3) the promise ⚠️

401 39 3
                                    

Solon sibuk mengecap seluruh bagian kekasih nya, menyesap keras kulit putih halus itu hingga menimbulkan tanda kepemilikan berwarna merah atau ungu. Lidahnya bergerak liar menyapu leher jenjang kekasih manisnya, memberi tanda di dekat telinga.

Desahan itu semakin menjadi saat satu tangan Solon merayap memasuki seragam ksatrianya. Mencari gundukan kecil di dada, lalu setelah ketemu, Solon mengusap dan mencubit benda pink itu. Lihatlah, bahkan nipple kekasihnya sudah sangat tegang.

Solon mendekatkan bibirnya ke telinga Jay, menjilat dan menggigit daun telinga itu nafsu. Menciptakan erangan indah dari bibir manis Jay.

"Apa yang akan mereka katakan jika ksatria kebanggaan Empire mendesah dan mengerang di bawahku?" Tanyanya penuh bangga.

"Ingin ku melepas pakaian mu?" Tawarnya sambil memainkan pantat bulat penuh Jay.

"Uhh... Biar aku lepas zirah dan jubahnya saja sendiri." Jawab pemuda manis itu dan bangkit dari pangkuan Solon, melepas satu per satu atributnya dan hanya menyisakan kemeja putih yang masih terkancing. Untung saja kemeja itu mampu menutupi setengah paha Jay. Jadi dia tak merasa seberapa malu sekarang.

Solon juga berdiri dan memeluk submissive nya dari belakang, mencium ceruk leher Jay dan menjalar ke belakang telinga.

Tangannya yang gesit bekerja melepaskan seluruh kaitan kancing yang ada di pakaian kekasihnya. Merapatkan tubuh Jay ke pagar dinding paviliun terbuka itu yang hanya setengah badannya.

Pangeran itu juga menurunkan kemeja Jay hingga batas siku. Memperlihatkan bahu mulus dengan otot yang menonjol.

Badan Jay cukup bagus untuk ukuran seorang ksatria barisan utama. Tapi tidak jika memikirkan bahwa orang ini adalah pasangannya. Walau tak sebesar otot miliknya, tetap saja.

Bagaimana jika mereka kira Jay adalah laki-laki straight dan menjodohkan nya dengan gadis lain? Solon tak akan pernah menerimanya.

Merasa tak ada pergerakan lagi di bahunya, Jay lantas menoleh dan mendapatkan bahwa dominannya itu tengah melamun dengan menanamkan kepalanya pada leher jenjang
Jay.

Pemuda manis itu tersenyum lembut, tangan bebasnya yang tak bekerja apapun mengusap pelan rambut platina halus itu.

"Apa yang kau pikirkan?" Suaranya parau, entahlah. Mungkin karena terlalu lelah mendesah.

Solon merapatkan pelukan nya pada pada pinggang Jay. "Aku hanya takut kau menghilang..." Ucapnya pelan.

Walau suaranya biasa saja, Jay tahu kalau sang pemilik surai platina itu sangat ketakukan. Entah karena apa. Apakah sebesar itu rasa cinta Solon padanya?

"Aku takut tak bisa merengkuhmu lagi."
Suaranya semakin bergetar.

Entah kenapa hati Jay merasa terenyuh, tiba-tiba saja air mata pemuda manis itu turun. Tangannya meraih dagu Solon, kepala Jay menoleh dan mencium bibir itu lembut. Sedikit menyesap dan melumatnya.

Tentu saja Solon terkejut dengan perlakuan mengejutkan Jay, namun dia memilih untuk membalas ciuman manis tersebut. Kepalanya dimiringkan, membuat ciuman itu semakin dalam dan panas. Menyesap bibir bawah Jay yang membuat saliva mereka mengalir ke leher Jay.

Ciuman mereka berakhir saat tangan Jay meremas lengan bawah Solon yang masih melingkar di pinggang nya.

Jay melepaskan pelukan itu, berbalik menghadap Solon dan menautkan kedua tangan mereka. Menatap Solon sayu, "Aku tak akan pergi, aku janji..." Lirihnya.

