3. Nasi kuning

142 28 32
                                    

06.00

"Kalau udah ketemu perempatan terus kemana, Bet? Lurus?" Irene menunjuk ke arah depan menginstruksi sembari berbicara dengan Beti di telepon. "Lurus, Mas."

"Ini udah lurus abis itu? Oh ikutin jalan aja sampe ada patung ikan. Yaudah oke oke nanti gue telepon lagi kalo udah sampe lokasi." Irene meletakkan ponselnya di dashboard lalu bersandar pada kursi.

Ia lelah sekali, kemarin dari Bandung baru saja menyelesaikan projek dengan beberapa influencer. Hari ini ia harus menempuh perjalanan lagi untuk menuju Bogor. Kali ini adalah lokasi tempat ia akan shooting untuk video klip salah satu penyanyi terkenal. Ia pun juga turut andil dalam menyumbang suara.

Beti dan beberapa timnya yang lain sudah lebih dulu ada di lokasi sejak kemarin. Irene baru saja menyusul hari ini dengan Said sebab kemarin Irene masih ada urusan dan perjanjian dengan pihak lain. Memang sibuk sekali artis kita satu ini.

"Mbak Irene, jaga kesehatan ya."

"Iyaaa, Mas Saiddd."

Sudah terhitung seminggu lebih Said mendampingi Irene. Beda sekali rasanya mendampingi pejabat dengan mendampingi artis. Entah itu karena pejabat lebih senang mendatangi kerumunan sedangkan artis lebih cenderung menghindari kerumunan atau alasan lainnya yang membuat Said merasa ia lebih cocok mendampingi seorang artis. Terlebih artis yang dimaksud ini adalah Irene Ayudisha.

"Mas Said, aku dingin deh."

Said langsung sigap menaikkan temperatur AC mobil supaya suhu tidak terlalu dingin.

"Kok cuma naikkin AC? Aku kedinginan loh, nggak mau dipeluk nih?"

Said tersenyum sambil menggeleng, lalu kembali fokus menyetir. Irene terkekeh, seru banget godain Said tuh. Lempeng dan cuma pasrah aja tanpa ada perlawanan.

"Mas Said."

"Iyaa, mbak Irene...?"

"Nanti banyak orang yang ngerumunin nggak ya? Aku takut."

"Iya, sepertinya banyak. Tapi semoga enggak. Nanti pegang saya kuat-kuat yaa."

Irene suka sekali tutur kata Said. Tidak mengandung janji namun manis dan menenangkan.

"Fansnya mbak Irene pasti tau kan kalau mbak Irene mau ke lokasi ini? Apalagi ini lokasi wisata, mbak."

"Duh... Iya ya. Pasti rame, mana weekend gini."

"Tenang aja, kan sama saya." Said menoleh sekilas sambil tersenyum. Irene pun jadi pengen cium. Bcnd.

Beberapa menit berlalu akhirnya mereka sampai di lokasi dan benar saja banyak sekali fans-fans yang mengerumuni. Dengan sabar dan penjagaan Said, Irene tetap melakukan fan service dan berusaha untuk bisa melayani semuanya. Namun ketika dirasa sudah tidak kondusif, Said merangkul Irene untuk segera memasuki kawasan villa.

"Aman?"

Irene mengangguk lalu menyengir. "Aman, hehe."

"Good. Istirahat ya, Mbak." Ucapnya sambil membukakan pintu dan membawakan beberapa tas ke dalam kamar. Di dalam sana sudah ada Jihan yang sedang sibuk dengan ipad di tangannya.

"Mas Said kamarnya dimana?"

"Di situ, di sebelah."

"Ohh, jangan jauh jauh ya?"

"Iya, siap. Telfon aja, saya standby."

"Okayy. Dadah Mas Said. Istirahat juga yaaa."

Irene menutup pintu kemudian berjalan ke arah kasur. Ia melirik Jihan yang tengah memberinya tatapan mengintimidasi. "Apa sih?" Tegur Irene.

Heartguard - (SUHO IRENE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang