the vow

5.2K 558 68
                                    


Ketika itu, warna angkasa tampak lebih menyala dari hari biasa. Panti jompo Wuni Asih ikut kemerahan ditimpa sinar matahari senja. Bau gorengan ikan asin cukup menggugah selera, andai aku tak sedang kesakitan. Bibirku sama berdarahnya dengan langit di sana, sementara pipiku lebam keunguan seperti gelap di daerah timur yang mulai merambat.

Hari ini sial sekali. Aku berpapasan dengan Crows dalam perjalanan pulang. Mereka mengelilingiku, membuatku jadi bahan mainan lantaran ujian kemarin aku menolak untuk memberikan contekan.

Tapi ketua mereka, Raven, tak ikut turun tangan menghajar. Malah sempat kuperhatikan dia sama sekali tak tertarik menyiksaku tadi, dan mengakhiri semuanya lebih cepat setengah jam dari biasanya.

Mungkin dia masih memikirkan komentarku kemarin lusa. Mau tak mau aku menyeringai. Kalau aku bisa mempengaruhi dia, bakal ada kesempatan untuk membuat dia keluar dari gerombolan itu juga. Dan janjiku pada kakak akan terpenuhi—untuk mengajak Raven kembali.



×

×

×

  

  

BRAK!!!  

Suara pintu dibanting keras oleh ayah. Aku tak ambil pusing karena itu sudah seperti rutinitasnya. Mungkin tangan ayah akan gatal kalau tiap tiga jam sekali tidak membanting sesuatu. Tanpa mempedulikan sosoknya yang menggerutu, aku masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri di tempat tidur.

Kehidupan kami sudah kacau sejak ibu pergi, tapi lebih hancur lagi semenjak kakak meninggal dalam kecelakaan. Kakak diserang saat pulang dari sekolah karena saat itu sedang panas-panasnya masalah antara SMA 13 dan SMA 21. Ia tak tahu kalau ada tawuran di jalan utama. Nahas sekali.

Kala mataku terpejam, wajah kakak yang berlumuran darah melintas. Ia mencoba tersenyum dan tertawa, seperti ia baik-baik saja dengan sepotong kaca terbenam di lehernya. Tak mempedulikanku yang histeris ingin menolongnya.

"Jangan benci mereka... "

Aku mengeraskan rahang mengingat pesan absurd itu. Menyebalkan. Aku sudah dendam sejak dulu kepada Crows, kakak tahu. Dia juga mengerti mungkin aku akan membunuh mereka setelah ia tiada, karena itu dia membuatku berjanji.

"Bawa Raven keluar dan hiduplah sebagai sahabatnya... seperti kakak denganmu... seperti seorang teman... "

Dan percayalah, sulit sekali menolak keinginan seseorang yang sangat berarti bagimu, terlebih ketika mereka sekarat.

Jadi aku hanya dapat mengangguk, menelan kata-kata.



×

×

×

Asti cewek yang unik. Mungkin juga sedikit aneh. Kalau dilihat dari penampilan, sosoknya cantik dan gaul seperti kebanyakan cewek yang mengikuti trend mulai dari baju, dandanan, sampai tempat nongkrong. Dia bahkan juga mengubah namanya menjadi Ashley.

Namun yang membuat dia berbeda dari mereka adalah penyakitnya. Dia itu jenius kelas kakap, karena IQ-nya tinggi dan tak pernah ada kuis atau ujiannya yang mendapat nilai di bawah 97. Dia juga kaya, terlihat dari semua merek benda yang ia pakai, juga mobil Jaguar hitam pribadinya. Semua warga sekolah kenal dia, lantaran gosip tentangnya selalu meledak dan bertahan sampai berbulan-bulan.

the vow [in ed.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang