3. Strange Request

8 1 0
                                    

"Bantu gue, ya?"

Adel memutar bola matanya malas. Dia tidak ingin berurusan dengan Juan lagi. Dia kesal karena Juan mengajaknya berpacaran hanya untuk membuat satu perempuan senang, dan itu bukanlah Adel.

Jikalau Juan mengajaknya berpacaran karena Juan mencintai Adel, mungkin Adel masih bisa untuk mempertimbangkan lagi ajakannya Juan. Tapi, kali ini dia tidak bisa.

Juan sudah terlihat sangat memelas, bahkan dia sangat berbeda jauh dari sikapnya yang biasanya selalu terlihat dingin. Adel senang Juan memelas kepada dirinya, tapi dia juga malas menerima tawaran dari Juan.

Yang benar saja? Masa mereka mau pacaran hanya karena Juan ingin Laras merasa bahagia ketika melihat Juan dan Adel berpacaran? Itu sangat tidak masuk di pikirannya Adel.

"Ya, kalo lo suka sama Kak Laras, lo tembak aja tuh Kak Laras. Nggak usah tembak gue segala," ucap sang gadis.

Juan sebenarnya sudah agak kesal karena Adel terus saja menolak permintaannya dari empat hari yang lalu. Biasanya, dia meminta hal ini lewat pesan di whatsapp, tapi kali ini dia memintanya secara langsung.

"Gue nggak bisa bilang ke Larasnya, Adel," kata Juan.

Adel sekali lagi memutar bola matanya malas. Dia pun membalas, "Kemaren aja lo bilangnya nggak suka sama dia. Lo aja ngejutekin gue pas di awal kita ketemuan. Pokoknya, gue nggak mau. Titik."

Saat ini mereka sedang berada di taman sekolah. Adel pun memutuskan untuk pergi dari sana, meninggalkan Juan sendirian di situ. Juan tidak berniat untuk menahan Adel pergi.

Dia tahu kalau permintaan dirinya itu aneh, tapi ini adalah cara untuk supaya dia bisa membahagiakan Laras sekaligus bisa akrab dengan Adel.

Entahlah, padahal dia sendiri yang belum siap dengan konsekuensi yang akan dia terima kalau hal ini terjadi, namun dia sudah agak nekat.

Dia tidak bisa mencintai seseorang secara ugal-ugalan seperti Leo.

"Argh!" Lelaki itu semakin kesal.

Di sisi lain, Adel pun berjalan cepat menuju ke arah kelasnya. Lalu, dia tidak sengaja bertemu dengan Leo saat di koridor kelas 10 SMA.

"Eh, Adel? Lo abis darimana?" Langkah Adel pun terhenti ketika mendengar suaranya Leo.

Gadis itu pun balik badan, dan menatap ke arah Leo. Dia ingin sekali membicarakan hal tadi ke Leo, tapi dia mengurungkan niatnya. Sebaiknya jangan dibicarakan dahulu.

"Abis dari taman sekolah," jawabnya.

Leo mengkerutkan keningnya. "Ngapain ke sana?"

"Gapapa, lagi mau sendiri aja tadi."

Leo pun mengangguk paham.

"Oh, ya, lo mau ikut gue ke kantin, nggak? Gue traktir, deh. Lo beli apa aja, nanti gue bayarin," kata Leo.

Mata Adel yang semula terlihat layu, kini langsung berbinar-binar.

"Hah? Beneran?" Tanya Adel yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Leo.

Tentu saja Adel mau, dan mereka berdua pun pergi ke kantin bersama.

***

Sikap Leo hari ini entah mengapa membuat hati Adel menjadi luluh. Menurutnya, Leo ini sudah seperti tipenya sekali, extrovert dan act of service banget lah orangnya. Tapi, dia tidak menyukai atau tertarik kepada Leo sama sekali.

Ya, dia hanya luluh dengan sikap Leo karena dia pikir Leo ini orang jahat, tapi ternyata Leo adalah orang yang baik.

Tadi saja ketika Adel memakan bakso yang dibelikan sama Leo di kantin, dan Adel tersedak makanannya saja, Leo langsung memberikan Adel air minum. Dia juga mengelap mulutnya Adel yang belepotan karena makan es krim. Dia ngelap mulutnya Adel pakai tisu, dan itu tanpa Adel minta.

Six MonthsWhere stories live. Discover now