19

143 12 0
                                    

Namjoon memasukkan kedua tangannya ke saku. Ia mendongak memandang langit yang mendung dan matahari bersinar redup.

Ironis sekali. Di hari dimana ia seharusnya merasakan kebahagiaan yang luar biasa dunia seakan tidak mendukungnya.

Matanya bertemu pandang dengan seorang wanita paruh baya yang bergenggaman tangan dengan seorang pria yang tampak seusia.

Keduanya tampak canggung dan ragu. Jelas mereka ingin mendekati Namjoon, tapi sesuatu menghentikan mereka.

Namjoon sama sekali tidak mempedulikan ketegangan dan sikap sedikit bermusuhan. Kakinya langsung memacu ke arah kedua orang itu. Dipeluknya erat si perempuan tua. "Eomma!!!"

Pelukan yang Namjoon terima jauh lebih kencang, dan begitu lama. Dalam waktu yang singkat, terasa segala kerinduan yang bertahun-tahun ditahan karena sebentuk ego.

Sulit bagi orang tua Namjoon untuk mengakui bahwa anak semata wayang mereka yang jenius tidak bahagia dengan jalur karir akademisi yang mereka siapkan untuknya, lengkap dengan network dan posisi yang bergengsi.

Petunjuk selalu ada, walaupun dengan mudah diabaikan. Sampai akhirnya mereka dipaksa menerima kenyataan putra mereka menjadi narapidana.

Di saat Namjoon paling membutuhkan mereka justru meninggalkannya, pindah ke Eropa dan menyelamatkan dunia kecil mereka yang nyaman dan aman.

Tapi darah selalu lebih kental. Bahkan kemarahan dan kekecewaan tidak bisa mengalahkan rasa sayang pada pemuda yang sudah mereka besarkan dengan susah payah.

Hingga pada suatu hari, nomer ponsel tua yang mereka tetap simpan, berdering.

Pesan berisi foto candid seorang pria muda yang rupawan, mengabarkan bahwa Namjoon sudah bebas, dan ia menemukan seseorang yang disebutnya the one.

"You'll love him, mom. He's an angel fallen from the sky just for me to catch."

Tapi lagi-lagi, mereka memilih untuk tidak mengacuhkannya. Seorang guru besar memiliki anak scammer saja merupakan kenyataan yang masih sulit mereka terima. Ditambah sekarang anak ini menyukai sesama pria. Apa kata kolega dan teman-teman mereka?

Tapi pesan-pesan terus berdatangan. Namjoon cukup bijaksana untuk menyiratkan bahwa ia tidak melupakan orang tuanya dan tetap ingin mereka ada di naik turun hidupnya.

Ia mengabarkan kalau ia dipecat, kabar berikutnya ia mendapat pekerjaan baru. Ia menceritakan kalau ia kini resmi berpacaran dengan pemuda yang selalu disebutnya sebagai "my angel", dan beberapa minggu kemudian mereka hidup bersama.

Tidak terasa, waktu berlalu.

Lalu datanglah pesan yang menakutkan. Pesan pengakuan bahwa Namjoon masih hidup di dunia kejahatan, dan mungkin ini adalah pesan terakhir yang akan bisa ia kirimkan.

Segala ego pecah berkeping-keping. Keduanya langsung menaiki pesawat untuk menyusul putra kesayangan mereka dimanapun ia berada. Tidak rela kehilangan untuk kedua kalinya.

Tapi yang menjawab telepon mereka, adalah polisi. Namjoon kembali menjadi tahanan, dan Seokjin, si malaikat yang akhirnya mereka ketahui namanya, dalam kondisi kritis.

Satu pertemuan di kantor polisi yang menjadi tempat penahanan sementara merubah hidup mereka. "Aku akan baik-baik saja di penjara. Tapi, Seokjin tidak akan selamat disini. Dia tidak punya siapa-siapa." Namjoon berlutut di lantai dengan bersimbah air mata, memohon agar keduanya membawa Seokjin. "You'll love him. He's a better person than me."

Kata-kata terakhir itu menjadi awal perpisahan selama hampir tiga tahun. Hingga akhirnya tanggal pembebasan tiba.

Anak laki-laki yang sudah terpisahkan hampir satu dekade lamanya, kini berdiri di hadapan mereka. Tampak sedikit kuyu dan liar. Tapi paling tidak kali ini ia nyata. Bukan hanya berupa suara di telepon, atau tulisan di surat.

Tomorrow [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang