REINKARNASI

401 52 9
                                    

Matahari terbenam dengan lambat di atas perbukitan, memberikan cahaya keemasan yang suram di sekitar pemakaman kerajaan. Angin dingin meniup lembut, seolah ikut merasakan duka yang melingkupi suasana. Pangeran Sunghoon berdiri di depan makam Putri Nunara, tubuhnya seolah terbebani oleh kesedihan yang mendalam. Jay berdiri di sampingnya, diam, memberikan dukungan tanpa kata.

Sunghoon menatap batu nisan di depannya, di mana nama Nunara terukir dengan indah namun menyakitkan. Dia menghela napas dalam-dalam, mencoba menahan air mata yang mengancam akan tumpah. “Jay... Aku tidak bisa menerima ini. Aku tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja.”

Jay menatap Sunghoon dengan penuh simpati, merasakan beban yang dirasakan sahabatnya. "Sunghoon, aku tahu ini sulit. Kita semua merasakannya. Tapi Nunara sudah pergi. Kita harus menerima kenyataan ini."

Sunghoon menggeleng, suaranya penuh tekad yang bercampur dengan kesedihan. “Tidak, Jay. Aku tidak bisa hidup tanpa dia. Aku tidak bisa meneruskan hidup seperti ini. Aku... aku akan pergi.”

Jay mengerutkan kening, bingung dengan pernyataan Sunghoon. “Pergi ke mana?”

Sunghoon mengalihkan pandangannya dari makam dan menatap Jay dengan mata yang penuh determinasi. “Aku akan pergi ke tengah hutan. Aku mendengar ada seorang penyihir tua yang memiliki kekuatan untuk mengubah takdir seseorang, bahkan membawa mereka kembali melalui reinkarnasi. Jika itu satu-satunya cara agar aku bisa bertemu Nunuara lagi, aku akan mencarinya.”

Jay menatap Sunghoon dengan kaget dan cemas. “Sunghoon, itu terlalu berbahaya. Hutan itu penuh dengan bahaya, dan penyihir seperti itu hanya ada dalam legenda. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu benar-benar menemukannya. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi sendirian.”

Sunghoon menatap Jay dengan penuh keyakinan. “Aku sudah memutuskan, Jay. Aku tidak peduli seberapa berbahaya, atau apakah penyihir itu hanya legenda. Aku akan melakukan apa pun untuk bersama Nunara lagi. Ini satu-satunya harapan yang aku miliki.”

Jay ingin membantah, tapi dia melihat tekad di mata Sunghoon yang tidak bisa digoyahkan. Dengan berat hati, dia mengangguk perlahan. “Jika ini yang benar-benar kamu inginkan, aku tidak akan menghentikanmu. Tapi biarkan aku ikut denganmu. Aku tidak bisa membiarkanmu menghadapi semua itu sendirian.”

Setelah berhari-hari perjalanan yang melelahkan melalui hutan yang gelap dan penuh misteri, Sunghoon dan Jay akhirnya tiba di sebuah gubuk kecil yang tersembunyi di tengah hutan. Gubuk itu tampak tua, dengan dinding kayu yang ditumbuhi lumut dan atap yang miring ke satu sisi, seolah-olah telah berdiri di sana selama berabad-abad tanpa sentuhan waktu

Ketika mereka mendekat dengan kuda-kuda mereka yang lelah, pintu gubuk itu berderit terbuka. Liora, seorang gadis muda dengan wajah cantik dan misterius, muncul dari balik pintu. Rambutnya panjang dan gelap, berkilauan lembut di bawah sinar matahari yang menembus celah pepohonan. Mata birunya menatap mereka dengan rasa ingin tahu yang tenang.

“Siapa yang datang mencari ayahku?” tanya Liora dengan suara lembut namun tegas, matanya menatap lurus pada Sunghoon dan Jay.

Sunghoon turun dari kudanya dengan cepat, matanya penuh harapan dan kegelisahan. “Aku Pangeran Sunghoon dari Arandor. Aku mencari penyihir tua yang bisa membantuku... untuk menyelamatkan seseorang yang sangat berharga bagiku.”

Liora mengangguk pelan, tidak menunjukkan reaksi berlebihan, seolah sudah sering mendengar permintaan serupa. Namun, ketika Jay turun dari kudanya, tatapannya berubah. Jay yang biasanya percaya diri tampak sedikit gugup saat mata mereka bertemu. Liora memperhatikan Jay dengan tatapan yang lebih mendalam, dan Jay, meskipun berusaha menyembunyikan keterpesonaannya, jelas menunjukkan bahwa dia tertarik pada gadis itu.

Saat Sunghoon dan Jay mengikuti Liora masuk ke dalam gubuk, suasana di dalamnya terasa jauh lebih misterius. Gubuk itu tampak kecil dari luar, namun di dalamnya, ruangan terasa luas dan penuh dengan benda-benda aneh yang dipenuhi aura magis. Rak-rak kayu dipenuhi botol-botol kaca berisi cairan berwarna-warni, tumbuhan kering menggantung di langit-langit, dan lilin-lilin berkedip menerangi ruang yang remang-remang.

Di sudut ruangan, seorang penyihir tua dengan rambut putih panjang dan berjanggut lebat duduk di kursi kayu tua. Matanya yang dalam dan penuh kebijaksanaan menatap mereka dengan tajam ketika mereka masuk. Dia tampak tahu siapa yang datang sebelum mereka mengucapkan sepatah kata pun.

