Lidya keluar dari rumah Julian namun saat melihat di luar masih gelap gulita ia jadi sedikit ngeri ngeri sedap ya meskipun ada lampu jalan yang terang tapikan tetap saja belum ada orang yang lewat.
"Takut ya" ledek Julian di belakang tubuhnya.
Lidya terkejut sedikit, "ck, bisa terkena penyakit jantung lama lama deket lo. Siapa bilang takut? Nih gue balik kerumah gue sekarang ya" tantangnya. Sambil merem juga berdoa Lidya melangkah keluar pintu dan sampai di gerbang depan.
"Agak sepi ya Bunda.. " gumamnya.
Julian mengikuti Lidya di belakang gadis itu dengan pelan. Ia melakukan rutinitas joging pagi yang sering ia lakukan di waktu subuh.
"Aduh ma oy.. " Lidya melihat pohon pohon di sekelilingnya takut takut ada rambut menjuntai kan rada enggak aman untuk jantungnya.
"Enggak ada apa apa, ayok! " merasa gemas dengan cara jalan Lidya yang sangat lama. Akhirnya Julian menyusul langkah gadis itu.
"Lho, lo ngikutin gue ya? " telunjuk Lidya menodong hidung Julian.
"Daritadi, ayo cepet sebelum adek gue bangun" Julian dengan segera menggandeng tangan Lidya.
Lidya memisahkan diri, "biasa aja kenapa tangannya sudah kayak nenek nenek aja kudu di papah" dengusnya.
Akhirnya sampai di depan rumah. Lidya melihat mobil putih milik papihnya. "Thank's ya! Gue duluan sorry"
Dengan tergesa Lidya masuk ke dalam rumah pintu utama tidak terkunci mungkin ibunya tahu ia akan pulang di pagi buta. Ruang tamu sudah ia lewati tinggal ruang keluarga.
Deg.
Ia melihat perabotan rumahnya hancur, sofa bed berhamburan, tv hancur. Lidya menutup mulutnya segera ia memasuki kamarnya yang berada di atas.
Dengan kaki bergetar ia hampir terpeleset anak tangga, ia segera membersihkan badannya dan memakai seragam seakan tidak terjadi apa apa. Ia pamitan pada ibunya.
Mi, Lidya berangkat awal ada tugas kelompok yang Lidya lupa belum di kerjakan.
B
agai anak yang hilang, Lidya sudah berada di parkiran sekolahnya di pagi buta menunggu yang lainnya datang. Sambil melamun ia memainkan batu krikil dan melemparkannya ke depan.
Sepasang sepatu hitam berada di depannya, Lidya melihat pemilik kaki itu.
"Ngapain? " dengusnya saat melihat pemilik kaki itu tak lain Julian.
Julian memberikannya sebungkus roti, malas berdebat Lidya menerimanya. "Susu nya mana? " bagai dikasih hati minta lambung tanpa enggan Lidya meminta susu pada Julian.
"Lo kan gak suka susu?! " Julian mengambil botol mineral dalam tasnya.
Lidya mengangguk, ia mengunyah roti selai kacang itu dengan perasaan tak menentu, memikirkan keadaan keluarganya.
"Ya".. " Lidya! " Tegur Julian yang melihat Lidya melamun di sampingnya.
"Nanti malam senggang gak? " tanya Lidya tiba-tiba.
Julian merengut, karena nanti malam ia akan bergadang mulai belajar bisnis. "Bol.. "
"Enggak ding gak jadi" Lidya tersenyum saat melihat Hiden datang.
"Thanks rotinya" Lidya memberikan susu yang sempat ia beli tadi pada Julian. Ia pergi meninggalkan Julian menghampiri Hiden.
"Sibuk gak nanti malam Ay? " tanya Lidya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COUPLE JULID
Teen FictionKarena tragedi memalukan pernah terjadi di antara mereka, dari kelas 11 sampai kelas 12 Lidya selalu membenci manusia yang bernama Julian Resky Pradipta apapun alasannya meskipun anak itu termasuk cowok good boy, good looking, dan good money.