Ch.23 Apakah Dia Menyesal?

47.7K 1.3K 166
                                    

Follow IG: @rein_angg / FB: Rein Angg / FB Group: Rein Angg And Friends / TikTok:@rein_angg47

Satu jam lebih berlalu dari sejak Aragon menyiksa Arwen atas suatu kesalahan yang tidak dilakukan oleh sang gadis. Mafia kejam dan berangasan tersebut duduk di kursi empuk, sisi atasnya berukir kayu keemasan. Di tangan ada sebuah Glock tergenggam.

‘Apa Leona benar? Apa sebaiknya aku ledakkan saja kepala Arwen dan lempar tubuhnya ke depan rumah Andre Cosntantine? Dia berani mencoba kabur dengan membuat rekayasa sialan itu! Fuck her!’

Mendengkus kasar seorang diri di temaramnya lampu kamar, napas Aragon memburu panas. Pikiran dibayangi wajah Little Girl yang tadi menangis, menjerit, meminta ampun.

Hati beku yang selama ini sekokoh gletser kenapa terusik dengan jerit serta air mata sang gadis?

Jari yang biasa langsung meledakkan kepala siapa pun yang terindikasi pengkhianat, kenapa hanya bisa menggenggam pistol tanpa bisa meletuskan peluru darinya?

“Shit! Fucking shit!” erang Aragon dengan dada kembang kempis. “Fuck you, Arwen!”

Kaki kekarnya berdiri, lengan memasukkan kembali Glock ke dalam sarungnya, lalu keluar kamar dan bergegas menuju Ruang Bermain.

Ia menggebrak pintu hingga menimbulkan bunyi kasar seraya tertawa kejam, “Bagaimana kabar pengkhianat kecil kita satu ini, hah? Apakah kamu sudah orgasme? Hahaha!”

Tidak ada jawaban. Aragon hanya berbicara seorang diri.

“Aaaah, shit!” desis sang mafia gila begitu melihat Arwen sudah terkulai tak sadarkan diri dengan tangan masih terus tergantung ke atas dan air liur menetes dari ball gag yang disumpalkan di dalam mulut.

Ia berlari, melepas semua borgol, termasuk ball gag yang ada di mulut. Tak bisa langsung menutup, bibir mungil Arwen menganga dengan cairan dalam mulut keluar melimpah ruah hingga menetes dan membasahi lengan Aragon.

Lengan kanan Aragon menahan tubuh lunglai tak sadarkan diri. Kepala Arwen terkulai ke bawah, berhadapan dengan paha, sementara pinggangnya tertahan di siku sang lelaki.

Tangan kiri berotot kekar membuka celana dalam khusus yang ia sengaja pasang untuk menahan agar vibr*tor tidak melorot keluar dari Miss V sang gadis. Begitu dilepas, benda berbentuk tabung itu sudah tidak lagi meliuk dan bergetar. Satu kali tarik, Aragon melemparnya ke atas lantai.

Tubuh Arwen kini ia gendong dan bawa ke kamar sembari memanggil, “Moreen!”

Dokter Marco kembali datang memeriksa Arwen yang sudah berpakaian lengkap dan dibersihkan tubuhnya oleh Moreen.

“Sama seperti kemarin, dia mengalami syok berat hingga jatuh pingsan. Apa lagi yang Tuan lakukan sekarang kepadanya?” geleng sang dokter tersenyum lirih.

“Bukan urusanmu! Kapan dia sadar?” desis Aragon tidak ingin menjelaskan apa pun.

“Nanti juga sadar sendiri setelah badannya meras cukup beristirahat. Saat ini, anggap saja dia sedang tertidur lelap. Semua alat vitalnya baik-baik saja.”

Dokter Marco membereskan peralatannya, lalu menatap sang mafia sembari tersenyum penasaran. “Jujur, saya terkejut melihat wanita ini masih ada di mansion Anda, Tuan Aragon. Tidak biasanya Anda menyimpan satu wanita terlalu lama?”

“Dan Anda sepertinya … begitu khawatir akan keselamatannya?”

Aragon menyeringai dingin, “Sudah kubilang, bukan urusanmu! Cepat pergi dari sini dan akan kubayar uangmu!”

Tawa terkekeh mengiringi kepergian tenaga medis tersebut. “Saran saya, sedikit kurangi apa pun itu yang Tuan lakukan kepadanya agar dia tidak pingsan lagi.”

MAFIA'S DARK LUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang