9 | Love You Soo

59 22 2
                                    

Keesokan harinya Mettasha bangun dengan malas-malasan setelah kejadian semalam. Ia bingung harus bagaimana jika bertemu Nadean di kampus. Ingin menjelaskan, tetapi juga bingung harus memulai dari mana.

Sementara itu, Bibi Yati tengah merasa aneh karena tidak biasanya Mettasha bangun siang dan bermalas-malasan untuk ke kampus. Ia pun memutuskan untuk naik dan melihat keadaan gadis itu di kamarnya.

Setelah mengetuk pintu kamar di hadapannya, Bibi Yati langsung masuk tanpa menunggu sahutan dari dalam. Itu memang sudah menjadi kebiasaannya sejak mengurus Mettasha pada hari pertama pindah ke rumah ini.

Bibi Yati menatap Mettasha yang masih menutup tubuhnya dari kepala hingga kaki menggunakan selimut. Ia tersenyum karena tahu betul jika seperti ini, berarti gadis itu sedang uring-uringan. Ada hal yang sedang dipikirkannya.

"Ayooo! Jangan pura-pura bobo begitu! Memangnya gak ke kampus, Non?" tanya Bibi Yati.

Mettasha yang mendengar suara Bibi Yati, segera menurunkan selimut dari kepalanya dan menatapnya dengan tatapan memohon. "Bi, hari ini Metta nggak ke kampus deh. Pengen bobo seharian di rumah."

Kening Bibi Yati mengerut. "Loh, kenapa? Non sakit? Ke rumah sakit aja, yuk. Atau mau Bibi teleponin Dokter Dani?"

Mettasha menggeleng kuat. "Gak, Bi. Nggak usah. Metta sehat-sehat aja, kok. Cuma lagi malas aja," kekehnya.

"Wah! Tumben banget, nih, Non Metta malas. Ada apa? Ada yang Non pikirin? Atau ada yang Non hindarin?" tebak Bibi Yati yang seolah bisa membaca pikiran Mettasha.

"Wah, Bibi kok, tahu? Bibi paranormal, ya?"

Bibi Yati berdecak pelan. "Bibi itu udah tahu kebiasaan Non Metta. Masa masih diragukan sih, Non? Bibi serius. Ada apa? Coba cerita. Siapa tahu Bibi bisa bantu, atau kalau pun Bibi nggak bisa bantu, seenggaknya Bibi bisa jadi pendengar untuk keluh kesah Non Metta."

Kalimat yang dilontarkan Bibi Yati pun seketika membuat Mettasha terharu. Dari dulu sampai sekarang, wanita itu selalu menciptakan kenyamanan tersendiri untuknya. Ia bangun dari tidurnya dan memposisikan diri duduk di depan Bibi Yati. Ia mulai menceritakan kejadian kemarin ketika Nadean menyatakan perasaannya. Juga tentang bagaimana perasaannya sekarang.

Bibi Yati diam dan mendengarkan dengan saksama tanpa memotong apapun yang diucapkan Mettasha.

"Jadi gitu, Bi. Terus sekarang, Metta bingung mau gimana kalau ketemu Dean di kampus."

Bibi Yati tersenyum. "Dari yang Non ceritain, Bibi bisa tahu kalau Non Metta juga suka, kan, sama Den Nadean? Hanya saja Non masih bingung. Sebenarnya ada apa?"

"Bi, kalau mau jujur tentang perasaan iya aku emang suka. Awalnya, aku bingung karena bagaimana pun ini pertama kalinya dengan cowok kayak gini. Tapi setelah semalaman aku mikir lagi, kecepetan nggak, sih, Nadean bisa suka, sayang, bahkan cinta sama aku?" Mettasha menatap Bibi Yati. "Dengan dia nggak tahu siapa aku? Orang tua aku? Kehidupan aku kayak gimana? Dia nggak tahu semua itu, Bi. Metta takut kalau dia tahu, terus dia nyesel dan milih mundur, Bi."

Bibi Yati mengusap pelan kedua pundak Mettasha. "Non, perasaan suka itu bisa muncul tiba-tiba. Perasaan sayang juga muncul karena adanya rasa nyaman, dan perasaan cinta, berarti dia udah kenal betul dengan Non. Kalaupun menurut Non, dia gak tahu apa-apa, ya, Non yang harus ngasih tahu sebelum dia tahu dari orang lain. Itu pun kalau Non Metta memang punya perasaan yang sama. Tapi kalau Non nggak punya perasaan sama dia, ya, tolak dengan baik Non. Jangan kayak kemaren lagi, Non pergi begitu aja. Ingat, kenalnya, kan, baik-baik, jadi harus tetap dengan itikad baik, Non. Non ngerti, kan, maksud Bibi?" ujarnya berusaha memberi pemahaman.

Mettasha diam untuk beberapa saat memikirkan perkataan Bibi Yati. Bibi Yati pun tersenyum menatap gadis di hadapannya itu.

"Makasih banyak, ya, Bi. Sedikit mendapat pencerahan," kekeh Mettasha.

VIEIL AMOUR | HOSEOK [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang