-Jatuh cinta itu musibah jika tak ada Allah didalamnya-
"Dan hendaklah mereka (perempuan, menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya)"Q.s. An-Nur : 31-
———Vigli.Story———
"Huhhhh."
Viga menghela napas untuk kesekian kalinya melerai sesak dalam dada, ragu itu masih menyeruak namun ia memberanikan diri melangkah dalam kerumunan, orang-orang berlalu lalang masih tak menyadari keberadaannya."Viga!" Sesorang berseru menghentikan langkah Viga. Dan, tepat di hadapannya berdiri seorang lelaki tak asing menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki, lelaki itu bernama Ali.Tatapan Ali membuat hati Viga gemetar was-was, detik berikutnya suara tawa laki-laki itu menyembur keras.
"Huahahah, Vig lo hahahaha..."
Tawa Ali semakin keras membuat semua orang memerhatikan keduanya.
"Terus aja ketawa." Viga menatap Ali kesal, Ali sejenak menghentikan tawanya.
"Vig lo sehat kan?" ucapnya mendekat hendak menyentuh kening Viga, namun Viga segera menepisnya kasar.
"Gak usah sentuh-sentuh!" Viga berseru. Namun Ali malah kembali menertawakan Viga.
"Lo habis makan apa sih, tiba-tiba pake kerudung kaya gini?" ucapnya menjawil ujung kerudung Viga.
"Dipikir-pikir kaya siapa yah? Ah! Lo mirip kaya bu haji daging," serunya, kembali tertawa."Gak lucu!" Viga berseru, orang-orang yang berada disekitarnya sejenak terdiam.
"Emang salah kalau gue pake kerudung? Gue berubah itu salah?"
"Ya gak salah sih, tapi ada angin apa lo tiba- tiba kaya gini?"
"Angin tornado! angin apa-angin apa gue gak suka sama pertanyaan lo." Viga kembali berteriak, kali ini ia sudah tak peduli dengan orang lain.
"Ya maaf gue gak maksud kok ngetawain lo kelepasan aja tadi."
"Kelepasan tapi keterusan." Ali nyengir, berusaha menahan dirinya agar tidak tertawa.
"Ya udah kita ke kelas aja yuk," ajak Ali hendak merangkul Viga.
"Ya udah kita ke kelas aja yuk," ajak Ali hendak merangkul Viga.
"Gak usah pegang-pegang!" Viga kembali menepis tangan Ali kasar.
"Oke." Ali mengangkat tangannya menjauhkan diri dari Viga dan mempersilahkan Viga berjalan lebih dulu.
Viga dan Ali lalu berjalan beriringan melewati koridor dan beberapa ruang kelas, terlihat beberapa kerumunan mahasiswa nampak memerhatikan keduanya. Viga dan Ali memang merupakan salah satu mahasiswa di sebuah Universitas, dan ini merupakan tahun ketiga mereka menjadi mahasiswa.
"Apa lo liat-liat!" seru Viga pada seorang lelaki. Padahal lelaki itu hanya tak sengaja melihatnya saat berpapasan dengan Viga. Namun suasana hati Viga sedang begitu buruk, Ali memberi kode agar lelaki itu segera menjauh, lelaki itu lalu bergegas pergi setengah berlari.
"Ya elah galak amat sih lo," ucap Ali.
"Gara-gara lo nih mood gue jadi ancur," gerutu Viga.
"Dih nyalahin gue, mood lo mah emang tiap hari juga ancur." Viga menghentikan langkahnya lalu menatap Ali tajam, Ali nyengir mengangkat kedua jarinya.
"Ya udah maaf. Udah dua kali nih gue minta maaf. Kalau ampe tiga kali harusnya gue dapat piring cantik," ucapnya, Viga tak memedulikan gurauan Ali yang sangat basi baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Bukan Mahram
RomanceTidak ada persahabatan anatara laki-laki dan perempuan yang benar-benar terjadi kecuali ada rasa yang menguji, demikianlah yang Viga rasakan. 5 tahun bersahabat dengan Ali menguak rasa yang tak seharusnya ada. Namun Viga berusaha menutup rapat-rapa...