Kasur putih lembut di ruangan putih polos menampung seorang jejaka yang tertidur di atasnya. Suara bisikan-bisikan lembut mengalun merdu dalam pendengarannya, penglihatannya yang menghitam kini mulai mempertunjukkan warna lain.Jejaka berusia sekitar 12 tahun itu membuka matanya yang indah. Seluruh indranya mulai berfungsi bersamaan dengan kembalinya kesadarannya. Suara bisikan-bisikan lembut kini berubah menjadi suara perdebatan yang berasal dari luar ruangnya.
Akhirnya mendapatkan kesadaran penuhnya, pemuda itu bangkit dari kasur lembut itu, menoleh ke kanan ke kiri hanya untuk mendapati dia sendiri didalam. Suara beberapa orang berdebat diluar mulai memudar, tak lama kemudian pintu ruangannya terbuka mempertunjukkan beberapa pemuda lain yang memiliki seragam yang sama dengannya.
"Kami perlu berbicara denganmu." Pemuda bersurai hitam bergaris hijau sama membuka pembicaraan dalam keheningan. Dua lainnya mengikuti masuk kedalam, keenam pasang bola mata itu hanya mengarah kearah jejaka yang kebingungan diatas kasur.
"... Apa kamu benar benar tidak mengingat namamu?" Kini pemuda berkepang dua bertanya duluan, wajah manisnya menatap sang pemikat perhatian dengan khawatir. Kebingungan dengan pertanyaan itu, dia sontak mengangguk.
"Ya." Jawab singkat pemuda bermanik indah. Mendengar jawaban ini, baik ke tiganya memiliki reaksi yang berbeda-beda namun terkesan memiliki makna yang sama yakni 'tidak mungkin'.
"Oh ayolah, berhenti bermain-main. Akan menjadi lelucon besar jika murid terpintar disekolah tiba tiba amnesia setelah tidur di kelas." Kini jejaka lain berambut ungu tua menyeletuk kesal sembari melipat kedua tangannya gusar. Ekspresi nya terlihat tidak ramah sama sekali
"... Berisik, perbaiki saja potongan mangkok mu itu." Bukannya takut, jejaka yang lebih tinggi dari ketiganya menjawab sarkas. Wajahnya juga mengkerut kesal karena pernyataan kasar dari pemuda ungu tersebut.
"Apa kau bilang-"
"Hentikan. Kalian berdua dewasalah sedikit. Kita sudah menginjak sekolah menengah jadi kurangi sikap kekanak-kanakan kalian." Kini pemuda bermata emas menegur keduanya, alisnya ikut mengkerut kesal karena keduanya tak bisa menanggapi hal dengan serius.
Mendengar teguran itu membuat pemuda ungu mendecih kesal tetapi tidak menentang itu. Lalu pemuda manis berkepang dua mendekati kasur milik temannya itu dan tersenyum lembut menatapnya.
"Aku tidak mengerti kenapa kamu bisa lupa tetapi kita tidak ada pilihan lain selain menerima bukan? Baiklah, akan kuberi tahu. Nama mu adalah (M/n)." Pemuda manis itu dengan baik hati memperkenalkan nama dari pemuda yang lain. Jejaka yang diklaim sebagai (M/n) itu menatap sedikit tak percaya pada temannya.
"Aku serius. Ngomong-ngomong namaku Venti. Jika kamu tidak mengingat siapa dirimu maka kemungkinan besar kamu tak mengingat kami juga kan?" Venti tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit. Oh, he's a precious boy.
"... Xiao." Sadar kini (M/n) meliriknya, pemuda berambut gelap bergaris hijau akhirnya ikut memperkenalkan dirinya. Xiao membuang wajahnya dan melipat kedua lengannya didepan dadanya, seolah tak ingin menatap (M/n) lama lama.
Lalu bagaimana dengan pemuda ungu itu? Dia hanya mendengus dan memutuskan untuk keluar dari ruangan itu tanpa mengucapkan sepatah kata. Hal ini dibalas ekspresi kesal dari (M/n), beneran nih dicampakan begini?
"Ah, Scara- Maafkan dia ya, Scara memang tipe pemarah dan jutek." Venti yang terlambat menghentikan aksi tidak sopan Scara hanya bisa mewakilkan pemuda ungu tersebut. (M/n) menatap kembali Venti lalu mengangguk mencoba memaklumi. Mata emas Xiao melirik kearahnya, mencoba mengintip dan melihat ekspresi keduanya saat mengobrol.
"Ya, lagipula aku tidak ingin berteman dengannya." Jawab (M/n) dengan satai, ini membuat Xiao menahan tawanya, begitu pula dengan Venti yang terkekeh geli. Yang lebih tinggi lagi lagi kebingungan, kali ini bertanya tanya mengapa mereka tertawa.
Mata (E/c) (M/n) jatuh pada tanggalan yang terletak tepat didepan kasurnya.
23 Juni 2038?.
'... Entah mengapa aku seperti dibawa ke masa lalu.'
KAMU SEDANG MEMBACA
•[In Other Univers Of Devastation]•-MR-
Fantasy"Kau tidak seperti ini di ingatanku." "Benarkah? Maka ingatkan aku tentang ingatan itu."