1. Topeng Kupu-Kupu

91 1 0
                                    

"Ada apa, Yah?" tanya Adrian yang sebenarnya enggan mengangkat telepon dari pria paruh baya yang ia panggil dengan sebutan Ayah itu.

"Kapan kamu pulang? Kamu tahu 'kan pembukaan cabang di Bandung seminggu lagi. Banyak yang harus kita urus di kantor pusat. Ayah repot kalau harus hubungin kamu lewat zoom terus."

"Adri nggak bisa pulang. Kerjaan di sini juga banyak. Lagian urusan apa yang nggak bisa di urus lewat zoom?" Adrian benar-benar jengkel kalau sudah disuruh pulang. Semenjak ada 2 orang itu di dalam rumahnya, Adrian seperti memiliki alergi terhadap rumahnya sendiri hingga lebih memilih mengalah dan keluar dari sana..

"Kerjaan apa? Kamu tuh kerja di cabang milik Ayah. Ayah bisa tahu apa yang lagi kamu kerjain."

Adrian menghembuskan napas lelah. Tidak mau berdebat lebih panjang. Karena ia tahu sampai sungai nil mengering pun, dia tidak akan menang berdebat melawan Ayahnya.

"Nanti Adri liat dulu jadwal seminggu ke depan. Kalau bisa, Adri pulang." Adrian menutup sambungan sepihak. Berharap jawaban itu bisa membungkam mulut Ayahnya untuk sementara. Tentu saja, itu hanya alasan. Dia sendiri sudah tahu jadwalnya seminggu ke depan tidak padat sama sekali.

Bau harum shampoo tiba-tiba saja menguar serentak dengan pintu kamar mandi yang terbuka.

"Dri, gopud gue udah sampai belum?" tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi. Vino masih berbalut handuk di pinggang sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk yang lain.

Adrian mengedikkan kedua bahu. "Lo pesen apaan?"

"Pizza."

"Belum ada."

Vino bukan teman sekamar Adrian. Apartemen Vino sebenarnya tidak berada jauh dari apartemen Adrian, namun lelaki itu lebih sering menginap di apartemen Adrian karena lokasinya lebih dekat dengan kantor mereka. Selain teman semasa SMA, Vino juga kini bekerja di lokasi cabang dan menjadi bawahan Adrian.

"Sialan!" Maki Vino tiba-tiba setelah duduk di sebelah Adrian sambil melihat ponselnya.

"Apa sih?" Adrian merasa risih melihat Vino yang tiba-tiba mengeluarkan makiannya tanpa sebab.

"Si Valsin live stream. Kenapa nggak pas gua mandi aja tadi?"

Adrian mengerutkan dahi. Mencoba mengerti ucapan Vino. Hingga bel apartemen yang berbunyi menginterupsi kekesalannya dan membuat Adrian mengurungkan niat untuk bertanya lebih lanjut.

"Pasti Pizza." Vino meletakkan ponselnya di atas meja kemudian beranjak dan menghilang untuk menjumpai si pengantar pizza.

Namun, tidak sengaja mata Adrian menangkap apa isi layar ponsel Vino yang sedari tadi hanya celotehan perempuan yang bisa Adrian dengar.

Adrian mengumpat. Ia jadi tahu apa tontonan anak itu.

Di dalam layar, menampilkan seorang wanita hanya memakai lingerie. Kain itu hanya menutup bagian dada dan bagian intimnya. Sepertinya berasal dari sebuah situs live streaming. Setidaknya begitu kata Vino tadi.

Adrian merasa sedikit berdosa sudah mengintip isi ponsel Vino. Tapi tiba-tiba dirinya membeku, saat penglihatannya terpaut pada topeng yang dikenakan wanita itu.

Topeng masquerade berwarna silver, yang setengah sisinya berbentuk kupu-kupu dengan sayap yang menjulang sampai ke dahi. Simpel dan mewah. Tapi bukanlah model topeng itu yang mengusik Adrian.

Dia... merasa pernah melihat topeng seperti itu di sebuah tempat. Dan, bukan hanya itu.

Adrian akhirnya tidak bisa menahan diri dan sedikit mencondongkan badan.

Suasana kamar dengan sinar pink temaram di belakang wanita itu, lemari, tempelan di dinding, bahkan letak sebuah jendela yang terlihat, tidak asing bagi Adrian. Dia pernah melihatnya.

"Liat apa, Bro?"

Sebuah bisikkan yang begitu dekat dengan telinganya membuat Adrian berjengit. Baru menyadari wajahnya sudah benar-benar berada di depan ponsel Vino.

Adrian bangkit dari sofa sambil mengelus kupingnya. Salah satu daerah sensitifnya yang sempat di tiup Vino dan membuat seluruh bulu kuduknya berdiri.

"Eh, pizzanya mau nggak?" Vino berteriak melihat Adrian bangkit dan berjalan menuju kamarnya. "Gak bakal gue sisain loh ya."

Adrian tetap tidak menggubris.

"Mau nonton juga Lo, ya? Di situs ×××××, Dri!"

Vino sialan!

Kenapa dia harus mengatakannya? Kata terakhir Vino seperti terpaku di kepalanya yang memang memiliki ingatan di atas rata-rata.

Adrian sudah mencoba menahan diri untuk tidak penasaran atau sekedar mencari tahu, tapi tidak bisa. Akhirnya dia berselancar di sebuah situs yang ternyata hanya bisa di akses oleh server di lokasi lain karena diblokir oleh jaringan internet biasa.

Dan... akhirnya dia menemukannya.

Wanita dengan akun bernama @Val_Sins itu masih berceloteh untuk menanggapi komentar-komentar yang muncul.

-Akhir-akhir ini jarang live ya?- tanya salah satu komentar.

"Ya sayang. Aku jarang live akhir-akhir ini." sahut wanita itu.

Rambutnya sama... gumam Adrian dalam hati.

Bibir itu, juga. Walau Adrian tidak pernah begitu memperhatikannya tapi dia masih bisa mengenalinya.

Dan dari semua yang ia lihat dan perhatikan, Adrian bisa menyimpulkan sesuatu dan membuat sudut bibirnya terangkat sinis.

Ia yakin mengenal wanita itu. Dia Valen, adik tirinya.

"Dasar jalang..." gumamnya pelan.

Ternyata ibu dan anak sama saja.

Sepertinya menarik jika ia pulang sebentar pekan depan nanti untuk mengusik kehidupan wanita itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love StreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang