Kim Hee Sun tersenyum melihat kedua putranya yang selalu terlihat akur kapan pun dan di mana pun. Kedua buah hatinya itu tidak pernah bertengkar meskipun sering terlibat selisih pendapat.
"Apa yang kalian lakukan, Aga? Lihatlah! Dapur jadi berantakan." Tanyanya pada Seokjin dan Jungkook yang sudah belepotan tepung.
"Jin Hyung, Eomma!" Jungkook tiba-tiba menuding Seokjin.
"Ya! Mengapa kau justru melempar kesalahan padaku? Aku sedang mempersiapkan makan malam saat kau tiba-tiba mengejutkan aku dengan tepung di tangan." Pemuda berusia 25 tahun itu membela diri. Sang adik justru cengengesan.
"Sudah! Sudah! Lebih baik kalian membersihkan diri! Biar Eomma yang menyelesaikan membuat makan malam dan membersihkan dapur." Tegur Hee Sun lalu meraih celemek yang tergantung di dinding dapur dan memakainya. Seokjin seketika mendekat.
"Anibnida, Eomma. Biar aku yang menyelesaikan. Eomma beristirahat saja di kamar bersama Appa."
"Appa tidak ada di rumah. Eomma baru meninggalkannya sebentar ke toilet, tiba-tiba saja ayah kalian itu sudah menghilang."
"Ah... Appa tadi pergi, Eomma." Ucap Jungkook sambil membersihkan bajunya yang terkena tepung.
"Pergi?"
"Nae. Appa mendapat telepon dari kantor, jadi Appa bergegas pergi."
"Mengapa kau tidak mengatakan apa-apa, Kookie?" tanya Seokjin setelah menghela napas panjang. Ia kembali mendekati bahan masakan yang ada di meja pantry sementara Kim Hee Sun meraih sapu ijuk guna membersihkan lantai.
"Mian. Aku lupa, Hyung."
"Biar aku saja yang melakukannya, Eomma! Aku-" ucap Seokjin sambil berusaha meraih sapu yang dipegang oleh Kim Hee Sun.
"Gwaenchanha. Eomma melakukannya karena Eomma mau. Kita lakukan bersama-sama supaya cepat selesai."
"Joesonghaeyo..."
Hee Sun mengacak-acak kepala si sulung dengan gemas. Sementara pada si bungsu, ia menjewer telinga pemuda itu.
"E-Eomma! Apha! Apha!" keluh Jungkook sambil memegangi telinganya.
"Lebih baik kau bersihkan dirimu, you little rascal! Eomma ingin kau sudah rapi saat Appa pulang."
"Geundae, Eomma..."
"Kookie!" tegur Seokjin yang membuat bahu pemuda bergigi kelinci itu tampak lesu.
"Arasseo. Aku mandi dulu, Hyung! Eomma!"
Hee Sun hanya bisa menahan tawanya melihat ekspresi si bungsu. Putranya itu terlihat sangat menggemaskan jika merajuk seperti itu.
"Lihat dia! Sudah kuliah semester dua, tapi sikap masih seperti anak kecil."
Seokjin tersenyum. Jungkook memang seperti itu. Tingkah manjanya sangat menggemaskan. Dan Seokjin sangat menyukai hal itu.
"Eomma..."
"Hm?"
"Jika aku ingin meninggalkan rumah, apakah Eomma akan mengijinkan?" tanya Seokjin lirih.
"Mwo?" Kim Hee Sun sangat terkejut. Ia tidak pernah menyangka jika sulungnya mempunyai keinginan untuk meninggalkannya.
"Ige museun suriya? Kau ingin pergi meninggalkan Eomma?" tanya Hee Sun dengan netra berkaca-kaca.
"B-bukan begitu maksudku, Eomma. A-aku hanya mengutarakan pengandaian saja. A-aku tidak benar-benar ingin pergi." Ucap Seokjin berusaha menenangkan sang ibu yang terlihat hendak menangis.
"Suatu saat, ada kemungkinan jika aku harus pergi dari rumah ini. Jika hal itu harus terjadi, apakah Eomma akan mengijinkannya?"
"Andwae! Eomma tidak akan pernah mengijinkanmu pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sin (Falling in Love with My Brother)
FanfictionSeokjin merasa hatinya begitu sakit saat menatap Jungkook, adik tirinya. Ia tidak pernah membayangkan bahwa ia akan menyukai pemuda itu, menyukai adiknya sendiri. Ia memutuskan untuk pergi dari rumah, berusaha menjauh agar perasaan di hatinya tidak...