Arman merasa bahwa kehidupannya di desa semakin stabil setelah melewati wabah penyakit yang menguji ketangguhannya. Namun, dia juga tahu bahwa setiap kemajuan membawa tantangannya sendiri. Seiring dengan meningkatnya penerimaan terhadap metode medis modern, ada juga kekhawatiran baru yang muncul, terutama terkait dengan dampak jangka panjang dan integrasi yang lebih mendalam.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Arman adalah bagaimana memastikan bahwa pendekatan medis baru dapat berfungsi dengan baik dalam jangka panjang dan tidak hanya bergantung pada solusi sementara. Ia memutuskan untuk memfokuskan perhatian pada pendidikan berkelanjutan dan pengembangan komunitas untuk memastikan bahwa pengetahuan yang diperoleh tidak hilang seiring waktu.
Arman mulai merencanakan program pelatihan berkelanjutan bagi para tabib lokal. Program ini dirancang untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan medis yang lebih mendalam serta mendorong mereka untuk mengeksplorasi dan mengadaptasi metode yang mereka pelajari dengan cara yang relevan dengan praktik tradisional mereka. Ia juga bekerja sama dengan beberapa ahli medis dari kota terdekat untuk memberikan sesi pelatihan tambahan dan memastikan bahwa informasi yang diberikan akurat dan mutakhir.
Suatu hari, saat Arman berada di klinik, seorang pria paruh baya, Lin Jie, datang dengan keluhan sakit yang cukup serius. Lin Jie mengalami nyeri dada dan sesak napas, gejala yang membuat Arman khawatir akan kemungkinan kondisi jantung.
"Lin Jie, mari kita periksa lebih lanjut," kata Arman sambil mempersilakan pria itu duduk di ruang pemeriksaan.
Setelah pemeriksaan menyeluruh, Arman merasa perlu melakukan beberapa tes tambahan yang tidak bisa dilakukan di desa. "Kita perlu melakukan beberapa tes di kota untuk memastikan diagnosis yang tepat. Gejala yang kamu alami bisa jadi tanda-tanda penyakit jantung, dan penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat."
Lin Jie terlihat cemas, tetapi Arman meyakinkannya. "Aku akan menemanimu ke kota dan memastikan bahwa kamu mendapatkan perawatan yang terbaik."
Di kota, Arman membawa Lin Jie ke fasilitas medis yang lebih lengkap. Setelah menjalani serangkaian tes, hasilnya menunjukkan bahwa Lin Jie mengalami angina pektoris, yang memerlukan perawatan lebih lanjut dan perubahan gaya hidup. Arman mengatur perawatan dan memberikan rekomendasi mengenai perubahan diet dan rutinitas sehari-hari.
Saat mereka kembali ke desa, Lin Jie merasa sangat bersyukur atas bantuan Arman. "Terima kasih, Li Wei. Tanpa bantuanmu, aku mungkin tidak akan tahu apa yang harus dilakukan."
Arman tersenyum. "Aku senang bisa membantu. Yang terpenting adalah kamu mengikuti saran medis dan menjaga kesehatanmu dengan baik."
Selain bekerja dengan Lin Jie, Arman terus fokus pada pengembangan program pelatihan untuk tabib lokal. Program ini mencakup tidak hanya teknik medis tetapi juga strategi untuk berkomunikasi dengan pasien dan memahami kebutuhan mereka dengan lebih baik. Arman percaya bahwa keterampilan interpersonal sama pentingnya dengan keterampilan medis dalam menyediakan perawatan yang berkualitas.
Di sela-sela kegiatan tersebut, Arman juga menghadapi tantangan dalam membangun hubungan yang lebih kuat dengan keluarga Zhang dan masyarakat. Ia tahu bahwa keberhasilannya dalam menjalankan misinya sangat bergantung pada dukungan dari orang-orang di sekelilingnya.
Suatu sore, saat Arman membantu di kebun keluarga Zhang, Nyonya Zhang menghampirinya. "Li Wei, kami semua sangat menghargai apa yang telah kamu lakukan untuk desa ini. Tapi aku tahu bahwa kamu juga menghadapi banyak tantangan. Apa yang bisa kami lakukan untuk mendukungmu lebih lanjut?"
Arman menghentikan pekerjaannya sejenak dan tersenyum. "Terima kasih, Nyonya Zhang. Dukungan kalian sangat berarti bagi aku. Aku rasa kita bisa lebih fokus pada pengembangan komunitas dan mengedukasi lebih banyak orang tentang pentingnya kesehatan. Dengan cara itu, perubahan yang kita bawa bisa menjadi lebih berkelanjutan."
