Seperti biasa, jangan lupa vote, komen, dan follow yaaa~~~
Happy reading!
Saya baru saja selesai membereskan dapur saat Ayah memanggilku ke ruangannya. Ruangan kecil yang terletak di dekat dapur. Yang berisi tumpukan catatan keuangan dan berbagai dokumen milik restoran. Ruangan kecil yang menjadi saksi perjuangan Ayah.
Restoran milik Ayah memang belum terlalu besar. Mungkin dibandingkan restoran, tempat ini lebih cocok disebut dengan rumah makan. Mulai dari kapasitas tempat yang masih terbatas dan sistem pelayanan yang belum terlalu profesional. Namun, untuk sampai di tahap sekarang, saya tahu benar apa yang telah Ayah korbankan dan lalui.
Ayah memulai bisnisnya dari menjadi penyalur makanan untuk kantin sekolah, membuka lapak di pasar, hingga menawarkan jasa katering skala kecil. Apapun Ayah lakukan untuk mewujudkan keinginannya, yang sebenarnya juga ia tujukan untuk keluarga kecil yang ia miliki. Dengan kata lain adalah untuk saya dan Ayah. Sebab ibu saya telah tiada sejak saya masih sangat kecil.
Oleh karena itu, Ayah membesarkan saya dengan sangat keras. Dari kecil, saya sudah diajaknya untuk masuk dan membantu di dapur sebelum pergi ke sekolah. Meski hanya untuk melepas-lepaskan daun kangkung atau bayam dari batangnya.
Awalnya saya memang terpaksa, seringkali saya menggeruti tiap Ayah memanggil nama saya. Ingin rasanya saya berteriak pada Ayah untuk diberikan waktu bermain dan tidur yang lebih banyak seperti teman-teman saya lainnya.
Akan tetapi, ketika beranjak dewasa dan melihat perkembangan bisnis makanan Ayah, saya merasa bahwa perjuangan Ayah tidak sia-sia. Dan betapa bangganya saya karena menjadi bagian dari perjuangan tersebut.
Meski bisnis Ayah baru berskala rumah makan, pesanan di luar itu sangatlah banyak. Di hari-hari tertentu, kami harus memasak hingga ribuan porsi. Membuat rumah makan kami dikenal lebih banyak orang karena kelezatannya. Hingga kami harus merekrut tenaga tambahan untuk membantu kami karena keempat tangan kami tidak lagi mampu untuk melayani pelanggan yang begitu banyak. Juga membuka cabang-cabang baru di beberapa tempat.
Namun, seperti semua orang yang berada di puncak, pasti akan ditakdirkan untuk turun sedikit untuk mencapai puncak yang lebih tinggi. Dan itulah yang Ayah katakan sekarang. Bahwa bisnis kami berada di ujung tanduk dan harus segera diselamatkan. Belum lagi hutang di sana sini yang masih harus dibayar.
Saya bertanya pada Ayah, apa yang bisa saya lakukan. Tetapi Ayah tidak menjawab saya dengan kata-kata, melainkan hanya memberikan saya selembar kertas. Di sana tercetak sebuah foto wanita yang sedang tersenyum manis di kamera.
"Ribka Masayu."
Begitu jawab Ayah ketika saya bertanya siapa yang ada di foto tersebut. Wanita itu rupanya adalah putri dari rekan bisnis yang bersedia membantu Ayah. Asalkan dengan satu syarat, yaitu harus menikahkan saya dengan anak perempuan tersebut.
Saya sendiri tidak tahu alasan di balik syarat tersebut. Ayah tidak menceritakannya lebih lanjut. Yang saya tahu hanyalah saya akan melakukan apapun untuk menyelamatkan Ayah dan bisnis Ayah. Termasuk mengorbankan diri dan hak saya untuk memilih, seperti Ayah yang telah banyak berkorban untuk saya.
Author's Notes:
Book ini adalah spin-off atau prekuel dari Taste of You dan akan menceritakan tentang back story Banyutama, Papa-nya Galendra. Narasinya akan berbentuk seperti tulisan di buku harian. Jadi satu chapter nggak akan panjang isinya.
Di sini, aku juga nggak akan memakai visual siapapun. Kenapa? Karena aku nggak yakin sanggup selesaiin cerita ini kalau pake visual. Dan aku nggak membuat siapapun jadi disebelin karena terbawa ceritaku. Tapi feel free buat bayangin siapa aja untuk cast-nya ya~
So, enjoy!
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Reveries of You | YOUniverse #1.5
RomanceMenikah tanpa dasar cinta adalah hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Banyutama. Namun, perjodohan tersebut terpaksa ia terima untuk menyelamatkan bisnis ayahnya yang terancam bangkrut. Lantas, kebahagiaan mana yang bisa didapat dari pernikahan se...