Need U - 4

590 37 0
                                    

Jin menatap heran monitor yg menampilkan pria dengan topi dan masker hitam di depan rumahnya. Tenang saja, bukan ssasaeng kok. Walau muka tertutup begitu, dari postur tubuh dan ukuran kepalanya ia tahu siapa orang itu. 

Namjoon.

"Masuk Joon." Ucapnya setelah menekan tombol untuk membuka pintu. 

Ia kembali duduk di sofa, melanjutkan acara makannya sembari menunggu Namjoon masuk ke dalam. 

"Eum, hai hyung." Sapa Namjoon dari arah ruang tamu.

"Masuk saja, kau sudah makan belum? Ayo makan, aku pesan banyak tadi." Ajak Jin mengabaikan ekspresi canggung leadernya. 

"Belum sih. Oh wow, kau pesan sebanyak ini untuk sendiri?" Kaget Namjoon setelah mendekat dan melihat berbagai makanan yg ada di depan Jin.

"Hm, entah kenapa nafsu makanku bertambah belakangan ini." Ucap Jin disela kunyahannya. 

Namjoon mengambil duduk di sebrang Jin setelah meletakkan paperbag di dekat meja. 

"Itu apa?" 

"Aku melihat ada yg membuat march RPWP sebelum kesini, mereka juga punya plusie Koya ternyata."

"Oh, untuk pajangan di rumahmu? Tumben sekali kau memilih plushie." Heran Jin. 

"Eng, bukan untukku. Aku membelinya untukmu?" Jawab Namjoon justru balik bertanya. 

"Untukku? Dalam rangka? Ini masih pertengahan tahun, kau tidak lupa ulang tahunku Desember kan?"

Namjoon menatap Jin dalam. Ia sendiri bingung kenapa secara impulsif membelinya. Ia hanya mengikuti insting alphanya yang menyuruh agar memberikan sesuatu yang bisa membuat Jin merasa nyaman.

 "Hyung." 

"Hm?" 

"Apa kau sudah memastikannya?" Tatapan teduh namun serius dari Namjoon membuat Jin tersadar kemana arah pembicaraan leadernya ini. 

Jin menaruh sumpitnya. Menyempatkan minum sebelum balik menatap Namjoon. "Soal kejadian itu ya?"

Namjoon mengangguk. 

"Aku membeli tespack dua minggu lalu." Tepatnya setelah kembali dari mengunjungi barak militer Jimin dan Jungkook. 

"2 minggu lalu? Kenapa tidak mengabariku segera? Hyung sudah berjanji." Sahut Namjoon dengan ekspresi kecewa. 

Ini sudah sebulan lebih sejak kejadian 'itu' dan Namjoon selalu menunggu kabar dari Jin selama ini. Melihat Jin sesantai ini Namjoon jadi berpikir, apa hasilnya negatif? 

Tapi entah kenapa instingnya berkata lain. Alphanya seolah terus menyuruh Namjoon agar segera bertemu Jin, melindunginya, memastikan Jin dalam keadaan aman dan nyaman. Entah kenapa ia merasa ada seuatu yang membuat alphanya merasa terikat dengan omega Jin.

Namjoon juga sempat tertegun begitu memasuki rumah Jin tadi. Feromon Jin berubah, ada sepercik unsur milky yang identik dengan pup atau omega hamil dan menyusui. 

Ia kira Jin memang mengandung. Entah kenapa ia merasa kecewa dengan pemikiran kalau ternyata Jin tidak hamil.

Harusnya ia lega, bukan? Kejadian itu tidak membuahkan hasil. Mereka bisa kembali menjalani hidup sesuai rencana masing-masing. Tak perlu pusing memikirkan solusi jika Jin hamil. Harusnya ini berita gembira kan? Tapi entah kenapa Namjoon justru merasa sedih.

"Aku belum mencobanya." Ucap Jin sembari menunduk. 

Ia menggenggam erat jemarinya sendiri dari balik meja. Membuat Namjoon tidak bisa melihat segugup apa member tertuanya saat ini. 

Jawaban itu membangun kembali harapan Namjoon. "Huh? Kenapa?"

"Aku membelinya setelah mengunjungi Jimin dan Jungkook bersama Yoongi. Mereka bilang feromonku berubah, Jimin bahkan mengira aku hamil." Ucap Jin semakin pelan di akhir. 

"Hyung takut?" Tanya Namjoon menyadari bahasa tubuh Jin.

Jin menghela napas, awalnya ia memang takut, tapi setelahnya ia lupa karena terlalu sibuk dengan jadwal padatnya. Ia baru ingat saat Namjoon bertanya tadi. 

"Hm begitulah. Di petunjuk pemakaiannya juga tertulis lebih efektif jika melakukanya setelah bangun tidur. Tapi aku kesiangan. Manajer hyung sudah menelpon agar segera ke agensi. Jadi aku melupakannya." Jelas Jin menghindari menjelaskan lebih jauh soal kekhawatirannya jika hasil alat itu positif. 

"Jadi hyung sudah membelinya dua pekan yg lalu tapi belum pernah mencobanya?" Tanya Namjoon mengelaborasi.

Jin mengangguk. 

"Apa hyung ingin mencobanya setelah makan nanti? Selagi aku disini. Tapi tak apa jika hyung belum siap, masih ada hari esok." 

Sejujurnya ini tawaran berharga bagi Jin. Membayangkan melakukan tes, menunggu dan memikirkan hasilnya sendiri membuatnya Jin takut.

Jika ada Namjoon, ia tak perlu melihat hasilnya sendiri, tak perlu memikirkan sendiri langkah yang harus diambil terkait hasil tes itu. Yang terpenting, ia punya seseorang untuk berbagi takut dan cemasnya. Karena sejak masih menjalani pelatihan pun, Jin tahu jika ia akan baik-baik saja saat bersama Namjoon.

"Bagaimana jika positif?" 

Namjoon tersenyum kecil, membuat Jin entah kenapa merasa lebih baik.

"Maka kita akan memiliki pup." 

"Tapi itu akan menimbulkan banyak masalah, Joon." 

"Mengubah banyak hal, iya. Tapi pup bukan masalah hyung, jika dia memang ada, artinya kita ditakdirkan untuk itu."

"Kau lebih tahu akan sekompleks apa hal ini, Joon-ah. Bukan hanya tentang aku atau dirimu, tapi juga Bangtan. Banyak hal yang harus diurus jika aku memang hamil. Membayangkannya saja... Itu menakutkan."Ungkap Jin jujur. 

Namjoon mengangguk, sebulan lebih ia sudah memikirkan hal ini.

"Aku tahu. Jujur saja, ada saat dimana aku juga merasa takut hyung. Tapi jika memang hasilnya positif, itu tidak sepenuhnya buruk, bukan? Setidaknya anakku nanti punya appa setampan dirimu." 

Jin mendengkus, bisa-bisanya Namjoon bercanda disaat seperti ini.

"Lalu bagaimana dengan kita? Kita hanya rekan satu grup, bahkan ada kalanya aku menganggapmu adik sendiri. Bukanlah ini akan, aneh?" 

Namjoon menatap Jin. Andai saja Jin tahu kalau seringkali Namjoon melihat member tertuanya itu lebih dari sekadar rekan satu tim.

Namjoon tidak tahu sejak kapan, tapi ia baru menyadari setelah merenung akhir-akhir ini. Ternyata seringkali ia mengagumi Jin lebih dari sewajarnya. Bukan sebatas rekan kerja, tapi kagum dalam konteks alpha melihat omega. 

Ia baru sadar kalau tertarik pada Jin selama ini.

Mungkin itu alasan alphanya menyuruh Namjoon mendatangi Jin saat ia sudah merasakan prerut saat itu. Ternyata alpahnya memang sudah tertarik dengan omega Jin. Lalu dirinya, akan munafik jika mengatakan tidak tertarik pada Jin. 

Ia hanya terlalu takut selama ini. Takut ketertarikan nya membuat hubungan di antara mereka menjadi akward. Takut jika Jin tahu, kakaknya itu akan menjauh. 

Maka ia menahan diri selama ini. Mencoba mengatakan kalau dirinya hanya kagum pada Jin sebagai rekan kerja, bukan dalam hal romantis.

Tapi ia sudah sadar sekarang. Sudah tidak mengelak lagi jika dirinya memang tertarik pada Jin. 

Permasalahannya adalah, bagaimana jika Jin tidak punya ketertarikan yang sama?

Bagaimana jika 'sesuatu di antara mereka' yang Namjoon harapkan itu ternyata membuat Jin tak nyaman?

Bagaimana jika Jin tidak menginginkan Namjoon sebagaimana Namjoon menginginkan omega di hadapannya ini? 

Namjoon tak mungkin memaksakan perasaan Jin. Tapi tak ada salahnya untuk berusaha kan? 

Berusaha membuat Jin juga tertarik untuk membuat keduanya menjadi 'kita'.

Need UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang