BAB 1

74 6 0
                                    

Nadine Zahrani mendengus kesal melihat tampilan dirinya yang tidak cantik sama sekali. Serius demi apapun, ia tidak melakukan kesalahan-menurutnya. Tapi sayangnya berbeda pendapat dengan beberapa temannya yang menganggap tingkah Nadine seperti manusia kurang ajar yang tidak tahu diri. 

Lima belas menit yang lalu, Nadine pergi ke kantin dan menemukan Sean-pria yang dicintainya tengah duduk sendirian. Ia hanya ingin menemani, tidak lebih. Tapi gebrakan yang dibuat Sean membuat nyali Nadine menciut sedikit, tidak banyak tentunya. Saat Sean berkata, “Lo bisa ga kalau duduk ga usah satu meja sama gue? ”

Jelas saja jawabannya tidak. Nadine menggeleng dengan semangat, “Kalau gue jauh, lo nanti kangen. ”

Sean menatap Nadine tajam, “Ga pernah kangen gue sama lo. ”

“Bohong banget. ”

Sean mendengus. Ia beranjak dan memilih meninggalkan kantin, membiarkan Nadine yang menatapnya dengan cinta. Di saat Sean benar-benar tidak terlihat di matanya, Nadine juga ikut beranjak, ia akan pergi ke atap dan berdiam diri disana. Mungkin akan membuat rencana selanjutnya agar Sean menyukainya. Suka dulu baru cinta, Nadine terkekeh dengan pemikirannya sendiri. 

Baru juga setengah jalan, Nadine sudah ditarik ke dalam kamar mandi. Ia bisa melihat beberapa anak yang sudah biasa melakukan kekerasan padanya. Dengan wajah malas, Nadine berdiri dan bertanya, “Sekarang apa lagi? Nyuruh gue buat jauhin Sean? Kan sudah gue bilang ga bisa, gue masih cinta sama dia. ”

Vicky, siswi tercantik di sekolah nya berjalan mendekat dan tersenyum remeh, “Emang ga guna sih bicara doang sama lo.”

“Lo mau nampar gue lagi juga ga guna. ”

Vicky kali ini memberikan tanda pada kedua temannya agar segera memegang kedua tangan Nadine. Ia mengambil gunting dan tersenyum remeh pada Nadine yang terlihat terkejut. 

“Lo mau ngapain? ” tanya Nadine. 

“Rambut lo bagus dan gue ga suka. Ga ada yang boleh lebih bagus dari rambut gue. Apalagi Sean lebih suka sama cewek yang rambutnya panjang.”

“Jadi lo maunya Sean ga suka sama gue kalau rambut gue panjang? ”

Vicky mengangguk. 

“Lepasin gak? ”

Sialan, kalau tau Sean suka sama cewek berambut panjang, Nadine harusnya melawan dari tadi. Ia berjengit saat Vicky mengambil rambutnya dan memotongnya dengan asal. 

“LEPASIN GUE SETAN. LO GA BISA MAIN CURANG KAYAK GINI.”

Vicky tidak peduli dengan perkataan Nadine. Ia terus memotong rambut Nadine asal, membuat Nadine kalang kabut. “Gue bakal kasih tau Sean. ”

Vicky menyelesaikan potongannya dan tertawa, ia kemudian menunjuk Nadine dengan malas, “Lo yakin kalau Sean bakal percaya sama lo? ”

“Dia bakal percaya sama gue. ” Tidak, tidak, Sean tidak pernah percaya sama apa yang dia katakan. Pria itu bahkan memilih pergi daripada mendengarkan semua ocehan Nadine. 

“Lo kepedean. Lo ga pernah sadar kalau Sean benci sama lo? Dia mau lo itu ga ada di dekat dia, Nadine. Tapi lo bebal sih. Kalau Sean ga suka, lo mending mundur bukan malah makin ngedeketin. Paham? ”

“Sean juga ga suka sama lo. Kenapa gue terus yang lo salahin? Lo harusnya juga sadar diri. ”

Belum sempat Vicky membalas, suara bel sudah terdengar. Mereka semua meninggalkan Nadine seorang diri dengan rambut yang sudah tidak berbentuk. Gadis itu berbalik dan mendengus melihat tampilannya sekarang. 

Nadine merogoh kantong rok nya dan memberikan pesan pada salah satu teman kelasnya. 

Gue ijin mau pulang. Kalau bu Mega nanya, bilang aja lagi ga mood belajar karena di tolak Sean. Beliau pasti paham. 

Setelah memasukkan kembali handphone nya, Nadine memilih keluar dari kamar mandi. Ia memutuskan untuk pulang saja karena tidak mungkin ia belajar dengan tampilan sekarang. Terlalu jelek untuk dilihat semua orang. 

Nadine itu harus selalu cantik di manapun dan kapanpun. Tapi sayangnya hari ini, tidak seperti itu. 

Nadine berjalan mendekati salah satu sepeda motor, tentu saja sepeda motor punya Sean seorang yang ia dekati. Ia mengelus jok sepeda motor milik Sean dan berkata, “Suatu hari nanti, gue pasti duduk disini. Lo tungguin gue aja ya. Kalau ada cewek lain yang duduk disini, lo harus mogok, jangan mau sama yang lain. Harus gue. ”

Setelah mengatakan itu, Nadine melanjutkan perjalanannya keluar dari area sekolah, tentu saja dengan mengendap-endap. Bahaya kalau dirinya ketahuan BK, apa yang ada dipikiran Sean kalau calon pacarnya ternyata sering keluar masuk BK. 

Nadine itu harus jadi gadis yang baik biar Sean suka. 

Like and comment. Thank's ☺☺☺

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CRUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang