Sebelum baca silahkan vote dulu sekaligus di komen ya
~ Happy reading ~
Mora Serelia Bedrick, seorang gadis berusia 18 tahun, yang terlihat sedang duduk di tepi tempat tidurnya yang empuk, di dalam kamar dengan dinding berwarna pastel.
Cahaya matahari pagi masuk melalui jendela yang terbuka, menciptakan suasana hangat dan nyaman. Di meja belajar di sebelah tempat tidurnya, terdapat tumpukan buku yang tertata rapi, menggambarkan minatnya yang besar pada dunia literatur. Namun, pagi itu bukan buku yang menarik perhatian Mora.
Seperti biasanya, sebelum berangkat ke sekolah, Mora menatap layar ponselnya. Ia menelusuri playlist lagu-lagu favoritnya di aplikasi streaming musik, mencari lagu yang cocok untuk mengiringinya bersiap-siap. Musik adalah salah satu hal yang paling disukai Mora; melodi yang lembut dan lirik yang dalam selalu berhasil menenangkannya, memberi energi positif untuk memulai hari.
Setelah menemukan lagu yang tepat, Mora meletakkan ponselnya di meja, kemudian melangkah ke lemari pakaian. Seragam sekolahnya, sebuah blus putih dengan rok abu-abu, tergantung rapi di sana. Mora mengenakan seragamnya dengan hati-hati, mengikat rambut panjangnya yang berwarna cokelat gelap menjadi kuncir kuda, dan menatap cermin. Sosok yang terpantul di cermin adalah seorang gadis dengan wajah lembut dan mata bulat yang memancarkan kepolosan. Meskipun sudah berusia 18 tahun, Mora masih sering dipandang sebagai gadis yang polos dan manja, terutama oleh keluarganya.
Mora tinggal bersama kedua orang tuanya, Smith En Bedrick dan Sandra Vilna En Bedrick, di sebuah rumah besar yang terletak di kawasan perumahan kelas menengah ke atas. Ayahnya, Smith, adalah seorang bos tanah yang mengelola bisnis pemasok bahan pokok di daerahnya. Pria berusia 45 tahun itu terkenal sebagai sosok yang tegas namun baik hati. Sementara itu, ibunya, Sandra, adalah pemilik toko kue yang cukup terkenal di kotanya. Sandra adalah wanita yang lembut, dengan senyuman hangat yang selalu membuat Mora merasa nyaman ketika berada di samping ibunya.
Setelah bersiap-siap, Mora melangkah turun ke lantai bawah, menuju ruang makan. Aroma roti panggang dan telur dari dapur menyambutnya dengan kehangatan. Di meja makan, ia melihat ibunya, Sandra, sedang menyiapkan sarapan.
“Selamat pagi, Mama,” sapa Mora dengan suara lembut.
“Selamat pagi, sayang,” jawab Sandra, meletakkan piring di atas meja. “Kamu sudah siap untuk ke sekolah?”
Mora mengangguk sambil tersenyum. “Iya, Mama. Aku sudah siap.”
Mereka duduk bersama di meja makan, menikmati sarapan sambil berbicara ringan tentang rencana hari itu. Sandra selalu memastikan bahwa Mora mendapatkan sarapan yang cukup sebelum berangkat ke sekolah, suatu kebiasaan yang selalu membuat Mora merasa diperhatikan dan disayang.
Setelah sarapan, Mora berpamitan kepada ibunya untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasanya, ia menumpang mobil yang dikemudikan oleh sopir keluarganya. Sepanjang perjalanan, Mora tidak bisa menahan diri untuk membuka ponselnya kembali dan memutar playlist lagu favoritnya. Musik mengalir lembut melalui earphone yang menempel di telinganya, mengiringi pikirannya yang melayang-layang di antara melodi dan lirik.
Setibanya di sekolah, Mora segera bergabung dengan teman-temannya. Sekolah Mora adalah sebuah sekolah swasta yang cukup bergengsi di kota, dengan fasilitas yang lengkap dan lingkungan yang nyaman. Meskipun demikian, Mora tidak terlalu menonjol di antara teman-temannya. Ia lebih suka duduk di kelas sambil memperhatikan pelajaran atau berbincang dengan teman-teman dekatnya.
Pagi itu, mata pelajaran pertama adalah matematika. Mora duduk di bangku paling depan, berusaha menyerap setiap penjelasan dari gurunya. Namun, meskipun ia berusaha keras, tidak dapat dipungkiri bahwa matematika bukanlah mata pelajaran favoritnya. Sesekali, pikirannya melayang kembali ke lagu-lagu yang didengarnya pagi tadi, mencari ketenangan di dalam melodi yang masih terngiang di telinganya.
Saat bel istirahat berbunyi, Mora dan teman-temannya bergegas menuju kantin. Mereka duduk di meja yang biasa mereka tempati, mengobrol sambil menikmati camilan. Teman-teman Mora sering kali membicarakan hal-hal yang menurutnya kurang menarik, seperti gosip terbaru di sekolah atau tren fashion terkini. Mora lebih suka mendengarkan daripada ikut terlibat dalam percakapan, tapi ia tetap tersenyum dan sesekali memberikan komentar agar tidak terlihat terlalu menyendiri.
~ last for this part ~
Hi guys!!
Gimana nih untuk chapter kali ini? Memang sengaja pendek biar next chapter lebih panjang
Kalian suka gak ? Semoga kalian suka ya
⚠️ Kalau ada kata yang salah atau tidak tepat komen!!!!
💠Jangan lupa vote dan komen ya karena satu vote dan komen kalian berharga buat aku juga salah satu penyemangat aku.
💠 Follow juga ig aku @mieala.la
KAMU SEDANG MEMBACA
Mora life
Teen FictionIni cerita aku yang kesekian kali aku buat, cuman ini yang paling berhasil. Jadi mohon dukungannya ya semua. Pernah denger asmr boyfriend or husband? Terus ngebayangin kalau mereka jadi pasangan kita? Sering halu punya idol tapi aslinya ga bisa dimi...