Haechan kembali berjualan pagi ini. Senyum seindah matahari menghiasi wajah imutnya menghiraukan panas terik matahari di pagi hari. Berjalan kesana kemari menawarkan bunga yang ia jual pada orang-orang yang dilewatinya. Beberapa orang menatapnya kasihan dan gemas. Anak sekecil ini sudah berjuang melawan kerasnya kehidupan.
Badannya kurus tertutupi kaos lusuh yang agak kebesaran, berbanding terbalik dengan pipinya yang gembil. Kulitnya Tan yang membuatnya terlihat menarik dan manis. Surai madunya terlihat bersinar di bawah paparan sinar matahari, dan bergerak seiring langkah kecilnya.
Haechan menghiraukan rasa sakit yang mendera kepala dan perutnya. Ia belum makan dari kemarin. Badannya terlalu kecil untuk ukuran anak berusia 5 tahun karna tak adanya asupan gizi yang diserap tubuhnya. Bahkan saat ini ia sedang demam. Dalam keadaan apapun, sang ibu takkan mengizinkannya beristirahat barang sedetik pun. Yahh mau bagaimana lagi.., ibu hanya ingin Haechan menjadi anak yang kuat dan mandiri. Itulah kenapa ibu sangat keras pada Haechan, atau mungkin terlalu keras? Ntahlah... yah Haechan tau, apapun yang ia dapat dari ibunya semata-mata karna ibu menyayangi nya.
"Kenapa bunga echan ndak ada yang beli ya..." Mata bulat itu menatap nanar bunga dagangannya yang masih banyak. Pikirannya menerawang jauh, jika ia pulang dengan dagangan bunga yang masih banyak, maka Haechan harus siap dengan konsekuensi nya. Huluman. Haechan menghela nafas gusar, dan kembali melanjutkan langkahnya untuk menjual bunga-bunga yang masih banyak itu.
♛ ૮₍ • ᴥ • ₎ა♛
Sore ini, awan gelap mendominasi langit, bahkan rintik hujan sudah mulai turun. Haechan sedang duduk di kursi taman dibawah pohon besar yang rindang untuk melindunginya dari gerimis. Mata boba itu memandangi langit gelap yang menjatuhkan ribuan tetesan air.
"Hujan.. jangan besar-besar ya... kalau hujan besar nanti echan takut.. nanti dadanya sakit.. nanti echan susah nafasnya..." Ucapnya lirih dengan sorot mata penuh harapan.
Namun ternyata langit menolak permintaan sederhana itu. Semakin lama hujan turun semakin deras ditambah hari semakin malam membuat Haechan tak dapat melakukan apapun selain menutup kedua telinganya dan memejamkan kedua matanya. Nafasnya tersengal-sengal. Pikirannya berisik. Sekuat mungkin Haechan bertahan agar tak tak menangis atau bahkan kehilangan kesadaran.'puk '
Tubuh kecil itu berjengit kaget. semakin sulit juga ia mengambil nafas karna tepukan itu.
"Hey.. lo gapapa?" Tanya seorang lelaki yang menepuk pelan pundak Haechan
"M..maaf bu..hahhh..echan janji... ngga nakal .. lagi... hahhh" Lelaki itu mengernyitkan dahinya bingung dengan respon yang didapatkan nya dari anak ini. Tubuhnya yang meringkuk itu bergetar hebat, dengan tangan yang menutup kedua telinganya dan memejamkan matanya erat.
"Dek? heyy.. lo kenapa?" Tanyanya lagi, berharap mendapat respon yang lebih mudah dimengerti. Tapi bukannya dapat jawaban, Haechan malah semakin meracau tak jelas. Hingga akhirnya dengan refleks lelaki itu memeluk tubuh mungil Haechan yang bergetar. Tangannya mengusap-usap punggungnya pelan dan membisikkan kata-kata penenang.
Seiring dengan mereda nya hujan, getaran tubuh Haechan juga berkurang, tidak ada lagi racauan yang keluar dari mulut nya, dan nafasnya pun mulai kembali beraturan.
"Udah tenang?" Haechan mengangguk tanpa mengalihkan tatapannya dari lelaki tampan di depannya ini. iya.. Tampan.
"Makasih abang baik... udah batu tenangin echan.." Ujarnya dengan senyum manis miliknya. Lelaki itu tertegun sejenak, Anak ini masih bisa tersenyum semanis itu, padahal sorot makanya masih menunjukkan adanya ketakutan.
"hm.. li ngapain sendiri disini?" Tanya lelaki itu.
"Echan lagi nunggu hujan reda karna echan harus lanjut jualan bunga" Jawabnya seraya menunjukkan keranjang berisi bunga yang ia letakkan di bawah kuris taman.
"Lo kerja? orang tua lo mana?"
"Ibu juga kerja kok.. tapi kerjanya malem-malem waktu echan mau bobo" Lelaki itu semakin bingung, kerja apaan malem-malem.
"Ayah lo?" tanyanya lagi
"Ayah? echan gaoinya ayah... kata ibu ayah buang echan dan jadi beban buat ibu" jawabnya dengan tatapan sendu
"Oh.. sorry.. guw ga bermaksud.." Lelaki itu terdiam karna suasana yang berubah canggung karna pertanyaannya.
"euh... udah malem nih.. gue anterin lo pulang ya?" Tawarnya mencari topik lain.
"ngg... gausah bang, echan mau lanjut jualan dulu.. kalau bunganya masih banyak echan takut ibu marah.."
"Biar gue yang beli semua bunga lo.." ucapan lelaki itu membuat Haechan membuat Haechan tersenyum bahagia.
"Abang beneran mau beli semua bunga echan?" Lelaki itu mengangguk dan terkejut karna tiba-tiba Haechan memeluk nya erat. Taoi acara pelukan itu harus terhenti karna bunyi perut kelaparan milik Haechan
"eh.. hehe.. maaf abang, echan lapar" ujarnya cengengesan. Lelaki itu menghela nafas pelan dan meminta Haechan menunggunya sebentar.
Dan benar saja, tak menunggu lama, lelaki itu kembali dengan sebungkus kimbap di tangannya dan ia berikan pada Haechan. Anak itu tak menolak. Dengan tatapan berbinar ia menerima makanan yang baru pertama kali ia makan itu dan memakannya dengan lahap.
"Wahh.. makanannya enak Abang.. makasih yaa udah mau beli bunganya echan dan kasih echan makanan" ujarnya dengan tetap mempertahankan senyum manisnya lalu menyerahkan bunga-bunga itu pada lelaki dihadapannya
Lelaki itu mengangguk dan menyerahkan selembar uang berwarna merah, yang tentu saja langsung Haechan tolak.
"Uang nya warna merah berarti kebanyakan abang... satu bunganya cuma lima ribu kok.. kni ada sepuluh bunga, berarti harusnya lima puluh ribu... warna biru kan?" Tolak haechan seraya bertanya dengan lucu.
Lelaki itu tersenyum dan mengusak gemas surai madu Haechan
"Sisanya buat lo aja... tabungin yaa" Setelahnya haechan kembali tersenyum dan mengangguk
"Makasih banyak ya abang baik.. kalau nanti echan punya uangg, kita ketemu lagi ya.. nanti echan bakal beliin abang baik makanan kaya tadi" Ujanya sambil menatap lelaki itu dengan tatapan binarnya. Lelaki itu mengangguk
"Oke.. gue pegang janji lo .. nangu kita harus ketemu lagi oke! Yaudah ayo gue anter lo pulang" Haechan menggeleng
"Echan pulang sendiri aja, Abang baik hati-hati ya pulangnya, makasih lagi abang baik... dadahh..." Belum sempat ia mencegah, Haechan sudah berlari kecil meninggalkannya yang masub terdiam dengan senyum di bibirnya.
"Kita harus ketemu lagi!!"
♛૮₍ • ᴥ • ₎ა ♛
TBC
Kata abang baik kita harus ketemu lagi, sampai ketemu di chapter selanjutnya mantemannn... paypayyy Jangan lupa vote dan komen nya xixi
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Little Bear { Haechan }
Teen FictionHaloo welcome to my first story I hope you like it Ini tentang Haechan dan kehidupannya "Ibu bilang tidak akan ada keluarga yang mau nerima echan, karna kata ibu echan itu beban dan pembawa sial" "Daddy itu apa?"