"Selamat datang dirumah papa. " Papa membuka pintu rumah yang bernuansa minimalis ini. Rumahnya tidak terlalu besar namun asri dan benar-benar nyaman. Hyunjin suka suasana disini.
"Kamar hyunjin ada diatas, ada disamping kamar jeongin. Jeongin, papa minta tolong antar hyunjin ke kamarnya ya. " Ucapan papa nya itu membuat fokus hyunjin tertuju pada jeongin yang mulai melangkahkan kakinya begitu saja dan hyunjin tentu tanpa bisa protes langsung mengikutinya. Desain rumah papa cantik, sederhana tapi tetap terlihat modern.
Brak
Hyunjin terperanjat ketika jeongin membanting pintu tepat disampingnya. Mengerjap pelan, sepertinya hyunjin terlalu asik memandangi desain rumah papanya sampai tak sadar jika telah sampai. Sebenarnya ia ingin merutuki sikap jeongin yang menyebalkan ini. Bisa kan dia memberi tahu kalau mereka sudah sampai dan menunjukkan kamar hyunjin yang mana, minimal kalau ngga mau bicara ya ketuk aja kek pintu kamarnya, lah ini malah dibanting, dasar emang adik tak beradab.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Haaaaaahhhh akhirnya selesai juga. " Rasanya tulang-tulang hyunjin akan rontok jika dia tidak mengistirahatkan tubuhnya. Hyunjin tak menyangka jika merapihkan barang-barangnya akan membuat badannya terasa seperti remuk. Sepertinya hyunjin harus sering-sering olahraga.
Tok tok
"Hyunjin sayang, kamu tidur? " Suara ketukan pintu yang disusul dengan suara mamanya itu tertangkap rungunya. Hyunjin kemudian turun dari kasur setelah tadi sempat menjawab pertanyaan mamanya.
"Ayo makan malam dulu, baru nanti boleh tidur. " Hyunjin mengangguk dan menggapai gagang pintu untuk menutupnya.
"Sama mama minta tolong, bilang ke jeongin juga buat turun makan bersama ya sayang. " Tangannya yang mengenggam gagang pintu perlahan terlepas, berbalik menatap mamanya dan menganggukkan kepalanya lagi.
Setelah memastikan mamanya telah turun kebawah, hyunjin beralih ke kamar yang tepat berada disebelah kamarnya ini. Menatap pelan pintu dengan cat krem didepannya, sebelum mengetuknya tiga kali.
"Jeongin, mama nyuruh kebawah, makanannya udah siap. " Hening menghiasi sekitar hyunjin.
"Je, lo tidur? " Tanyanya mengambang tanpa jawab, yang akhirnya membuat hyunjin memberanikan diri untuk membuka pintu kamar adiknya itu setelah dengan lirih berucap 'gue izin masuk ya'.
Pandangan pertama yang ditangkap netranya adalah nuansa kamar yang monokrom, dinding kamar jeongin berwarna abu-abu pun kasur ukuran king sizenya yang berwarna sama.
Jeongin tidak ada dikamar, namun suara gemericik air dari kamar mandi cukup memberitahu hyunjin bahwa seseorang yang dicarinya itu sedang mandi.
"Jeongin, ini gue hyunjin. Sorry asal masuk aja, tapi nanti kalau lo udah selesai mandi, cepet turun ya. Makan malem udah siap. " Setengah berteriak hyunjin berbicara agar jeongin mendengarnya dan untungnya hyunjin menangkap suara gemericik air yang tadinya cukup deras berubah menjadi sedikit pelan ketika dia mulai bicara tadi. Jadi setelah yakin jeongin mendengar apa yang dia sampaikan, hyunjin bergegas pergi dari kamar adiknya ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jeongin dimana hyunjin? " Bokongnya baru saja mendarat dengan nyaman dikursi ruang makan ketika papanya melemparkan pertanyaan. Hyunjin membenarkan posisi duduknya terlebih dahulu sebelum menjawab.
"Masih mandi om, eh em..pa, tapi tadi udah hyunjin suruh turun kok. " Kata pa masih terdengar asing dimulut hyunjin. Hyunjin masih belum terbiasa memanggil om yoseob dengan sebutan papa. Papanya hanya mengangguk mengerti tersenyum tipis sebelum kembali memfokuskan pandangannya pada ipad yang sedari tadi dibawanya.
Srek
Kursi disebelahnya tertarik kebelakang, tanpa menoleh pun hyunjin sudah tau jika pelakunya adalah jeongin adiknya.
"Hyunjin, apa perlengkapan sekolahmu sudah semua? Kalau ada yang kurang bilang ya, nanti papa antar buat beli. " Hyunjin berhenti mengunyah makanan didalam mulutnya lekas mengangkat pandangannya dan menganggukkan kepalanya menghadap sang papa, tak lupa juga senyuman dia berikan.
Setelah percakapan singkat antara papa dan anak tirinya itu, tidak ada lagi yang berbicara sampai makan malam pun selesai. Hyunjin izin untuk pergi kekamar. Melakukan apa yang papanya minta sebelum akhirnya merebahkan tubuhnya ketika sudah yakin jika perlengkapan sekolahnya masih lengkap.