Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Mantra Coffee."
Aktivitas di kampus ISI yang sebelumnya ramai mulai mereda seiring dengan kehadiran senja. Mahasiswa yang sibuk dengan kegiatan akademik mereka, satu per satu mulai keluar dari ruang kuliah dan studio.
Pun dengan Melodi. Gadis itu melangkah keluar dari ruangan dosen dengan raut wajah kusut, ekspresi lelah sangat kentara setelah perdebatan panjang dan penuh tekanan dengan dosen pembimbing skripsinya. Sore ini ia mengenakan blus lembut berwarna putih yang dimasukkan dengan rapi ke dalam celana kulot hitam. Sebuah cardigan rajut berwarna kuning menjadi outer-nya, lengkap dengan sepasang sneakers putih yang menambah kesan kasual.
Saat Melo berjalan di pinggiran taman kampus, pikiran gadis itu masih sibuk bergelut dengan saran yang diterimanya barusan, arah skripsinya kini lebih jelas, meskipun masih membutuhkan banyak revisi. Angin sepoi-sepoi memainkan ujung cardigannya, dan memanjakan rambutnya yang melambai-lambai gemulai.
Namun, angin sepoi itu mendadak berhenti, bertepatan dengan langkah diamnya Melodi ketika menangkap hadir Ippo yang duduk di atas vespa kuningnya, terlihat santai seolah tak ada masalah yang terjadi. Pandangan Melodi langsung berubah masam, perasaan yang berkecamuk sejak malam kini membuncah.
Saat ia mendekat, Ippo menyambutnya dengan senyum paling ceria. "Hai, cantik! Gimana bimbingannya? Lancar?"
Melodi menatapnya tanpa ekspresi, lalu menghela napas panjang. "Kepo," jawabnya dengan nada datar yang terasa dingin di gendang telinga Ippo.
"Mau cerita?" Ippo mencoba meraih tangan Melodi, tapi gadis itu segera menarik tangannya menjauh.
"Enggak! Kamu ngapain sih di sini?" tanya Melodi dengan nada tajam, tatapannya mengunci Ippo di tempatnya.
Sejujurnya, Ippo tak menyangka nada suara Melodi akan meninggi seperti itu. "Aaaaaa—aku cuma mau jemput kamu. Kita udah lama enggak ketemu, aku kangen."
"Aku mau pulang sendiri, udah tiga hari nginep di kosan Zara," balas Melodi, emosinya mulai tak terkendali. "Aku lagi sibuk-sibuknya. Kamu enggak ada kerjaan lain selain gangguin aku apa?"
Ippo terdiam, tak tahu harus berkata apa. Ia bisa melihat gusar yang berkobar di mata Melodi, dan ia sadar bahwa kemarahan itu bukan karena sebatas bimbingan skripsi. "Alunan, kamu kenapa sih sebenernya? Kenapa kamu marah begini? Aku ada salah apa?"
Melodi mendengus kesal, dan tanpa menjawab, ia berbalik arah. Ippo segera melompat dari vespa, mencoba menahan Melodi sebelum gadis itu pergi.
"Alunan, tunggu ... denger dulu--"
"Udahlah, Po. Kamu kan udah ketemu Nada semalem, anggap aja dia itu aku, kita kan mirip," potong Melodi.
Ippo memicing. "Apa ini gara-gara foto Nada semalem? Sumpah, enggak ada apa-apa antara aku sama Nada. Kita cuma—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantra Coffee Origin
Horror[Mantra Coffee : Next Generation Season 2] Halaman terakhir sudah penuh terisi dan ditutup oleh sebuah titik, tetapi sejatinya selalu ada awal baru dari sebuah akhir. Mantra Coffee kini hadir kembali dengan nuansa yang berbeda. Harits, Deva, Melodi...