"Atas nama keluarga ku dan sumpah ksatria ku. Aku, Jay Noah Victor Laurent dengan ini bersumpah kepada engkau, Your Highness Prince Solon de Enhard Jacob Philip, sang kaisar masa depan. Bahwa aku, tak akan pernah meninggalkan mu dalam kondisi apapun. Dengan segenap hatiku."

Sumpah itu membuat Solon tertegun sebentar. Tak bisa dipungkiri tapi, perkataan itu membuat Solon sangat bahagia dan lega luar biasa.

"Kau sudah pernah bersumpah seperti itu, dear."

Jay tersenyum kecil. "Aku bersumpah sebagai pasanganmu. Bukan anak buahmu."

Solon terseyum hangat, mengangguk bahagia mendengar pernyataan tersebut. Ini pertama kalinya Jay bersikap se-terbuka ini. Semoga kebahagiaan nya tak hanya sampai di sini.

"Well, ingin melanjutkan lagi?"

Jay mengangguk, mencium kilas hidung mancung Solon. "Gladly."

*

*

*

"Ku dengar kekaisaran akan mengambil alih kerajaan lain. Apa itu benar? Kalau begitu bukankah lewat peperangan dulu kan..."

Solon menghentikan elusan nya, membuat Jay mendongak ke arahnya.

"Apakah itu benar? Kalau memang benar, berarti aku harus–"

"Kau tidak akan pergi berperang." Ucap sang pangeran cepat.

Jawaban itu tentu saja membuat Jay terkejut. Hell, dia adalah ketua The Knights. Barisan ksatria terbaik yang dimiliki kekaisaran. Dan pasangannya ini melarang untuk berperang? Yang benar saja?

Jay menatap manik abu-abu itu dalam, menangkup rahang tegas Solon dengan kedua tangan nya. "But this is my duty Solon. You can't forbid me." balas Jay lembut.

Dia tahu, Solon tak ingin kehilangan dirinya. Solon tak ingin membuat dia terluka. Tapi tetap saja, Jay akan melanggar sumpahnya kalau dia melewatkan perang begitu saja.

"Yes. I. Can." Mata abu-abu itu menatapnya tajam, bahkan guratan di dahi Tuan nya sangat kentara.

"And I will, I'll do anything to make you leave the battle." Ucap Solon tegas.

Jay menatapnya nanar, "Tapi itu akan membuat ku melanggar sumpah ksatria yang ku ucapkan pada mu 4 tahun lalu, Solon.."

Penyandang marga Philip itu meraih dagu Jay. "Kau bersumpah untuk melayani ku, dear. Itu berarti, apapun yang ku ucapkan adalah perintah untukmu. Got that so far?" Jelasnya.

Jay mengangguk patuh. Tak ingin mendebat lagi pangeran ini lebih lama.

"Jangan pernah membahas masalah ini lagi, aku tak ingin mendengarnya." Kata Solon sebelum mengecup kedua kelopak mata Jay dan membawanya kembali bersandar pada dada bidang Solon.

"Tidurlah, aku akan memindahkanmu nanti."

"Eung. Selamat tidur, Solon.."

Jay mencari posisi yang tepat, walau di selingi oleh ringisan yang tercipta karena benda sialan itu masih bersarang di dalamnya.

Solon mengelus rambut berantakan itu lembut, mencium kening kesayangan nya. "Selamat malam juga, princess."

Pemuda manis itu ingin sekali mendebat Solon atas panggilan nya, namun dia sudah tak memiliki tenaga dan kesadaran untuk sekedar melayangkan protes.

Pangeran pertama itu menghela napas panjang, memejamkan mata dan menikmati hembusan angin yang menerpa rambut platina nya.

Semoga firasat buruk yang dirasakannya hanyalah ketakutan berlebihan belaka. Bukan suatu tanda penting yang membuatnya harus mengorbankan sesuatu.

Yah... Semoga saja.






*****

The One that Got Away [Sungjay]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang