10. Janggal

521 85 3
                                    

Jangan lupa vote komen ♡
Happy reading~

***

Seorang laki-laki duduk di depan ruang ICU seorang diri. Kepalanya tengah menunduk seperti menunjukkan betapa beratnya beban pikiran yang ada di kepalanya. Bahu yang biasanya tegak saat menjalakan tugas seorang pemadam, kini tampak merosot. Nadil, membuka matanya lalu menyenderkan bahunya pada kursi. Tangannya melirik jam tangan hitam yang melingkar pada pergelangan tangannya lalu meregangkan otot-otot pada lehernya. 

Nadil berdiri, kemudian kakinya melangkah menuju pintu bertuliskan ruang ICU. Wajahnya mengintip pada kaca kecil yang memperlihatkan aktivitas yang terjadi di dalam. Mata teduhnya menatap seorang wanita berhijab yang tengah berbaring dengan berbagai alat penopang hidup. Helaan nafas kembali terdengar, dia berharap neneknya segera cepat sadar, meski dokter bilang itu hanya kecil kemungkinan. 

Sungguh, Nadil tidak menyangka kalau neneknya akan mengalami koma. Nadil kira, neneknya hanya akan mengalami sesak napas dan juga keretakan pada kaki. Namun ternyata kejutan menyakitkan itu dikatakan oleh dokter yang menangani neneknya. Dokter bilang, terdapat luka benturan di kepala bagian belakang, hingga harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Setelah pemeriksaan yang cukup lama, ternyata neneknya mengalami pendarahan yang cukup serius. 

Dokter juga bilang, kalau neneknya harus menjalani operasi yang berisiko, karena operasi ini menyangkut otak seorang manusia. Jika tidak dioperasi, itu bisa terjadi hal fatal juga, Mau tidak mau, Nadil harus setuju kalau neneknya dioperasi. Ini semua demi kebaikan. 

Dan satu risiko itu benar-benar terjadi. Setelah di operasi, neneknya Nadil harus mengalami koma.

Nadil mengusak wajahnya dengan kasar. Banyak kekhawatiran yang ada diotaknya. Dia hanya pemuda berusia 23 tahun yang ingin hidup tenang dan bahagia bersama nenek, dan ibunya, tapi ujiannya ternyata begitu besar baginya.

Suara berita dari TV yang ada di ujung lorong menarik perhatiannya. Nadil menoleh, kemudian kakinya yang terbalut celana denim melangkah mendekat. Dia mengeratkan telapak tangannya saat TV memberitakan kejadian yang menimpa neneknya semalam. Presenter bilang, kebakaran semalam hanya karena sebuah korsleting listrik. 

Dering ponsel membuatnya tersadar setelah sepersekian detik dirinya di selimuti amarah. Tangannya meraih ponsel lalu menatapnya, lantas menggeser ikon hijau pada layar. Itu Guntur dan teman-temannya, Mereka menanyakan keadaannya. Setelah berbincang dengan teman-temannya, Nadil merasa sedikit tenang. Ternyata dia punya teman yang sudah seperti keluarga, mereka sangat peduli padanya. 

***

Sedangkan di sisi lain, setelah menyelesaikan panggilan dengan Nadil. Para petugas pemadam kebakaran melakukan aktivitas pada umumnya seperti biasa sebelum mendapat tugas panggilan. Seperti membersihkan lingkungan kantor dinas dan asrama, ada yang memasak, ada juga yang tidak melakukan apa pun, itu kesadaran masing-masing.

Seperti halnya Rangga yang sedang mencuci truk pemadam sembari memutar musik koplo grup musik favoritnya NDX. Dentuman musik koplo membuat dirinya sedikit menggoyangkan badan meski tangannya sedang sibuk. Bahkan sesekali laki-laki ber-headband putih itu menjadikan kepalannya yang penuh dengan busa sebagai microfon.

 Bahkan sesekali laki-laki ber-headband putih itu menjadikan kepalannya yang penuh dengan busa sebagai microfon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kesatria GeniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang