakutannya akan kehilangan seseorang yang mampu menerima dirinya apa adanya, terlepas dari siapa dirinya yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlit Embrace
FanfictionCerita ini berpusat pada seorang pemuda bernama Dai, mahasiswa jurusan Film dan Televisi, yang memilih menutup hatinya terhadap cinta karena pengalaman pahit di masa lalu, membuatnya tidak ingin lagi terlibat dalam hubungan romantis. Sebagai gantiny...