Jam sudah menunjukan pukul 16:38 Taufan yang melihat jam langsung beranjak pergi dari taman ini.
Dirinya harus pulang, kalau tidak bisa mati di hajar jendra nanti. Tidak membuang waktu dirinya langsung cabut menggunakan motornya sambil berjalan menuju rumah nya.
Di perjalanan pikiran Taufan kembali berkecamuk, memisahkan dan bercabang-cabang bagaikan pipa air.
Jujur, Taufan masih memikirkan apa yang dimaksud pemuda bernama gempa itu? Kenapa....rasanya ia mengenal siapa mereka? Kenapa ia merasa bahwa pernah bahkan ada hubungan yang sangat dekat dan akrab dengan mereka.
Bukankah mereka hanyalah orang asing yang membantunya? Kenapa ia merasa ini terasa sangat membingungkan.
Ckrek!
Krieeet---
"Aku pulang..." Gumamnya agak pelan, dirinya membuka sepatu dan menentengnya menaiki tangga.
Setelah menaruh sepatu dan kaus kaki nya dirinya beranjak membuka pintu untuk masuk kedalam ruang tamu.
"Bagaimana ini bang?"
Suara itu memberhentikan aksinya, dirinya mendengarkan dengan seksama apa yang mereka bicarakan.
"Aku tidak tahu..."
"Kita tetap harus katakan pada kak anya, apapun resikonya"
Mendengar namanya diungkit-ungkit membuat Taufan semakin menajamkan pendengarannya, ia perlu tahu dulu seluk beluk kesalahannya baru menginterogasi mereka semua.
"Aku tidak percaya hal ini, bisa-bisa nya nenek baru memberitahukan hal ini pada kita! "
"Mungkin nenek punya alasan tertentu, kak enva"
Tak tahan lagi dengan rasa penasaran nya yang semakin besar, Taufan membuka pintu perlahan tanpa membuka suara
"Alasan apa?"
Deg!
"K-kak....A-a-anya!?"
..
.
.
.
.
.
Mereka terdiam ketika merasakan kehadiran Taufan secara tiba-tiba, mungkin akibat terlalu memikirkan 'sesuatu' membuat mereka tak menyadari suara motor yang terdengar dari lantai bawah."K-kakak!?" Kaget thorn dengan suaranya yang terbata-bata, dirinya tak menyangka Taufan sudah pulang dan ada di depannya.
'Apa dia mendengarkan kalimatku tadi?'
Taufan menatap Thorn dan blaze dengan pandangan berbeda-beda sementara si empu yang dipandang cuma menunduk karena bingung ingin mengatakan apa.
Lirikan itu pergi mengarahkan ke sosok di depannya; abang sulung/Satu-satunya yang masih terkejut akibat perbuatannya.
"K-kau sudah pulang?"
"Jangan mengalihkan topik, jendra. Aku mendengar semuanya"
Halilintar sedikit meringis ketika namanya disebut dengan tatapan tajam Taufan yang ditujukan untuk nya.
Apa seperti itu dirinya ketika marah?
Sadar tidak bisa berbohong pada adiknya yang ini, halilintar hanya menghadap kearah lain sambil memberikan secarik kertas yang sedikit usang pada Taufan, membuat si empu bingung namun dengan sigap mengambil kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins? | Elemental Sibling's |
Mystery / Thriller[FANFICTION] ...♣ [All chara by : ©_MONSTA] [A Story by : ©Reyvelina_sf4] _TWINS_ Perceraian orang tua adalah mimpi buruk bagi sang anak, itulah yang terjadi pada hali, Taufan, blaze dan Thorn. Di saat seperti ini sebuah surat wasiat dari nenek yan...