Baca Sekilas

4 0 0
                                    


10 Mei 2024, satu bulan sebelum kelulusanku. Sekolah kami mengadakan acara prom night sebagai momen perpisahan sebelum kami melangkah ke dunia yang lebih luas. Izinkan aku memperkenalkan diriku, Zidan Mahendra, atau lebih sering dipanggil Mahendra. Entah mengapa, nama Zidan seakan tidak pernah benar-benar melekat padaku; semua orang lebih memilih menyebutku Mahendra.

"Sialan, acara macam apa ini?"

"Duh, siapa ya yang akan jadi partnerku nanti?"

Aku tak bisa bilang kalau aku antusias dengan acara ini. Bukan karena aku membencinya, tapi lebih karena aku tak punya seseorang untuk diajak berdansa malam itu. Lagipula, ada kabar bahwa akan ada tarian pasangan, dan itu membuatku semakin enggan. Saat bel pulang sekolah berbunyi, aku segera mengendarai motorku, menempuh perjalanan sejauh 15 kilometer menuju rumah. Sejak kecil, aku sudah terbiasa bersekolah jauh dari rumah; bahkan dari taman kanak-kanak, perjalanan jauh ini sudah menjadi bagian dari rutinitasku. Sore itu, di tengah keindahan kota Malang, pikiranku melayang, merenungkan siapa yang akan kuajak berdansa nanti.

Kota Malang memang selalu memesona, terutama di sore hari. Tak heran jika banyak pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah datang untuk menuntut ilmu di sini. Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Merdeka adalah beberapa kampus ternama yang menjadi tujuan mereka. Namun, sore itu, keindahan Malang terasa lebih istimewa; daun-daun kuning berguguran dan ditiup angin, menambah kesan syahdu dan romantis di sepanjang jalan. Kota ini memang sempurna untuk berjalan-jalan dengan kekasih, terutama saat senja.

"Kamu boleh mencintai Malang, tapi jangan pernah jatuh cinta di Malang."

Pepatah itu sering terlintas dalam benakku, karena aku tahu, jika aku jatuh cinta, aku juga harus siap menghadapi patah hati. Anehnya, selama 17 tahun aku hidup di Malang, aku belum pernah merasakan jatuh cinta. Namun, tampaknya hari ini adalah awal dari segalanya.

Manalah ku tahu datang hari ini
Hari di mana ku melihat dia
Yang tak aku bidik, yang tak aku cari
Duga benih patah hati lagi

Seperti lagu Interaksi karya Tulus, saya dipertemukan dengan seseorang yang tidak saya duga adalah benih dari patah hati saya. Seseorang yang tidak sengaja saya temui yang ternyata adalah adik kelas saya sendiri. Saya akan ceritakan kepada kalian setelah saya sampai di rumah!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MahameruWhere stories live. Discover now