"Bagi orang Ayah cinta pertama anak perempuannya, tetapi bagiku Ayah luka pertama untukku."
Anindita Putri Az-zahra
Waktu bergulir begitu cepat, Aryan laki-laki yang sempat menolong nya seminggu yang lalu tidak ada menghubungi Anin sama sekali, Anin juga tidak berharap laki-laki itu menghubungi nya kalau pun nanti Aryan menghubunginya Anin berencana mau mentraktir laki-laki itu untuk makan di Restoran sebagai tanda terimakasih nya.
Kehidupan Anin memang monoton keseharian Anin cuma kerja dan kerja, sejak perceraian Ayah dan Ibunda nya 14 tahun yang lalu membuat Anin tidak percaya lagi apa itu cinta bagi nya tidak ada satupun didunia ini laki-laki yang tulus mencintai pasangannya. Kata orang Ayah cinta pertama untuk anak perempuannya tetapi bagi Anin, Ayah luka pertama untuk nya.
Setiap malam Anin selalu menangis meratapi hidupnya yang seperti ini, ia mengingat lagi gimana dulu ia menangis didalam bus saat di ajak pergi dari rumah Ayah nya yang berada di Banyuwangi, didalam perjalanan Banyuwangi Surabaya ia harus menahan lapar karena tidak ada penjual sama sekali didalam bus itu.
Tringg.. Tringg..
Ada notif dari akun instagram nya ia melihat ada seseorang yang mencoba mengirimkan pesan ke Instagram milik nya saat ini.
Ia membaca pesan yang tertera di ponselnya itu, kedua tangan Anin tiba-tiba langsung gemeteran saat membaca pesan itu.
@Rendra23
"Ayah Kangen Anin."
"Anin gimana kabarnya sekarang Nak?"Anin hanya menatap ponselnya tanpa ada niattan untuk membalas pesan, dia teringat kembali tentang masa kelam itu dulu. disaat itu Ayah nya tutup mata tentang tanggungjawab terhadap diri nya dan sekarang saat ia sudah bisa mencari uang sendiri laki-laki paruhbaya itu kembali lagi mencari nya seolah-olah nggak pernah ada salah sedikitpun.
"Mbak." Inneke beberapa kali memanggil-manggil nama Anin tetapi wanita itu masih setia dengan lamunannya bahkan tangannya juga masih sedikit gemetar.
"Mbak kenapa, kok tangannya gemeteran?"
Inneke masih berusaha menyadarkan Anin dari tatapan kosong nya ia takut wanita itu kenapa-napa.
"Mbak." Inneke sampai mengguncangkan bahu Anin dan baru lah Anin tersadar dari lamunan nya, tetapi bukannya menjawab pertanyaan Inneke wanita itu malah terlihat meneteskan air mata dipelupuk matanya.
"Ayah jahat kenapa baru sekarang Ayah nyari aku setelah sekian lama?" bisik Anin sambil menangis.
Anin melempar ponsel nya sampai pecah entah kenapa perasaannya sangat kacau sekarang setelah mendapatkan pesan masuk dari Ayah nya.
"Astaghfirullah Mbak."
Anin segera meraih tas dan kunci mobilnya, ia segera berpamitan terlebih dahulu kepada karyawannya dengan tatapan datar.
"Saya pamit pulang duluan Assalamu'alaikum."
Dijalan Anin mengendarai mobilnya dengan perasaan sedikit kacau mata yang sembab jilbab yang sedikit berantakan, dia menyalip orang-orang yang berkendara didepannya.
Anin memberhentikan mobil nya tepat didepan TPU cempaka yang ada ditengah-tengah kota, setiap pikirannya yang kacau ia selalu mengunjungi makam Ayah tiri nya dan Nenek nya.
Ya, Ibu nya Anin sempet menikah lagi saat dia baru kelas 6 SD tetapi 1 bulan pernikahan mereka laki-laki yang dipanggil Anin Ayah itu meninggal dunia karena penyakit jantung yang dideritanya, kalau untuk Nenek nya wanita sepuh itu meninggal beberapa bulan yang lalu.
Tiba dipusara Ayah nya Anin menangis sambil mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Ayah nya itu.
"Ayah Anin kangen, maaf ya Yah Anin baru bisa datang." ujar Anin sambil mengusap batu nisan itu.
"Yah Anin mau curhat sama Ayah, Yah dia datang lagi Anin harus gimana lagi Yah? Kenapa Ayah begitu cepat ninggalin Anin dan Bunda didunia yang kejam ini sendirian?"
Tatapan kerinduan terpancar dikedua mata Anin, gadis itu sangat-sangat merindukan Ayah sambung nya saat ini, beberapa kali Anin mencium batu nisan Ayah nya dengan air mata yang berderai.
Anin berpindah ke pusara Nenek nya, disana ia juga menumpahkan semua isi hati nya yang sedang gundah, ada seseorang yang mengawasinya dari jauh mau menyapa tapi seseorang itu takut salah orang.
"Permisi Mbak."
Anin menatap perempuan yang menyapanya saat ini, Anin mengusap bulir air mata nya dengan sedikit kasar dihadapan orang lain Anin akan pura-pura menjadi wanita tegar dia nggak ingin semua orang memandang dia kasihan.
"Ehh beneran Mbak Anin saya kira salah orang loh." Itu Aliya seseorang yang pesan gaun tunangannya ke Butik Anin.
"Mbak Aliya ya?" ujar Anin, karena Anin lupa-lupa ingat siapa orang yang ada didepannya ini.
"Iya Mbak, aku kira tadi bukan Mbak loh ehh ternyata beneran Mbak nya, lagi nyekar kemakam siapa Mbak?"
"Ke makam almarhum Ayah saya Mbak, kalau Mbak sendiri?"
"Ke Makam Nenek Mbak sekalian ngenalin calon suami saya ke Almarhum Nenek."
Anin menatap kesana kemari melihat dengan siapa Castemer nya itu datang ke makam, Aliya yang melihat Anin kebingungan dia tersenyum.
"Saya memang sekarang datang sendiri, tapi sebentar lagi calon suami saya bakalan nyusul Mbak."
"Ohh gitu, yaudah saya pamit duluan ya Mbak."
"Iya Mbak hati-hati nanti kalau bajunya sudah selasai tolong hubungi saya ya Mbak." ujar Aliya ramah.
Anin menganggukan kepalanya, lalu ia berjalan menuju parkiran sebelumnya dia sudah berpamitan kembali dengan Aliya customer nya itu.
Disaat ia ingin membuka pintu mobilnya Anin sekilas melihat laki-laki berpawakan tinggi turun dari mobil Pajero yang terparkir persis disebelah mobilnya.
"Laki-laki itu, bukannya dia laki-laki seminggu yang lalu." batin Anin, Anin hanya menatap laki-laki tadi dari kejauhan yang berjalan menuju arah makam, Anin sama sekali tidak mencoba menyapa Aryan.
Dia lebih memilih masuk kedalam mobil dan segera meninggalkan area pemakaman itu, bukannya dia nggak punya rasa terimakasih tetapi hatinya sekarang lagi sedih jadi ia lagi nggk berminat untuk sekedar berbasa basi sama seseorang.
***
Setelah pulang dari pemakaman Anin lebih memilih langsung pulang kerumah tanpa mampir terlebih dahulu ke Butiknya, karena Anin tidak bisa bekerja dengan tenang disaat suasana hatinya sedang tidak baik seperti ini, ia ingin langsung pulang kerumah rebahan dikamar sambil menonton drakor atau membaca novel, hanya drakor dan novel lah yang bisa mengembalikan suasana hatinya saat ini.
"Assalamu'alaikum."
Terlihat Mama nya belum pulang dari Cafe ataupun toko rotinya saat ini, terlihat hanya bibi yang sedang masak didapur.
"Ehh Non Anin sudah pulang tumben Non baru jam setengah 2 sudah pulang?" ujar Bi Inah terheran-heran karena jarang sekali anak majikannya itu pulang lebih awal seperti ini.
"Iya Bi, lagi nggak mood daripada dipaksa nanti kerjaan salah-salah terus jadi lebih baik Anin pulang duluan bi."
"Ohh gitu, mau dibuatin apa Non, susu atau juice?" ujar Bi Inah menawarkan minuman untuk anak majikannya itu.
"Juice alpukat ya Bi, bisa kan?"
"Siap Non laksanakan."
Sambil menunggu asisten rumah tangganya yang sedang membuatkan minum pesanannya, Anin berselonjoran disofa ruang tamu nya sambil memikirkan gimana caranya memberitahukan soal Ayah kandungnya yang tiba-tiba menghubunginya lagi.
Lagi-lagi air mata jatuh dipelupuk mata Anin dia nggak bisa menahan air matanya agar tidak jatuh, sekelebat kenangan masa kecil memenuhi pikiran Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
92 Days
Teen FictionAnin menatap ponsel nya sambil sesekali mengusap air mata yang jatuh dari pelupuk matanya, disana terdapat foto kedua pasangan yang sangat serasi sedang memamerkan cincin pertunangan, dia Aryan Syaputra laki-laki yang sudah berjanji ingin menjalin h...