"Selamat datang, Pangeran Sunghoon," ucap penyihir tua itu dengan suara yang dalam dan serak. "Aku tahu alasanmu datang ke sini."

Sunghoon melangkah maju, menyadari bahwa penyihir ini bukanlah orang biasa. "Aku telah menempuh perjalanan jauh untuk mencarimu," kata Sunghoon dengan suara penuh harap. "Aku mendengar kau memiliki kekuatan untuk membawa seseorang kembali melalui reinkarnasi. Aku ingin... aku harus bisa bertemu kembali dengan Putri Nunara."

Penyihir tua itu tersenyum tipis, matanya menyipit seolah sedang menilai kesungguhan Sunghoon. "Reinkarnasi adalah siklus kehidupan yang rumit dan penuh risiko, Pangeran. Mengganggu jalannya takdir bisa membawa konsekuensi yang tidak bisa diprediksi."

Sunghoon mengangguk, menunjukkan tekadnya yang kuat. "Aku sudah kehilangan dia sekali. Jika ada cara untuk bisa bersamanya lagi, aku akan melakukannya, apa pun risikonya."

Jay, yang berdiri di samping Sunghoon, merasa perlu menambahkan sesuatu. "Kami tahu ini tidak mudah, dan kami siap menghadapi apa pun. Tapi Sunghoon sudah kehilangan begitu banyak. Dia pantas mendapat kesempatan ini."

Penyihir tua itu mengangguk pelan, lalu berdiri perlahan dari kursinya. "Jika kau benar-benar yakin, ada ritual yang bisa kulakukan. Tapi ketahuilah, pangeran, setiap kehidupan yang kau lalui untuk bertemu dengannya akan menguras energimu. Pada titik tertentu, kau mungkin tidak akan bisa kembali lagi, dan kau harus menerima akhir yang abadi."

Sunghoon menatap penyihir tua itu dengan mata yang tidak berkedip. "Aku menerima itu. Aku tidak peduli berapa kali aku harus bereinkarnasi. Aku hanya ingin berada di sisinya lagi."

Penyihir tua itu terdiam sejenak, kemudian menghela napas panjang. "Baiklah, kamu tenang saja pangeran, Ketahuilah, setiap kali kau bereinkarnasi untuk mencari Putri Nunara, kau tidak akan pernah benar-benar sendirian. Akan ada seseorang yang selalu berada di sisimu, meskipun kau mungkin tidak menyadarinya. Orang itu akan mengikutimu dalam setiap kehidupan, takdirnya terikat erat dengan milikmu."

Sunghoon tampak bingung, sedikit terkejut mendengar pernyataan itu. "Seseorang? Siapa yang akan menemaniku?"

Penyihir tua itu menggelengkan kepalanya perlahan, menolak untuk memberikan jawaban yang jelas. "Itu adalah bagian dari misteri takdir. Kau mungkin tidak akan tahu siapa orang itu sampai waktunya tiba, atau mungkin kau akan merasa kehadirannya dalam bentuk yang tak terduga. Namun, yakinlah bahwa orang itu akan selalu ada di dekatmu, dalam setiap kehidupan yang kau jalani. Dan syarat pertama untuk reinkarnasi adalah, kamu harus menyelesaikan kehidupanmu sebagai Pangeran sampai benar2 selesai. Selanjutnya kita akan melakukan ritual"

Sunghoon mengangguk tegas. "Aku sudah siap."

Pada akhirnya, Pangeran Sunghoon menjalani reinkarnasi tersebut selama ratusan kali, setiap kali lahir kembali dengan tekad yang sama untuk menemukan Putri Nunara. Dalam setiap kehidupan, ia menjalani berbagai nasib—kadang sebagai seorang petani sederhana, kadang sebagai seorang ksatria gagah, atau bahkan seorang bangsawan. Namun, di setiap kehidupan itu, bayangan Nunara selalu ada di pikirannya, membuatnya terus mencari tanpa henti.

setiap kehidupan yang berlalu, Sunghoon menyadari bahwa keberadaan Nunara semakin sulit ditemukan. Seperti mimpi yang memudar, wajahnya mulai kabur, dan ingatan akan kehidupannya sebagai pangeran semakin pudar, menjadi bayangan di tepi kesadarannya. Namun, cinta dan keinginan untuk bersama tetap membara dalam hatinya, membuatnya terus maju, meskipun rasa lelah yang luar biasa mulai menumpuk di jiwanya.

Pada akhirnya,  Sunghoon mencapai titik di mana tubuh dan jiwanya tidak lagi mampu menanggung beban siklus tak berujung ini. Dia mulai merasakan bahwa waktu untuknya hampir habis.

Dalam kehidupan ini, di tengah kekelaman dunia yang ia tempuh selama berabad-abad, Sunghoon menyadari bahwa meskipun tubuhnya akan binasa, cinta yang ia miliki untuk Nunuara tidak akan pernah mati. Bahkan ketika siklus reinkarnasi akhirnya berakhir, cinta itu akan tetap abadi, melampaui waktu dan ruang, mengikat mereka berdua dalam ikatan yang tak terlihat namun kuat, selamanya.

Sunghoon menepati janjinya untuk mencari sang putri di kehidupan manapun  itu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The BoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang