13

91 11 0
                                    

"ARGH!!! HHAAAHHH!! HAAA...!"

Namjoon ikut terbangun mendengar jeritan itu. Tangannya otomatis menyalakan lampu tidur. Dan ia menghela napas panjang melihat Seokjin yang terduduk di sebelahnya.

Mata Seokjin membelalak tidak berkedip dan mulutnya terbuka lebar. Tangannya mencengkeram selimut begitu kencang. Dan saat Namjoon melingkarkan tangannya untuk memeluknya, kaus tipis yang basah kuyup oleh keringat membuatnya menggigil.

"Mimpi buruk?" Ia bertanya pelan walaupun ia sudah tahu jawabannya. Dibukanya kaus Seokjin dengan penuh perhatian. "Nanti kau sakit kedinginan."

Seokjin menelungkupkan wajahnya ke kedua tangannya lalu mulai tersedu sedan. Namjoon hanya bisa memeluknya, dan sesekali menciuminya. Seokjin shock. Dan Namjoon paham rasanya.

Karena itulah ia tidak mau sering-sering membicarakan kenapa ia masuk penjara. Karena scam bukanlah keseluruhan ceritanya.

Ia ingat betul hari dimana kliennya memberikan foto keluarganya, ia dan istri yang ingin diceraikannya. Dan Namjoon harus berusaha setengah mati untuk tidak mengamuk, mengetahui bahwa wanita yang berstatus sebagai pacarnya ternyata adalah istri kliennya.

Segalanya lancar, sampai perempuan itu curiga Namjoon bekerja sama dengan suaminya. Pertengkaran yang menyusul berakhir pada pembunuhan sempurna pertama Namjoon, dimana akhirnya perempuan itu dinyatakan mati bunuh diri karena perselingkuhannya ketahuan.

"Namjoon, ayo pergi sekarang." Suara Seokjin terdengar begitu lemah.

"Ini masih gelap. Kita akan terlihat aneh."

"Bukannya kita malah tidak akan terlihat?"

Namjoon tertawa kecil. Bahkan di saat seperti ini keluguan Seokjin masih bisa menghiburnya. "Justru akan banyak orang yang jogging dan membuka restoran melihat kita."

Seokjin melenguh, mengelus-eluskan kepalanya ke dada Namjoon. Napasnya terasa panas menelusuri leher Namjoon, lalu kecupan kecil menyentuh sudut bibirnya.

Kecupan lain menyusul, lebih dalam. Lalu pagutan kencang terasa menekan saat kedua tangan Seokjin merengkuh pipi Namjoon.

Namjoon membiarkan Seokjin melakukan apa yang ia mau. Naik ke pangkuannya, menggesekkan selangkangannya, lalu mulai menyiapkan dirinya sendiri.

Sekian lama hidup sendirian dimana emosi adalah kelemahan, seks adalah satu-satunya penyaluran yang Seokjin tahu pasti. Ia tahu apa yang akan membuatnya puas dan tenang. Dan Namjoon tidak keberatan dengan itu. Dalam kondisi apapun, seks dengan Seokjin, selalu menyenangkan.

Dan kali ini pun tidak ada bedanya. Saat Seokjin menggelinjang dengan Namjoon berasa dalam tubuhnya. Rintihannya memohon Namjoon untuk melingkarkan jemarinya di kejantanan Seokjin dan memberinya puncak yang diinginkannya. Lalu Namjoon memenuhi rongga perut Seokjin dengan cairan hangat yang membuatnya gemetar karena nikmat.

Setelahnya Seokjin akan menjatuhkan dirinya di sebelah Namjoon, membaringkan kepala mungilnya di lekukan tangan Namjoon. Dan mata bulatnya menelusuri wajah kekasihnya dengan pandangan yang tidak dapat diartikan emosinya.

"Namjoon, kalau ada apa-apa denganku, kau akan menyelamatkanku, kan?"

"Iya."

"Kau janji tidak akan kabur meninggalkanku kan?"

"Janji."

"Kalau sampai kau pergi, aku mau mati saja."

"Kenapa kau bicara begitu?"

"Tidak ada artinya hidup kalau tidak ada kau."

"Sshhh. Jangan bicara yang aneh-aneh. Besok kita pergi dari sini dan semua akan baik-baik saja. Oke? Kau percaya padaku kan?"

Tomorrow [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang