"ARAYYAAAA....ANCHIKA DAN COLLEN BERANTEM LAGI!!!" Teriakan Fidela membuat gendang-gendang telinga Arayya berdengung, dia yang tengah menulis catatan mengangkat wajahnya.
Fidela dengan nafas ngos-ngosan berjongkok diambang pintu kelas. Beberapa siswi memperhatikannya, mendengar ucapan Fidela, beberapa siswi berlari keluar ingin melihat aksi antara Collen si siswi manis adu jotos dengan Anchika siswi bebal dan keras kepala di sekolah khusus perempuan ini.
"Siapa yang menang?" Tanya Arayya, dia dengan santai menutup buku catatannya.
"Kayaknya Chika" Pikir Fidela.
"Kok lo malah nanya, itu mereka lagi berantem. Lo bukannya dilerai" Tambah Fidela gemas.
Arayya bangkit, dia meraih buku tebal di atas meja dan berjalan kearah dimana keributan besar terjadi.
Di lapangan basket, Anchika menarik nafas panjang. Wajahnya yang cantik sudah tertutupi debu, begitupun Collen lawannya. Keduanya bertukar pandang dan juga pukulan.
"Lo gila atau apa? Nyerang gue gitu aja!?" Collen bertanya marah.
"Masih nanya aja! Maju lo sini, gue jadiin dadar gulung!" Anchika ingin melanjutkan pertengkaran mereka, wajahnya tidak bersahabat sama sekali.
"Ada Ara..."
"Itu Ara..."
Baik Anchika dan Collen, keduanya sama-sama menoleh ke jalanan dimana sosok cantik dan mungil Arayya berjalan disebelah Fidela.
Sudut bibir Anchika terangkat.
"Kak Collen gakpapa?" Setibanya dilapangan, Arayya langsung bertanya ke Collen.
Collen yang diperhatikan seperti itu meringis, dia memperlihatkan beberapa luka di tubuh dan wajahnya kepada Arayya, mencari simpati.
Di sekolah ini, hampir semua siswi mengetahui jika Collen diam-diam menyukai Arayya, adik kelas dua yang sekarang menjadi ketua asrama dan ketua osis.
"Sakit banget Ra, Chika lagi kambuh gilanya" Adu Collen yang sukses membuat wajah Anchika memerah.
Arayya menoleh kearah Anchika dengan mata melotot, membuat siapapun yang melihatnya berdoa diam-diam untuk keselamatan Anchika. Arayya mungkin terlihat mungil dan lembut, akan tetapi jika datang ke sebuah hukuman maka dia bisa berubah menjadi malaikat penghuni neraka.
"Del, tolong bawa kak Collen ke UKS dan obatin" Arayya memberi perintah pada Fidela tanpa melepas tatapannya dari Anchika. Sesekali netranya bergulir mengamati seluruh tubuh Anchika yang kusut dan kotor.
"Dan yang lain bubar!"
Satu-persatu langkah siswi menjauh dari lapangan hingga akhirnya menyisakan Arayya dan Anchika.
"Sayang~~~" Rengek Anchika.
"Ikut aku!!!" Arayya membentak Anchika dan melangkah lebih dulu menuju ke gudang tua di ujung sekolah.
Siswi-siswi yang mengetahui itu sudah bisa menebak jika Anchika akan di hukum untuk membersihkan gudang sendirian, mengingat Arayya sudah mengirim Collen ke UKS. Perlakuan Arayya terhadap keduanya benar-benar membuat kepala semua siswi menggeleng kasihan untuk Anchika.
Arayya merogoh kunci gudang disakunya dan memasukkan kedalam lubang kunci.
Ceklek.
Pintu terbuka.
"Masuk kak!" Suara datar Arayya terdengar.
Anchika memajukan bibirnya dan berjalan masuk lebih dulu.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"
Batuk Anchika membuat kedua alis Arayya terjalin erat, dia ikut masuk dan mengamati sekitar.
Membersihkan gudang tua adalah hukuman yang harus Anchika jalani hari ini karena ketahuan dengan sengaja menyerang Collen. Karena guru BK tidak bisa datang, maka Arayya sebagai ketua osis mewakilinya.
"Bersihin, debunya banyak. Sebelum bel pulang bunyi ini udah bersih" Ujar Arayya, dia berjalan di sekitar ruangan, sesekali mendorong meja atau kursi yang menghalangi jalannya.
"Tapi ini kotor banget, aku gak bisa. Trus kenapa hanya aku? Collen juga salah!" Anchika, dengan sikap keras kepalanya memprotes.
Arayya berbalik dan mendelik kearahnya.
"Siapa yang nyuruh nyerang kak Collen? Aku? Kamu sendiri kan?" Arayya bersedekap dada.
Anchika bersungut marah, dia memajukan bibirnya.
"Aku marah pas tau dia nembak kamu tadi pagi" Ucap Anchika, wajahnya kembali ditekuk saat mendengar desas-desus soal Collen yang memberi Arayya cokelat dan bunga untuk mengungkapkan perasaannya.
"Kenapa harus marah? Aku kan gak nerima" Arayya memijat ruang diantara alisnya, Anchika benar-benar terlalu kekanak-kanakan baginya.
Anchika tersenyum lebar, dia mendekat kearah Arayya dan memeluk tubuh yang sedikit lebih pendek darinya.
"Lepas, aku lagi gak mau dipeluk" Arayya bergerak kecil, seolah-olah ingin terlepas dari pelukan Anchika.
"Gak mau, aku kangen..." Anchika semakin mengeratkan pelukannya.
Karena backstreet, mereka berdua tidak punya banyak waktu bersama kecuali saat libur dan bisa keluar dari asrama.
Arayya tersenyum tipis, dia dengan penuh sayang meletakkan dagunya dipundak Anchika dan membalas pelukan Anchika tak kalah eratnya.
"Jangan berantem lagi, untung kamu gak luka" Kata Arayya lembut.
"Kalo aku luka gimana?"
"Yah, aku kirim ke UKS---"
"Trus Collen?" Potong Anchika.
"Aku kirim ke sini dan nyuruh dia bersihin gudang sampai besok"
Anchika terkekeh geli. Pacarnya terlalu pilih kasih, namun entah mengapa dia menyukai ini. Menyukai saat Arayya selalu menempatkan dirinya di atas apapun.
"Sekarang bersihin, habis itu kita ke atap asrama"
"Siap nona Arayya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits
RomanceAnchika senior cegil dan galak backstreet dengan Arayya yang lemah lembut dan idola semua siswi di sekolah khusus perempuan.