𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟐

708 71 7
                                    

_______

"Kemana saja kau Cheol? Mamamu mencarimu dengan cemas karena kau menghilang lama tadi." Johnny berpapasan dengan Seungcheol di ujung koridor, dia langsung menjajari langkah Seungcheol dan tersenyum lembut "Kau pasti menjelajah lagi tanpa izin."

Pipi Seungcheol memerah.  Johnny adalah temannya dari kecil karena kedua orang tua mereka bertetangga dan bersahabat. Lelaki itu mungkin menganggap Seungcheol sebagai adiknya, tetapi bagi Seungcheol, Johnny lebih dari itu. Johnny selalu ada untuknya, dan Seungcheol mungkin menyimpan perasaan lebih kepadanya, sayangnya, Johnny sepertinya masih memperlakukan Seungcheol sebagai anak kecil, sebagai adiknya. Dan itulah salah satu hal yang membuat Seungcheol membenci penampilannya yang seperti anak kecil ini.

"Aku bertemu dengan Mingyu si pemain biola itu."

Langkah Johnny langsung terhenti, dia menatap Seungcheol dan membelalakkan matanya, "Kau bertemu dengannya? Dengan Mingyu? Di mana Mingyu?" Johnny seperti sudah siap untuk berlari, tapi Seungcheol menahan tangannya.

"Dia sedang berlatih di ruangan khusus di sayap ujung akademi ini. Sepertinya dia sedang bad mood, mungkin karena tadi aku muncul tiba-tiba tanpa sengaja dan mengganggu permainannya." Seungcheol menatap Johnny dengan tatapan penuh permintaan maaf, "Jangan ke sana Johnny, Kalaupun dia masih ada di sana dia pasti sedang marah besar."

Johnny menundukkan kepalanya menatap Seungcheol yang lebih pendek darinya, lalu menghela nafas panjang. "Kau sungguh beruntung, tapi yah sudahlah, mungkin memang belum saatnya aku bertemu dengan Mingyu." gumamnya lalu tersenyum dan menepuk pundak Seungcheol penuh sayang, "Nanti kita pasti akan bisa bertemu dengannya, kita kan sudah mengisi dan masukan formulir audisi untuk masuk sebagai murid khusus Mingyu. Ayo kita cari mamamu."

Setiap tahun sekali, Mingyu sang pemain bola jenius yang sangat terkenal itu, akan menyempatkan waktunya untuk memberikan kelas khusus hanya untuk siswa akademi senior atau alumni yang terpilih, semuanya dibatasi berusia minimal delapan belas tahun dan maksimal berusia dua puluh tahun. Pendaftaran dibuka sebebas-bebasnya tetapi pada tahap awal kualifikasi hanya ada dua ratus orang terpilih yang berhak mengikuti audisi khusus yang dihadiri langsung oleh Mingyu.

Kelas itu hanya diikuti oleh beberapa orang terbaik, dan Mingyu sendiri yang memilihnya. Mereka harus mengisi formulir, kemudian mengikuti audisi, perbandingan antara yang lolos dan tidak lolos mungkin satu dibanding sepuluh siswa audisi. Ini adalah kesempatan pertama Seungcheol, sedangkan Johnny yang dua tahun lebih tua darinya, akan mencoba keberuntungannya untuk ketiga kalinya, dia gagal di percobaan dua kali sebelumnya.

Dari dua ratus orang yang ikut audisi hanya akan dipilih sejumlah maksimal dua puluh orang, akan diberikan pelatihan di kelas khusus selama tiga bulan dengan mentor utama Mingyu sendiri. Memang waktu pelatihan yang singkat tetapi banyak sekali ilmu yang bisa mereka dapat karena sang maestro itu sendiri yang turun tangan mengajari mereka, selain itu karena beruntung, Mingyu bahkan bermain biola di kelasnya, suatu kesempatan luar biasa mendengarkan Mingyu bermain biola secara langsung, karena lelaki itu lebih banyak mengadakan konsernya di luar negeri, sehingga para murid akademi ini hanya bisa mendengarkan permainannya dari rekaman video untuk berlatih.

Yang pasti, kelas khusus Mingyu ini sangat eksklusif dan siapapun yang ingin lolos audisi, harus berebut dengan dua ratus siswa akademi sekaligus alumni lainnya yang lolos kualifikasi tahap awal. Audisi ini begitu ketatnya, sehingga Johnny yang notabene anak direktur akademi musik ini, diperlakukan sama seperti yang lain. Dia harus mengambil formulir, mengisi sesuai prosedur dan mengikuti tes audisi bersama yang lain. Hanya Mingyu yang bisa menentukan siapa yang akan dilatih.

Johnny dan Seungcheol adalah salah satu dari sekian banyak siswa yang berharap memperoleh keberuntungan ini, diajar langsung oleh Mingyu. Johnny terutama, dia adalah penggemar berat Mingyu, dia pada mulanya berlatih piano, ayahnya adalah salah satu pemilik dan direktur akademi musik ini, sehingga bakat Johnny sudah terasa sejak kecil. Kemudian tanpa sengaja dia mendengarkan acara konser solo Mingyu, sang jenius biola, salah satu lulusan akademi yang sama dengannya, yang waktu itu baru-baru usia duapuluh satu tahun di televisi. Dia terpana, takjub akan kemampuan Mingyu membawakan biolanya dengan begitu sempurna, dan seketika itulah dia memutuskan bermain biola. Mingyu adalah salah satu motivasi terbesarnya bermain biola.

Embrace The Chord (GyuCheol) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang