chapter 2

958 49 1
                                    

Bebas memberikan komentar apapun, asalkan positif ya readers. Aku menerima semua pendapat kalian, So... ikuti terus ceritanya

──══─━══─|✠|─══━─══──
Happy Reading
──══─━══─|✠|─══━─══──

Reva memasuki ruang kelasnya dengan langkah pelan, matanya menyapu sekeliling. Seperti biasa, ia menghela napas panjang, merasa cemas dengan apa yang mungkin menunggunya hari ini. Kejadian-kejadian di masa lalu membuatnya selalu waspada, seolah-olah setiap harinya akan ada sesuatu yang membuatnya kembali merasa kecil dan tak berdaya.

Tas ransel sederhana yang ia bawa sedari tadi, ia letakkan dengan hati-hati di atas kursi. Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh, suasana kelas masih sepi. Hanya beberapa teman sekelasnya yang sudah datang lebih awal, dan mereka tampak sibuk dengan urusan masing-masing.

Reva mengeluarkan novelnya, berusaha menenangkan pikirannya dengan membaca. Novel itu adalah pelariannya, tempat ia bisa melupakan sejenak dunia nyata yang sering kali terasa kejam. Namun sebelum mulai membaca, ia terlebih dahulu menyiapkan beberapa buku pelajaran untuk mata pelajaran hari ini, memastikan semuanya sudah lengkap dan siap.

Waktu berlalu dengan cepat. Sekitar pukul tujuh lewat lima belas menit, para murid mulai berdatangan. Riuh suara langkah kaki dan percakapan ringan mulai memenuhi kelas. Di antara suara itu, langkah-langkah berat dan penuh percaya diri terdengar jelas. Dario, bersama dua temannya, Jevan dan Mario, memasuki kelas dengan tawa khas mereka. Ketenangan Reva perlahan menghilang.

Seperti biasa, Dario langsung menghampiri Reva. Ia menyentuh pundak gadis itu dengan sentuhan yang pelan namun cukup membuat Reva terkejut. Sensasi aneh menjalar di tubuh Dario setiap kali ia menyentuh gadis itu—sesuatu yang ia tak pernah rasakan pada orang lain. Ada campuran antara obsesi dan kepuasan setiap kali ia berinteraksi dengannya.

"Dario? Kamu lapar?" tanya Reva dengan suara lembut, meskipun hatinya selalu berdebar setiap kali berhadapan dengannya.

Dario menggelengkan kepala dengan singkat, tanpa berkata apa-apa. Ia meletakkan buku catatannya di meja Reva. "Gue belum ngerjain tugas," ucapnya datar, seolah sudah menjadi hal biasa baginya untuk memanfaatkan gadis itu.

Tanpa menunggu jawaban, Dario kembali ke mejanya, bergabung dengan Jevan dan Mario yang menertawakannya dengan lelucon ringan. Namun, dalam benaknya, Reva tetap menjadi fokusnya.

Reva menghela napas panjang, menerima kenyataan bahwa tugas itu kini ada di tangannya. Ia mengerjakannya tanpa protes, meskipun dalam hatinya ia bertanya-tanya, sampai kapan ini akan berakhir?

Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi, menandai dimulainya pelajaran. Pak Fajar, guru Biologi, masuk ke dalam kelas dengan membawa beberapa buku tebal di tangannya. "Selamat pagi, Anak-anak," sapanya dengan suara tegas namun bersahabat.

"Selamat pagi, Pak," balas murid-murid serempak.

"Kumpulkan tugas kalian ke depan sekarang. Dan yang tidak mengerjakan, silakan keluar dari kelas saya," ucap Pak Fajar dengan nada serius, membuat seluruh kelas segera bergerak.

Reva dengan cepat membawa bukunya ke depan, tidak lupa membawa buku Dario juga. Dia menaruhnya dengan hati-hati di meja guru sebelum kembali ke tempat duduknya. Sekali lagi, Vanya merasa jantungnya berdebar, khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Sambil menunggu saya mengoreksi, kalian bisa mempelajari halaman 67 sampai 70 dari buku pelajaran," kata Pak Fajar sambil mulai memeriksa tugas yang sudah dikumpulkan.

Waktu berjalan pelan, sampai akhirnya Pak Fajar memanggil nama Dario dengan nada yang berbeda dari biasanya.

"Dario?"

Beneath His GripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang