15

1.6K 121 5
                                    


"Hai ma, pa. Maaf Nana baru ke sini lagi." Ucap Jaemin, pria manis itu membersihkan makam kedua orangtuanya yang bersebelahan.

"Nana udah ingat semua, ma, pa. Tentang kecelakaan yang kita alami dulu, Nana yang di adopsi sama ayah dan bunda juga keadaan yang sebenarnya." Jaemin mengusap nisan keduanya.

"Nana rindu sekali dengan kalian, mau peluk." Pria manis itu menundukkan kepalanya.

"Hidup nana rasanya berat banget gak ada kalian, nana hancur. Nana bingung harus bersandar sama siapa, Nana berusaha kuat tapi gak bisa. Nana selalu nangis sendiri di kamar, berpikir kenapa ya tuhan jahat sama nana." Menghapus air matanya, pria manis itu mendongak.

"Ma, Nana mau peluk mama. Mau cerita semua hal yang nana alami, mau belajar sama mama mau semuanya sama mama. Nana juga mau papa, mau peluk papa. Mau papa lindungin nana dari orang-orang yang jahat sama nana." Jaemin terisak pelan.

"Mau sama kalian terus hiks.."

Jaemin memeluk nisan Jungwoo, menangis di sana.

Sejak dulu Jaemin tak pernah lupa ke makam orangtuanya, sekedar membersihkan dan mengungkapkan perasaannya pada mereka. Meski tak ada jawaban tapi Jaemin lega setelahnya.

Saat dirinya mengetahui tengah mengandung pun Jaemin bercerita pada mereka, menangis dengar suara pilu. Bahkan dirinya lupa untuk pulang ke rumah jika bukan Yuta yang menyusul karena Jaemin tak kunjung pulang.

Yuta menyayangi, sangat. Tapi bagaimana ya mengatakan, rasa sayangnya berbeda dari Lucas. Jaemin pun tak bercerita banyak pada Yuta karena Jaemin segan, walau Yuta selalu mengatakan untuk bercerita saja.

Saat Winwin memberitahu semua pun Jaemin selalu ke makam orangtuanya, berdoa dan sedikit bercerita. Rasa lega sampai sekarang terasa jika sudah kesana.

Jaemin bersama Jeno dan Yushi, setelah selesai berdoa dan memperkenalkan Yushi pada nenek dan kakeknya.

Jeno dan Yushi menuju mobil lebih dulu, memberi Jaemin waktu.

"Yuci tunggu di sini sebentar, ayah mau ke buna." Ucap Jeno, Yushi dengan mainan di tangannya mengangguk.

Jeno berjalan mendekat kearah Jaemin, sudah menduga bahwa istrinya itu akan menangis juga bercerita tentang apa yang dirinya rasakan.

Masih sama seperti dulu, Jeno mengingat itu.

"Nana." Panggil Jeno, pria manis itu menyamakan posisinya dengan Jaemin. Memegang bahu pria manis itu.

Jaemin menoleh, wajahnya memerah dengan mata berkaca-kaca dan air mata yang jatuh ke pipi.

"Jeno." Jaemin memeluk Jeno, pria manis itu semakin menangis dalam pelukan suaminya.

Sejak mereka menikah, sudah ada Jeno yang menjadi sandarannya. Tanpa sadar Jaemin menceritakan apa yang dirinya rasakan, merasa baik-baik saja saat sudah bercerita pada Jeno.

Jeno menenangkan, pria manis itu mengusap surai Jaemin dan mengecup keningnya. Tak lama tangisan itu terhenti, Jaemin mendongak menatap Jeno. Yang ditatap hanya tersenyum, tangannya terulur mengusap air mata Jaemin.

Setelah di rasa lebih baik, keduanya berpamitan. Tak ingin lama-lama karena meninggalkan Yushi di mobil, mereka berjalan bergandengan menuju mobil.

...

Hari ini keluarga kecil Jeno akan piknik, mereka sudah menyiapkan semuanya.

Yushi terlihat begitu bersemangat sejak pagi, senyum itu tak luntur.

Dengan semangat anak itu membantu Jeno menggelar kain atau karpet yang sudah di sediakan, lalu menatanya di bantu Jaemin.

Setelah di rasa selesai, mereka duduk di sana. Berfoto beberapa kali, Yushi berlari kecil mengelilingi orang tuanya dengan pesawat yang anak itu pegang.

"Wushhh pesawat terbanggggg." Ucap Yushi.

Jeno dan Jaemin tersenyum, pria manis itu memfoto Yushi dengan ponselnya. Membuat kenangan-kenangan untuk si kecil, tawa itu terdengar menyenangkan.

Di rasa lelah bermain Yushi mendekat dan merebahkan kepalanya di paha sang ibu, membuat Jaemin tersenyum dan mengusap kepalanya.

"Mau mammm." Kata Yushi, Jaemin hendak menyiapkannya tapi Jeno melarang.

"Biar aku aja." Jaemin mengangguk, membiarkan Jeno menyiapkan semua.

Yushi beranjak dan duduk di tengah Jeno dan Jaemin, mereka memakan dalam diam sesekali berbicara sih.

.

Jaemin mengusap surai Jeno yang merebahkan kepalanya di paha Jaemin, sementara Yushi bermain dengan mobil-mobilan di depan Jeno.

"Ayah!"

Jeno membuka matanya, bingung saat Yushi menatapnya tajam. Tapi terlihat menggemaskan.

"Kenapa?" Tanya Jeno, padahal dirinya paham jika anaknya kesal.

Dengan sengaja pria itu menghadap kearah Yushi, tatapan mengejeknya membuat Yushi semakin kesal!

"Jangan dekat-dekat, buna punya yuci!" Anak itu mengerucutkan bibirnya.

"Punya ayah."

"Punya yuci."

"Punya ayah."

"Punya yuci!."

"Punya ayah, punya ayah, punya ayah."

Lihat mata berkaca-kaca itu! Jeno tertawa membuat tangisan Yushi pecah.

Jaemin menepuk lengan Jeno, suaminya ini benar-benar!

Jeno semakin tertawa, pria itu membawa Yushi ke atas tubuhnya setelah menghadap Jaemin seperti awal.

Mengusap punggung Yushi dan memeluknya, membuat tubuh kecil itu direbahkan di atas tubuh besar Jeno.

Masih menangis, membuat Jaemin ikut mengusap punggung.

"Jangan menangis, buna punya yuci." Kata Jaemin.

"Dan ayah." Timpal Jeno.

"Nggak!"

Yushi kembali menangis dan memukul dada Jeno, padahal pukulan itu tak terasa sama sekali.

Jeno mencium pipi juga kening Yushi meski anak itu berontak dengan tangisan yang perlahan mereda, kini berganti dengan tawa renyahnya.

"Hahahaha ayah udah! geli." Yushi benar-benar memberontak.

"Jeno sudah, nanti menangis lagi." Kata Jaemin, Jeno menghentikannya.

Membiarkan Yushi mengatur nafasnya di atas tubuh Jeno, anak itu menatap lurus ke depan saat beberapa orang yang tak jauh dari mereka menatapnya.

Yushi yang pemalu memeluk tubuh sang ayah, menghadap kearah satunya namun sama saja. Ada orang-orang yang menatapnya juga membuat Yushi semakin malu, anak itu menenggelamkan wajahnya pada dada sang ayah.

"Yuci kenapa sayang?" Tanya Jaemin, pria manis itu takut Yushi sesak karena menenggelamkan wajahnya pada dada Jeno.

Yushi menggeleng sebelum menghadap kearah samping, tak lama matanya terpejam. Menikmati angin yang berhembus dan mulai terlelap di atas tubuh Jeno.

Tentu membuat beberapa orang yang melihat mereka sejak tadi tersenyum gemas.

Mereka menikmati waktu bersama, tak lama salah satu orang yang menatap mereka mendekat. Memberikan sebungkus hadiah, katanya untuk si kecil.

Jaemin tersenyum dan berterima kasih.

...

tbc...

secret | nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang