0

26 3 1
                                    

.
.

"Gilga sebenarnya lu kenapa sih tadi ?"tanya zen menatap kearah gilga yang terus saja menjalankan mobilnya tanpa ngomong sesuatu sejak keluar dari rumah xabiru.

"....."

"Gil_____

"Zen ,diam dulu bisa ? Gw capek ."potong gilga cepat membuat zen langsung menutup mulutnya

Zen menatap heran gilga namun apa bisa dikata .

Mobil yang dikendari oleh gilga berhenti di depan rumah kos kosan yang ditinggali oleh zen.

"Makasih ya gilga gw pulang duluan ,lo hati hati bawa mobilnya."

Gilga hanya mengangguk dan tersenyum kecil menjawab ucapan dari zen ,setelah itu gilga kembali menjalankan mobilnya pulang ketumahnya sendiri.

***

Zen masuk kedalam kamar kos nya dengan pikiran yang sedikit mumet.

"Tadi gw kenapa ya ! Kenapa kepala gw tiba-tiba berisik waktu ada dirumah zabiru ?."pikir zen kembali berfikir akan kejadia beberapa waktu yang lalu.

"Gw kayak ngerasa de javu tapi kok hati gw sakit."lanjutnya lirih memegang area dadanya yang berdenyut sakit.

"Gw bingung dan gw enggak tau harus apa ,apalagi gilga kek nyembunyiin sesuatu yang membuat gw penasaran tapi gw enggak mungkin maksa gilga buat ceritain apa yang sebenarnya terjadi." zen merebahkan badannya dikasur bertelentang.

"Tapi gimana pun gw penasaran ,ck kenapa sih ada apa sebenarnya ."ucap zen lesu memukul kepalanya prustasi.

"Gw capek tapi gw enggak tau kenapa ,gw ngerasa pernah datang kerumah xabiru tapi gw ingat kalau itu pertama kalinya gw datang kerumah xabiru .Ada apa sih sebenarnya sama gw ,ingatan waktu itu kenapa membuat gw jadi kepikiran."lanjutnya lagi dengan prustasi.

"Tapi yaudahlah ,gw capek mau istirahat."

***

Gilga mengusap wajahnya lelah "Hampir aja tadi ,sialan kenapa gw jadi implusif gini sih tadi."

"semoga aja zen enggak naruh curiga sama gw ."lanjutnya

Gilga keluar dari mobilnya dan berjalan kedalam rumah.

"Baru pulang kamu gilga ?."

Langkah gilga terhenti saat mendengar suara dari ayahnya. "Ayah lihat sendiri kan ?."balas gilga kembali bertanya

"Ayah hanya khawatir sama kamu. "ujar ayah pram menatap sang anak yang menatapnya malas.

Gilga menatap sang ayah dengan berdecih pelan ,"Khawatir ? Kek ada aja kata khawatir dikamus ayah."

Ayah pram menatap anaknya dengan raut yang mulai memerah ,"Kamu jangan kurang ajar gilga ,siapa yang ngajari kamu kaya gini hah ."

"Ayah ,ayah yang ngajarin aku jadi orang seperti ini .Coba aja ayah tidak melakukan hal  itu dulu ,mungkin keluarga kita tidak akan hancur seperti ini."jawab gilga cepat berlalu meninggalkan sang ayah yang mematung.

Berlalunya sang anak ,ayah pram hanya menatap sang anak denga rasa bersalah.

"Maafin ayah....."





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JENDELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang