Chapter 2 | 3 Februari 1990

24 2 0
                                    

Vote, komen, dan follow dulu yukkkk~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote, komen, dan follow dulu yukkkk~

Happy reading <333


Hari ini terjadi sesuatu yang langka. Ayah meliburkan seluruh kegiatan di dapur. Padahal biasanya Ayah akan melakukan segala cara supaya dapur dan rumah makan kami tetap beroperasi setiap hari. 

Meski demikian, kesibukan dapur rumah makan ternyata berpindah pada dapur rumah kami. Sejak pagi, beberapa juru masak sudah dikerahkan Ayah untuk membantu. Mulai dari memilih dan menyiapkan bahan, hingga mengolahnya sampai menjadi mekanan siap santap. Semua Ayah lakukan untuk menyambut tamu istimewa, yaitu Tuan Kertadi beserta keluarganya. 

Tuan Kertadi merupakan rekan bisnis Ayah yang sudah lama saya kenal. Tidak berbeda jauh dengan Ayah, Tuan Kertadi juga memiliki usaha di bidang kuliner. Hanya saja, bisnis milik Tuan Kertadi sudah berada di skala restoran, dengan cabang yang tersebar di berbagai kota. Di kota asal kami saja, Yogyakarta, sudah ada lebih dari dua cabang restoran dan beberapa cabang rumah makan. Sebenarnya tidak mengherankan, karena restoran Tuan Kertadi adalah restoran keluarga yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Tidak seperti Ayah yang adalah perintis. 

Mengingat kesuksesan dan besarnya skala usaha Tuan Kertadi, saya tidak heran beliau mau membantu kami. Namun, yang saya ragukan adalah mengenai syarat yang beliau ajukan. 

Entahlah. 

Mungkin masih masuk akal kalau saja saya adalah seorang anak perempuan, sedangkan anak Tuan Kertadi adalah seorang laki-laki. Seperti yang banyak diceritakan dalam kisah-kisah populer: seorang perempuan dinikahkan untuk menebus hutang keluarga dan sebagainya. Tetapi keadaan saya berkata sebaliknya.

Selain keluarga yang sudah memiliki pamor, satu-satunya anak perempuan Tuan Kertadi, yang tempo hari Ayah katakan sebagai Ribka Masayu, juga memiliki wajah yang tergolong cantik. Rasanya tidak mungkin tidak ada satupun lelaki yang tertarik pada wanita cantik dan kaya seperti Ribka Masayu.

Yah, termasuk saya salah satunya. 

Paras cantik Ribka Masayu tentu membuat saya tertarik. Ditambah lekuk tubuh yang semampai menambah keindahan wanita itu. Apalagi saya tidak sering bertemu dan berinteraksi dengan banyak wanita karena terlalu sibuk menjalani kehidupan di dapur. Melihat gadis seperti Ribka Masayu tentu adalah sebuah penyegaran bagi saya.

Namun, semua hal yang dimiliki Ribka Masayu ternyata belum dapat membuat saya jatuh cinta. Barangkali karena saya sama sekali tidak percaya dengan apa yang orang katakan dengan istilah cinta pada pandangan pertama. Atau karena saya terlalu mencintai pekerjaan saya sehingga saya tidak mencintai insan lain. 

Saya rasa begitu juga yang dirasakan oleh Ribka Masayu. Ia tidak memasang ekspresi apapun selama makan malam bisnis berkedok keluarga malam ini. Juga tidak banyak berbicara dan menjawab seadanya pada setiap pertanyaan. Baik saya dan Ayu, sepertinya sama-sama sudah berpasrah dengan keputusan orang tua kami. 

Hingga Tuan Kertadi melontarkan suatu pertanyaan pada saya mengenai kesediaan saya dalam menerima perjodohan ini. Barulah saya menyadari, bahwa saya dan Ayu berbeda. 

Semua tergambar jelas dari kilatan mata Ayu yang menatap tajam mata saya. Ada amarah, ancaman, kesedihan, dan putus asa di bola mata itu. Seolah memohon pada saya agar dapat membebaskannya dari tali yang mengikat lehernya kencang. Seolah saya penentu hidup dan matinya. 

Akan tetapi, menyelematkan Ayu sama artinya dengan mengorbankan bisnis Ayah. Maka, tanpa perlu banyak pertimbangan, tentu saya lebih memilih menyelamatkan bisnis Ayah dengan Ayu sebagai korbannya. 


Author's Notes:

Gimana dua chapter pertama ini? Udah berasa sedihnya belum sih HAHAHA

Makasih yang udah mampir, vote, komen, follow <33

See you!

Reveries of You | YOUniverse #1.5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang