Lisa pov
Jennie membalas ciumanku. Kami berbagi ciuman yang lembut dan pelan. Aku memegang tengkuknya dan dia mengencangkan tangannya di pinggangku.
Ciuman kami terlepas dan memperlihatkan benang saliva yang terjalin di bibir kami. Aku tidak menjauhkan jarak kami sama sekali. Aku menempelkan dahi kami dan menatap mata indah Jennie. Jennie hanya melihat kebawah tidak berani melihatku. Nafasnya narik turun, sama denganku.
"Apa yang kamu lakukan padaku" bisiknya.
"Itu yang kamu dapatkan jika bermain-main denganku"
Jennie kini menatap mataku. Aku tidak akan berhenti terpesona dengan matanya.
"Aku tidak bermain-main denganmu" ucapnya tegas.
"Aku menahan diri untuk tidak bertanya tentang pria culun itu. Dan kamu harus menjelaskan itu padaku nini"
Kini matanya terbuka lebih lebar. Aku melunakkan pandanganku. Aku tidak bisa keras padanya, dia serapuh kaca.
"Dia bukan siapa-siapa"
"Jika dia bukan siapa-siapa, lalu kenapa kamu pergi bersamanya dan melupakan janji pulang bersama kita?"
Jennie melihat kearah lain. Tangannya terlepas dari pinggangku. Tak tahan lagi dengan diamnya, aku menarik dagunya untuk melihatku.
"Jawab aku nini"
"Dia shonu, pria masa laluku. Kami sudah lama tidak bertemu. Dan aku tidak mengira akan bertemu dengannya di tempat mengerikan itu. Kami tidak sempat bicara sebelumnya. Jadi, dia memintaku untuk berbicara tadi" aku melihat kejujuran dimatanya.
"Dan kamu melupakan akan pulang denganku"
"Aku lupa tentang itu. Maaf" ucapnya lemah.
Sakit? Tentu saja. Dia meninggalkanku di danau untuk mencari kunci mobil yang dia lempar sebelumnya. Lalu dia pergi bersama orang lain. Aku merasa di campakkan.
Aku mundur darinya. Tatapan bersalahnya jelas terlihat.
"Aku tidak suka kamu bersamanya" aku memalingkan wajah.
"Kenapa?. Kamu tidak punya hak untuk melarang ku"
"Tapi aku tetap tidak suka"
Aku menahan kepalaku. Sakitnya kembali muncul. Aku akan merasakan sakit yang hebat jika berada di bawah matahari dalam waktu yang lama. Aku benci ini.
"Kita tidak punya hubungan apa-apa lisa. Kamu tidak bisa melarang ku" dia mulai marah.
"Kalau begitu ayo berpacaran, agar aku bisa melarang mu bersamanya"
Ucapan spontan ku membuat Jennie terkejut. Ya aku juga. Kata-kata itu muncul begitu saja di kepalaku. Aku membutuhkan jennie. Tidak ada yang bisa mengambilnya dariku.
"Kamu tidak bisa menjadikan itu lelucon lisa"
"Lelucon apa?. Aku serius jennie. Aku memintamu untuk menjadi pacarku" ucapku tulus.
Jennie menatapku bingung. Aku mendekat tapi dia mencegahku dengan tangannya.
"Hentikan!. Itu tidak lucu" dia mulai menyalak. Ada apa?.
"Ada apa jennie?. Apa kamu tidak peka atau apa?. Aku berusaha mendekati mu selama kita dekat sebelumnya. Aku menyukaimu sedari awal jennie"
Aku meyakinkannya. Aku meresapi semua kata seulgi dan wendy sebelumnya. Mereka benar, Aku jatuh cinta dengan jennie. Aku tidak menyadarinya sebelumnya.
"Aku tidak tahu harus menjawab apa" ucapnya.
Aku tidak bisa membaca maksudnya. Dia masih dengan ekspresi bingungnya menatapku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Emerging Love (Hiatus)
Novela Juvenil. . . . . Dia hanya masa lalu. Jika jennie meragukan ku hanya karena dia?. Itu tidak adil. Aku punya cinta yang lebih besar untuknya. ______________________________ "Apa ini akan menjadi akhir?" "Tidak. Ingat... Selalu ada alasan dibalik suatu kejad...