End

67 9 0
                                    

Hyunjin bergerak gelisah diatas kasur tempat dia berbaring. Kondisinya jauh dari kata baik. Kedua tangannya terikat di headboard kasur begitupun  kedua kakinya yang juga diikat.

Hyunjin menahan segala nafsu yang kini tengah berusaha menguasai tubuhnya. Tubuhnya panas, keringat telah mengalir disekujur tubuhnya. Kemaluannya yang masih tertutup celana pun sudah tegak mengacung. Jisung menyuntikkan obat perangsang.

"Hngh.. " Hyunjin semakin bergerak brutal ketika jisung yang sedari tadi diam menatapnya disamping ranjang kini telah beralih mengungkung hyunjin dan mengendus lehernya. Mati-matian hyunjin tetap menjaga kesadarannya agar tidak terengut oleh nafsu.


"Jangan.. " Lelehan air mata keluar mengalir membasahi wajah cantik hyunjin. Kemeja yang digunakan hyunjin telah sobek dengan kancing yang terburai kemana mana, menampilkan tubuh atas hyunjin yang polos.

Jisung meneguk ludahnya sendiri, sial tidak jisung duga jika pembalasan dendamnya ternyata seindah ini.

"Angh.. " Kepalanya terlempar kebelakang, tubuh hyunjin bergetar, air mata tak berhenti mengalir membasahi wajahnya. Hyunjin jijik pada dirinya sendiri, hyunjin marah karena disaat seperti ini hyunjin tidak dapat berbuat apa-apa.

"Cantik cantik cantik. " Jisung terbuai akan pemandangan hyunjin yang berantakan dibawahnya. Indah, benar-benar indah.

"Jangan nangis sayang, nanti gue malah makin suka. " Jilatan diberikan jisung pada telinga hyunjin, ditiup pelan lalu digigit kecil. Isakan hyunjin semakin keras terdengar namun itu justru semakin membuat nafsu jisung memuncak.

Celana yang menjadi satu-satunya pakaian yang tersisa ditarik turun dengan kasar. Polos. Tubuh hyunjin telah terpampang tanpa halangan apapun.


"Gosh, gue tadinya sempet nyesel kenapa lo yang harus jadi kelemahan jeongin, tapi sekarang ngga lagi. "

"Gue bakal menikmati balas dendam gue yang kali ini hyunjin. "

Tubuh hyunjin tersentak kuat mengikuti irama tusukan jisung. Mereka berdua akhirnya menyatu, jisung berada di dalam nya. Hyunjin merasa dirinya telah mati, tidak ada reaksi sama sekali yang diberikan oleh hyunjin. Tidak ada isakan, apalagi desahan. Hanya air mata yang masih terus mengalir.

"Lo enak banget hyunjin. "

Brak

"HAN JISUNG ANJING. " Pintu yang memang sudah reot itu kini terlepas dari engselnya. Jatuh mengenaskan meninggalkan tugasnya untuk menjadi penutup ruang. Jeongin ada disana lengkap dengan mama papa dan bodyguard papanya.

Nafas jeongin memburu ketika melihat kondisi hyunjin yang ada dalam kungkungan jisung dan masih menyatu. Jisung menatapnya remeh, seolah tidak takut dengan jeongin yang telah membawa bala bantuan. Pinggulnya malah dihentak kuat menghujam lubang hyunjin yang telah lecet. Wajah menikmati tampak arogan seolah menantang jeongin dan memperlihatkan bahwa jisung yang menang disini.

"Ahh, liat jeongin shh kakak lo ternyata enak banget. " Dan dengan kata itu jeongin langsung maju dan bergerak melepaskan jisung dari hyunjin. Pukulan bertubi-tubi dilayangkan, jeongin seperti orang kerasukan sekarang. Panggilan dari papanya seolah tak masuk ditelinga, pun tenaganya yang tiba-tiba menjadi sekuat thor sampai bodyguard papanya tidak bisa menghentikannya.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang