Awal dan Akhir

10 3 0
                                    

RAKUYAMA, sebuah kerajaan yang menguasai wilayah Asia Timur, mempesona dengan keindahan alamnya yang memukau. Dikelilingi oleh pegunungan yang menjulang tinggi dan sungai-sungai yang berliku, kerajaan ini menciptakan lanskap yang memikat hati. Sumber daya alam melimpah, mulai dari hutan-hutan subur hingga ladang-ladang hijau yang melambangkan kemakmuran. Keselarasan antara arsitektur istana yang elegan dengan alam sekitarnya menciptakan kerajaan yang menawan dan sejahtera.

Kejayaan Rakuyama tak hanya dirasakan di dalam istana, namun juga dirasakan oleh para rakyat biasa. Sejak tiga dekade terakhir, tak pernah lagi terdengar pengaduan rakyat Rakuyama yang hidup melarat; karena kerajaan sudah menunjang kehidupan mereka dengan diberi pekerjaan serta santunan tiap hari Rabu. Sejak kemiskinan diberantas, kehidupan di Rakuyama berjalan dengan tentram dan damai. Sebab, faktor terbesar pemicu kejahatan adalah kekurangan harta. Kepemimpinan Maharaja Akashi Masaomi sangat berjasa dalam kemajuan pesat ini.

Sekarang, tahtanya dilanjutkan kepada putranya, Akashi Seijuro. Namun, berakhirnya kepemimpinan Masaomi bukanlah akhir dari masa keemasan Rakuyama, justru kerajaan ini semakin Masyhur di tangan putranya.

Tak hanya hebat dalam memimpin dan berperang, sosok Akashi Seijuro juga dianugerahi paras tampan. Kedua irisnya seindah batu permata rubi, senada dengan rambutnya. Siapa pun perempuan yang melihatnya untuk pertama kali akan langsung dibuat terpikat, sehingga banyak sekali lamaran yang ditujukkan untuknya. Kendati demikian, tambatan hatinya adalah Tuan Putri dari kerajaan Hana-shima, Nakano Nisha. Si gadis periang yang ia temui saat penjamuan antar kerajaan sewaktu remaja dulu.

Dibalik sosoknya yang nyaris bisa dikatakan sempurna, sebenarnya ada satu kelemahan yang tidak banyak diketahui kecuali orang terdekat, yakni Akashi Seijuro memiliki jiwa lain yang bersemayam dalam dirinya.
Kepribadian Akashi yang utama adalah Oreshi, yakni sosok yang bijaksana, ramah dan hangat. Diidentifikasikan sebagai Oreshi karena "Ore" adalah caranya memanggil diri sendiri. Yang inilah sosok pemikat kaum hawa karena sering terlibat dalam kegiatan di istana dan juga turun langsung untuk menyapa rakyat jelata.

Sementara kepribadian alternatifnya ditandai dengan nama Bokushi. "Boku" sebagai cara menyebutkan diri sendiri. Berbanding terbalik dengan Oreshi, Bokushi sangat kejam, tidak berperasaan dan dingin. Karena kepribadiannya yang begitu, ia tidak pernah terlibat dalam kegiatan ramah tamah. Namun, sosoknya selalu berperan besar di medan perang.
Selain sifat, ada pembeda yang sangat kentara di antara keduanya, yakni warna mata. Oreshi memiliki kedua mata merah, dan milik Bokushi berupa heterokromia; merah di kanan, kuning keemasan di kiri.

Sekarang, dua sukma itu bertemu dalam alam bawah sadar, kegiatan yang seringkali mereka lakukan untuk berdiskusi satu sama lain.

"Aku juga ingin bertemu wanita itu," pinta Bokushi, membuat alis Oreshi bertaut kebingungan.

"Wanita mana?"

"Istri ... kita?" Bokushi tak yakin menyebutkannya karena pernikahan itu memang tak pernah melibatkan dirinya. Ah, lebih tepatnya 'tak diizinkan' untuk terlibat di dalamnya.

Oreshi mengembus napas sebelum akhirnya melanjutkan.

"Sejujurnya aku sudah lama ingin jujur padanya soal ini, tapi apa kau benar-benar bisa menjamin kalau dia akan baik-baik saja bersamamu?"

Itulah yang membuat Oreshi melarang keras; Bokushi sangat bahaya dan tidak akan cocok berperan sebagai suami. Alhasil, ia menyembunyikan ini rapat-rapat dari Nisha.

"Aku tidak jamin."

"Kalau kau membahayakannya, sebaiknya tidak usah."

Jawaban itu membuat Bokushi kecewa. Padahal, ia sangat penasaran bagaimana menjalani kehidupan dengan seorang istri.

AkaNish : The Empress's SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang